BERSASTRA BUKAN HANYA KERJA SASTRAWAN
Gubernur (Sumatera Barat) Irwan Prayitno mematahkan anggapan kuno bahwa bersastra, khususnya berpantun-pantun hanya dilakukan sastrawan seperti Chairil Anwar, Mak Katik, Wisran Hadi, Emha Ainun Nadjib, Rusli Marzuki Saria dan seterusnya itu.
Ekspresi pantun Irwan Prayitno tidak kaku, bebas lincah tapi patuh kaidah, dari bahasa Indonesia melompat ke bahasa Minang bolak-balik tanpa halangan. Dia sangat dan terpaksa produktif karena sebagai Gubernur yang selalu tampil di depan publik dan memberikan sambutan-sambutan, digunakannya pantun sebagai medium komunikasinya. Dan ternyata mendapat respons yang menggembirakan.
Ndak ado galeh ambiaklah cawan
Latakkan di mangkuak goreng bakwan
Hadir Budayawan sarato Wartawan
Tandonyo Gubernur banyak kawan
Dalam beragam acara (Batagak Gala, reuni SMP, sidang paripurna DPRD, pesantren Ramadhan, pernikahan kemenakan, Hari Air Dunia dan seterusnya dan seterusnya), pantun dibacakan di awal pertemuan, pertengahan, hingga selesai acara yang membuat situasi jadi Gembira
Enak didengar pembacaan syair
Pantun dibaca mahasiswa Unair
Anak dididik menggambar air
Biar tahu pentingnya air.
Sebagai sastrawan yang banyak mengeluh tentang betapa tertinggalnya pendidikan sastra di sekolah sehingga manifestasi sastra di masyarakat rendah, dengan kenyataan bahwa ada Gubernur yang ekspresif dengan pantun, saya merasa luar biasa gembira dengan kekecualian ini.
Jika anak berjiwa seni
Bakatnya datang tidak menjelma
Pendidikan dimulai Sejak Dini
Orangtua dan guru harus seirama.
Saya berharap buku berseri “Pantun Spontan ala Irwan Prayitno” ini dibacakan di depan siswa-siswa di kelas oleh guru bahasa dan sastra SMP dan SMA Sumatera Barat, kemudian juga dibaca oleh siswa-siswa itu. Begitu pula di perguruan tinggi, sehingga pastilah akan ditiru secara kreatif oleh mereka sebagai bentuk komunikasi yang mengasyikkan. Saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Adinda Gubernur Irwan Prayitno atas terbitnya buku pantun berseri “Pantun Spontan” yang unik ini, sebagai tambahan terhadap 36 buku pendidikan yang sudah ditulisnya. Semoga jerih payah ini bermanfaat bagai peningkatan literasi generasi muda kita dan menjadi bentuk ibadah yang diridhaiNya. Amin.
Taufiq Ismail
Jakarta, 27 Januari 2017.