Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd., Ketua Umum LKAAM Sumatera Barat

SAMBUTAN KETUA UMUM

PUCUK PIMPINAN LEMBAGA KERAPATAN ADAT ALAM MINANGKABAU (LKAAM) SUMATERA BARAT

 

Diawali dengan rasa syukur kepada Allah SWT, kami Pucuk Pimpinan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat menyambut baik terbitnya buku pantun berseri yang berjudul PANTUN SPONTAN ala IRWAN PRAYITNO yang dibuat oleh Bapak Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Dt. Rajo Bandaro Basa, M.Si., selanjutnya izinkan saya menyebutnya pada sambutan ini Bapak IP. Kemudian, kita kirimkan pula selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan pada alam terang benderang.

Selanjutnya kami LKAAM Sumatera Barat mengucapkan terimakasih kepada Bapak IP yang telah mengambil inisiatif menyusun dan menerbitkan buku yang berisi pantun. Secara sederhana Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat larik, berima silang (a-b-a-b), irama yang indah, dan memiliki makna yang penting.

 

Pantun merupakan puisi lama melayu Indonesia yang berasal dari bahasa jawa kuno yaitu “tuntun”, yang berarti mengatur atau menyusun. Pada awalnya, pantun merupakan karya sastra Indonesia lama dengan pengungkapan secara lisan, tetapi semakin berkembangnya pantun kini telah diungkapkan secara tertulis, tidak saja di kalangan sastrawan tetapi sudah dipopulerkan kembali oleh pejabat yang memahami sejarah bahasa dan sastra melayu sebagai asal muasal budaya bangsa Indonesia.

Menurut Abdul Karim Ahli Pantun Melayu Riau bahwa Pantun merupakan karya yang dapat menghibur sekaligus menegur. Pantun merupakan ungkapan perasaan dan pikiran, karena ungkapan tersebut disusun dengan kata sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk didengar atau dibaca apa lagi diucapkan oleh seorang pejabat seperti Bapak IP Gubernur Sumatera Barat dua periode selama 10 tahun ( 2010 – 2015 dan 2016 – 2021 ).

Menurut Buya Hamka orang yang pandai berpantun adalah orang yang berbudi halus dan berakhlak mulia. Buya Hamka pada suatu ketika ada anak muda dari Minangkabau terkatung katung hidupnya di Jakarta. Anak muda ini mengaku kepada Buya Hamka orang Minang minta tolong carikan Masjid untuk tempat tinggal karena anak muda ini pandai sedikit mengaji dan azan. Buya Hamka menjawab harapan anak muda itu dengan pantun yang berbunyi:

 

“Kalau pandai mananam pinang, cubolah tanam batang sicerek. Kalau

memang awak urang Minang, cubolah bapantun agak ciek”.

 

Rupanya anak muda tadi tidak pandai berpantun. Singkat cerita Buya Hamka menganjurkan anak muda itu pulang kampung supaya belajar berpantun dulu di kampung. Menyampaikan pantun ini di kampong sudah dipraktikkan oleh Bapak IP di mana pun beliau menyampaikan sambutan. Orang yang mendengar sambutanya merasa senang dan menenangkan.

 

Ahli Sastra Indonesia HB Yasin juga pernah mengatakan bahwa orang yang pandai menyampaikan pantun secara spontan adalah orang yang cerdas dan tanggap dengan makna alam sekitarnya. Pantun yang disusun dalam buku ini ditinjau dari segi bentuknya ada berupa pantun nasihat, pantun agama, pantun menyindir dengan halus, pantun adat, dan pantun penguatan fakta. Bapak IP bila kita lihat beliau berpidato atau memberikan sambutan di manapun sering sekali menyampaikan pembukaan sambutan, isi sambutan, dan penutup sambutannya dengan pantun.

 

Bapak IP telah mengembalikan karakter anak bangsa Indonesia yang berasal dari bangsa Melayu khususnya kebiasaan orang Minangkabau tempo dulu yang suka berpantun dalam bertutur dan bertunjuk ajar. Kami dari LKAAM berharap agar bangsa Melayu dan khususnya orang Minangkabau supaya membaca buku pantun berseri “Pantun Spontan ala Irwan Prayitno” ini bahkan semua anak bangsa terkhusus lagi pejabat pejabat yang memberikan sambutan di ranah Minang mulailah kembali memberikan sambutan dan bertunjuk ajar seperti yang telah dimulai oleh Bapak IP.

 

Secara berangsur-angsur juga kita harapkan kepada Bapak IP tidak hanya menyampaikan sambutan berbentuk pantun tetapi mulai pulalah menyampaikan sambutan dalam bentuk ungkapan adat Minangkabau seperti: gurindam, seloka, petatah, petitih, mamangan, bidal dan syair-syair yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini untuk menghilangkan suasana kegalauan pikiran dan kerisauan anak bangsa.

 

Ahli Sastra Indonesia HB Yasin juga pernah mengatakan bahwa orang yang pandai menyampaikan pantun secara spontan adalah orang yang cerdas dan tanggap dengan makna alam sekitarnya. Pantun yang disusun dalam buku ini ditinjau dari segi bentuknya ada berupa pantun nasihat, pantun agama, pantun menyindir dengan halus, pantun adat, dan pantun penguatan fakta. Bapak IP bila kita lihat beliau berpidato atau memberikan sambutan di manapun sering sekali menyampaikan pembukaan sambutan, isi sambutan, dan penutup sambutannya dengan pantun.

 

Bapak IP telah mengembalikan karakter anak bangsa Indonesia yang berasal dari bangsa Melayu khususnya kebiasaan orang Minangkabau tempo dulu yang suka berpantun dalam bertutur dan bertunjuk ajar. Kami dari LKAAM berharap agar bangsa Melayu dan khususnya orang Minangkabau supaya membaca buku pantun berseri “Pantun Spontan ala Irwan Prayitno” ini bahkan semua anak bangsa terkhusus lagi pejabat pejabat yang memberikan sambutan di ranah Minang mulailah kembali memberikan sambutan dan bertunjuk ajar seperti yang telah dimulai oleh Bapak IP.

Secara berangsur-angsur juga kita harapkan kepada Bapak IP tidak hanya menyampaikan sambutan berbentuk pantun tetapi mulai pulalah menyampaikan sambutan dalam bentuk ungkapan adat Minangkabau seperti: gurindam, seloka, petatah, petitih, mamangan, bidal dan syair-syair yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini untuk menghilangkan suasana kegalauan pikiran dan kerisauan anak bangsa.

 

Padang, 25 Januari 2017M/ 26 Rabiul Awal 1438 H

Ketua Umum,

Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.