Di Media On Line

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno Wakafkan Dirinya Untuk Rakyat

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno Wakafkan Dirinya Untuk Rakyat

Padang, Obsessionnews – 30 September 2009 menjadi sejarah yang tidak bisa dilupakan masyarakat Sumatera Barat (Sumbar). Saat itu, sekitar pukul 17:16:10 WIB, Sumbar digoyang gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.

Saat itu, Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumbar tidak ubahnya seperti kota mati. Listrik dan air mati total. Premium dan solar sulit diperoleh, sehingga aktivitas masyarakat lumpuh total.

Peristiwa yang terjadi saat itu, sulit untuk dilupakan, karena membawa duka yang dalam. Sudah rumah yang menjadi tempat berteduh, rata dengan tanah, anggota keluarga ikut menjadi korban pada saat peristiwa dahsyat itu terjadi.

Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Sumbar mencatat 271.432 rumah warga rusak dan 1.117 orang meninggal dunia. Anggota keluarga yang menjadi korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang.

Peristiwa tersebut ibarat ‘sengsara membawa nikmat’. Meski rawan gempa, pembangunan yang dilakukan di Sumbar bertambah, bahkan proyek besar di bidang infrastruktur jalan dan jembatan mulai dikerjakan, setelah gempa memporakporandakan Sumbar tahun 2009.

Pembangunan infrastruktur jalan fly over Kelok 9 misalnya, diresmikan setelah gempa terjadi. Mega proyek terowongan Balingka dan Jembatan Anai, Kabupaten Agam dan Padang Pariaman, serta infrastruktur di bidang irigasi dan pengairan juga diperbaiki. Semua itu untuk mendorong percepatan ekonomi masyarakat.

Pembangunan tersebut terlaksana berkat kerja sama semua komponen masyarakat. Pemerintah dan DPRD bersama komponen masyarakat bahu-membahu memajukan Sumbar. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Pembangunan fly over Kelok 9, mega proyek terowongan Balingka dan Jembatan Anai, Kabupaten Agam, dan pekerjaan proyek pembangunan jalur dua Bypass Padang, berdampak positif terhadap peningkatan geliat ekonomi. Apabila infrastruktur jalan dan jembatan bagus, arus transposrtasi dan barang lancar. Dampaknya terhadap ekonomi masyarakat juga akan meningkat.

Demikian pula dengan perbaikan infrastruktur di bidang pengairan. Sebagai daerah pertanian, Sumbar salah satu penyumbang beras terbesar di Indonesia dalam mendorong percepatan ketahanan pangan. Oleh karena itu, saluran irigasi dan pengairan harus bagus untuk memenuhi ketersediaan air yang mencukupi untuk pertanian.

‘Buah tangan’ Gubernur Irwan Prayitno bersama Wakil Gubernur Muslim Kasim, nyaris tidak diketahui masyarakat selama ini. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar di bawah kepemimpinan Irwan Prayitno secara ‘diam-diam’ telah mengerjakan selama ini. Masyarakat baru tahu setelah Gubernur meresmikannya dalam dua bulan terakhir.

“Selama ini kan masyarakat tidak tahu kalau pemerintah sudah membangun jalan dan jembatan. Saya sengaja tidak mempublikasikannya kepada masyarakat. Saya bekerja ikhlas tanpa harus diketahui masyarakat, tapi pembangunan jalan terus,” kata Irwan ketika meresmikan jembatan Batang Piaman Desa Ampalu, Nagari Lareh Nan Panjang, Kecamatan Tujuah Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Jumat (20/3/2015).

Pembangunan jembatan itu dikerjakan sejak pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim jadi Gubernur dan Wagub tahun 2010. Selama periode kepemimpinan Irwan, tercatat program pembangunan jalan dan jembatan di Dinas Prasarana Jalan dan Tata Ruang Pemukiman (Prasjaltarkim) Sumbar sebanyak 24 kegiatan. Tujuh jembatan di antaranya sudah diresmikan, antara lain jembatan Batang Piaman, Kabupaten Padang Pariaman dan jembatang Subang-Subang, Kabupaten Agam serta jembatan yang menghubungkan Kabupaten Solok dengan Solok Selatan.

Selain itu juga dibangun escape building kantor Gubernur Sumbar yang berfungsi untuk penyelamatan apabila terjadi gempa yang disusul tsunami.

‘All Out’ Untuk Rakyat
Tahun 2010 Irwan Prayitno sempat protes karena tidak ingin dicalonkan menjadi calon gubernur (cagub) Sumbar. Ia kesal karena sebelumnya dipersiapkan partainya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), untuk menjadi duta besar (dubes).

Akhirnya ia menerima tawaran partai untuk dicalonkan menjadi gubernur Sumbar. Tawaran itu ia terima dua hari sebelum penutupan pendaftaran. Irwan Prayitno mendaftar bersama pasangannya, Muslim Kasim, pada malam hari di detik-detik penutupan pendaftaran tanggal 8 April 2010.

Berdasarkan hasil rekapitulasi dan penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumbar, pasangan Irwan Prayitno- Muslim Kasim ditetapkan sebagai gubernur dan wagub terpilih dengan suara terbanyak 32,44%.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI melantik Irwan Prayitno bersama Muslim Kasim. Sebelum pelantikan, pada malam harinya, program kerja selama lima tahun sudah tersosialisasi di tengah-tengah masyarakat melalui baliho dan spanduk yang dipasang di titik-titik strategis di wilayah Sumbar.

Itulah prinsip Irwan. Dulu menolak dicalonkan jadi Gubernur Sumbar dan setelah terpilih dan dilantik langsung mewakafkan dirinya untuk masyarakat.

Irwan all out memacu pembangunan di Sumbar. Terbukti laki-laki bergelar Datuk Rajo Bandaro Basa dilantik sudah mendapat 197 penghargaan di bidang kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan dan sosial. Di bidang sosial Juara I Pelaksanaan Rehab Rekon Pasca Bencana tahun 2011, Juara I Tanggap Darurat tahun 2011, Juara III Mitigasi Terbaik tahun 2011 dan Juara II Kategori Akuntabilitas bidang Kebencanaan 2011.

Di samping itu sebagai Pelaksana Penerapan E-KTP Terbaik 9 (Sembilan) Kabupaten/Kota tahun 2011. Di bidang kesehatan mendapat penghargaan sebagai Ksatria Bhakti Husada Kartika yang Berjasa di bidang Kesehatan 2012 dan Indonesia MDGs Award (MDGs Terbaik se Indonesia) tahun 2013. Kemudian mendapat penghargaan sebagai UKM Pangan Award dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2012. Penghargaan di bidang Penyusunan Strategi Rencana Aksi Program REDD + Kategori Tercepat 2012.

Selama menjabat Gubernur Sumbar, Irwan ingin cepat, tepat dan tuntas. Gaya tersebut ia terapkan kepada semua kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kepemimpinan pria kelahiran Yogyakarta pada 20 Desember 1963, ini sudah lahir sejak di bangku pendidikan dan di organisasi hingga menjadi anggota DPR RI (1999-2010).

Di DPR anak pasangan Djamrul Djamal dan ibu Sudarni Sayuti itu terlibat lahirnya UU Migas saat ia menjabat sebagai Ketua Komisi VIII.

Ia juga mengkritik pemerintah supaya memperbaiki pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada saat menjadi Ketua Komisi X. Yang harus diperbaiki dari pelaksanaan UN tidak sebatas syarat penentu kelulusan, tapi juga bisa digunakan untuk masuk perguruan tinggi. (Musthafa Ritonga)

obsessionnews.com 1 April 2015

 

Olah Vokal Jalan di Tengah Kesibukannya sebagai Gubernur

Olah Vokal Jalan di Tengah Kesibukannya sebagai Gubernur

Padang, Obsessionnews – Di balik kesibukannya sehari-hari menyelesaikan tugas-tugas kantor dan ke lapangan, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno masih sempat membagi waktu untuk olah vokal.

Meski menyukai musik bahkan sudah meluncurkan album religi, baginya kerja adalah yang paling utama. Olah vokal hanya sebagai hiburan dan refreshing. Dan olah vokal itu, ia sempatkan pada saat kesibukannya menjalankan tugas sehari-hari sebagai gubernur tidak ada.

Dibanyak kesempatan pada saat penyanyi ibukota datang ke Sumbar, Irwan Prayitno tidak melewatkan waktu untuk berduet dengan mereka. Ya tentunya membawa tembang lagu album religi ciptaannya. Sebutlah namanya, Arman Maulana (Gigi), Fadli (Padi), Koes Plus, Black Brothers dan terakhir Virza.

“Sebetulnya bagi saya nyanyi ini, selain menghibur orang, juga ada nilai dakwahnya dan juga melepaskan hobi, refreshing. Jadi ya, saya tidak begitu beban, kalaupun nggak bagus nyanyi dan nggebuk dram, wajar kan, gubernur bukan penyanyi dan bukan musisi,” kata Irwan Prayitno menjawab pertanyaan obsessionnews.com usai menerima penyanyi Virza di kediaman rumah dinas Gubernur Jalan Sudirman Kota Padang, Sabtu (11/4).

Sejumlah lagu religi ciptaan Irwan Prayitno dalam Album Religi Cinta Sejati, Kau Isteriku, Ayahku, Anakku Penyejuk Hatiku, Allah Ta’ala, Kepadamu. Kemudian Irwan juga membawakan Akhirnya, Satu Rindu, Ya Rasulullah, dan Sepohon Kayu.

Sabtu (11/4), Irwan Prayitno berduet dengan Virza di GOR Agus Salim Padang dalam sebuah acara yang diselenggarakan salah satu stasiun TV lokal. (Musthafa Ritonga).

obsessionnews.com 11 April 2015

 

Suami suami sayang keluarga 1

Suami-suami Sayang Keluarga (1)

Jakarta, Obsessionnews – Pejabat publik seperti walikota, bupati, dan gubernur, memiliki jam kerja yang tinggi. Mereka mempunyai banyak kegiatan yang menyita waktu dan energi.

Kemudian muncul pertanyaan bagaimana pejabat publik itu membagi waktu untuk keluarganya? Banyak pejabat publik ternyata diketahui masih meluangkan waktu untuk bercengkerama dengan keluarga, dan bahkan mereka adalah keluarga harmonis. Mereka antara lain Walikota Bandung Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, dan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno.

Ridwan Kamil
Ridwan Kamil, yang akrab dipanggil Kang Emil, dilantik menjadi Walikota Bandung pada tahun 2013. Belum lama menjadi walikota, namanya cepat populer dan meraih banyak penghargaan. Bahkan, sebuah lembaga survei baru-baru ini menyebut Kang Emil berpotensi menjadi presiden pada tahun 2019. (Baca: Walikota Ridwan Kamil Berpotensi Jadi Presiden)

Di mata sang isteri, Atalia Praratya, Kang Emil adalah suami yang baik dan sayang pada keluarga. Meskipun sibuk membangun Bandung, Kang Emil meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan isterinya dan dua anaknya, Camillia Laetitia Azzahra dan Emmiril Khan Mumtadz. Khususnya di pagi hari, ternyata Kang Emil menyempatkan diri melakukan ritual wajib terhadap istri dan anaknya. Ritual tersebut tak lain adalah kegiatan memeluk istri dan anaknya selama minimal 20 detik dalam sehari. Hal itu merupakan cara kecil yang dilakukan Kang Emil untuk tetap menjaga komunikasi yang baik antar anggota keluarga mereka.

Kang Emil meyakini energi ada dari keluarga. Karenanya, dengan memeluk keluarga, segala beban akan sirna. Dengan melakukan ritual tersebut, biasanya semangat Kang Emil akan tumbuh kembali.

Selain itu Kang Emil berusaha menyempatkan diri sarapan bersama keluarga. Menu sarapannya biasanya nasi goreng atau bubur. Yang penting ada telurnya untuk menjaga stamina.

Jika tak ada kegiatan yang sangat penting, Kang Emil memilih berada di rumah untuk berkumpul dengan keluarga. Ia menetapkan Minggu sore sampai malam sebagai jam keluarga. Ia dan keluarganya biasanya berenang, nonton di bioskop, atau makan bersama. Mereka pun mengusahakan bisa sholat subuh dan maghrib berjamaah.

Ganjar Pranowo
Nama Ganjar Pranowo mencuat ketika terpilih menjadi Gubernur Jateng tahun 2013. Sebelumnya politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini adalah anggota DPR. Setelah dilantik menjadi Gubernur Jateng, Ganjar langsung bekerja keras. Ia aktif turun ke lapangan untuk mengecek langsung sejauh mana implementasi program-program pemerintah. Ia dijuluki sang reformator karena gencar melakukan reformasi birokrasi. s(Baca: Ganjar Pranowo Sang Reformator)

Ganjar menikah dengan Siti Atikoh Supriyanti. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang anak, Zinadin Alam Ganjar, yang kini berusia 13 tahun. Jika tak ada kegiatan ke luar kota, Ganjar menyempatkan waktu sarapan bersama keluarganya. Yang menarik dalam acara sarapan itu adalah Ganjar memberikan suapan kepada isterinya. Kemudian menyuapi anaknya. Kebiasaan itu sudah lama dilakukan Ganjar sebagai salah satu bentuk ungkapan kasih sayang kepada keluarganya.

Irwan Prayitno
Sejak memimpin Sumbar tahun 2010, Irwan Prayitno banyak membawa kemajuan bagi provinsi ini. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan mantan anggota DPR ini dikenal sebagai pekerja keras untuk menyejahterahkan rakyat. (Baca: Gubernur Sumbar Irwan Prayitno Wakafkan Dirinya Untuk Rakyat)

Kesuksesan Irwan di pentas politik tak lepas dari dukungan keluarganya. Ia mempunyai seorang isteri, Nevi, dan sepuluh anak. Di tengah kesibukannya selaku gubernur, pria yang ramah ini menyisihkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Dalam mendidik anak-anaknya, Irwan memprioritaskan pendidikan dan agama.

Irwan hobi menyanyi dan menciptakan lagu. Irwan dan keluarganya sering menyanyi di rumah. Selain itu kasih sayangnya terhadap isteri dan anak-anaknya antara lain diungkapkannya lewat lagu-lagu gubahannya, seperti Cinta Sejati, Kau Isteriku, Satu Rindu, dan Anakku Penyejuk Hatiku. (Arif RH)

Obsessionnews.com, 21 Mei 2015ess

Hobi Trabas

Hobi Trabas, Kunjungi Masyarakat Terpencil

Padang, Obsessionnews – Geografis Sumatera Barat (Sumbar) yang dilingkupi sekitar 60 persen kawasan hutan, tidak sedikit perkampungan warga yang berada di kawasan hutan dengan kondisi infrastruktur jalan yang sangat minim. Minim penerangan dan juga minim prasarana pendidikan dan kesehatan.

Menjangkau daerah-daerah dengan kondisi infrastruktur jalan yang tidak memadai, tidak selalu bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat. Perlu terobosan dengan menggunakan kendaaraan roda dua supaya bisa sampai ke tujuan.

Kendaraan roda dua yang dipakaipun, tidak semua jenis yang bisa menembus semua daerah pelosok. Kendaraan khusus yang bisa sampai ke daerah dengan kondisi jalan yang sulit dilalui adalah trail.

Jenis kendaraan roda dua itulah yang sering dipakai Irwan Prayitno semasa menjadi Gubernur Sumbar periode 2010-2015. Salah satunya mengunjungi Nagari Garabak Data, Kabupaten Solok, Sumbar.

Nagari berpenduduk 2.556 jiwa dan memiliki banyak potensi dengan hasil pertanian dan perkebunan belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Transportasi utama untuk membawa hasil produksi masyarakat dengan mengandalkan kuda beban.

Kepala Dinas Prasarana Jalan dan Tata Ruang Pemukiman Provinsi Sumbar, Suprapto yang ikut bersama Gubernur ke Garabak Data Sabtu 6 Juni 2015 mengaku, ada kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terjebak karena kondisi jalan yang berlumpur.

“Saat ke lokasi sempat kawan-kawan ada yang terjebak,” ujar Suprapto.

Kondisi nagari di Kabupaten Solok adalah satu contoh nagari yang masih minim dari fasilitas dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Kondisi serupa juga bisa di temui di Kabupaten Pasaman, yaitu Sungai Lolo.

Irwan Prayitno saat menjabat Gubernur harus menaiki trail (trabas) menuju daerah terpencil tersebut. Demikian juga dengan daerah lain yang ada di Kabupaten Solok, terutama yang tidak bisa dilalui dengan kendaraan roda empat, gubernur menaiki trabas ke lokasi yang dituju.

Jadi, hobi trabas yang dilaksanakan Irwan Prayitno semasa Gubernur pada intinya nilai hasil kunjungan tersebut, nagari bersangkutan semakin terbuka dan akses semakin lancar.

Nagari Garabak Data misalnya, setelah dikunjungi gubernur bersama kepala SKPD, pemerintah membangun jalan, jaringan komunikasi, listrik dan menambah fasilitas kesehatan dan sarana pendidikan.

“Seperti tahun 2015 ini ada bantuan untuk tower operator seluler untuk handphone dan beberapa pendukung pertanian. Kemudian ada bantuan untuk penimbunan jalan di beberapa titik, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), listrik jalan dan beberapa pendukung peternakan peternakan kita siapkan tahun depan,” ujar Irwan Prayitno. (Musthafa Ritonga)

Obsessionnews.com, 20 Agustus 2015

Gubernur Lima Tahun Tanpa Cuti

Gubernur Lima Tahun Tanpa Cuti, Sabtu Minggu Kerja

Padang, Obsessionnews- Sehari sebelum dilantik, bilboard, spanduk dan baliho yang berhubungan dengan program kerja sudah tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat (Sumbar). Begitu dilantik, laki-laki ini langsung ‘tancap gas’ menjalankan program unggulan lima tahun.

Laki-laki dimaksud adalah Irwan Prayitno. Begitu dilantik 15 Agustus 2010 silam menjadi Gubernur Sumbar, seluruh jiwa dan raganya dibaktikan untuk masyarakat Sumbar. Komitmennya untuk masyarakat sumbar, diwujudkannya dengan kerja keras. Sebagi pribadi yang sudah ‘mewakafkan’ dirinya untuk masyarakat Sumbar, waktu kerja yang ditetapkan pemerintah lima hari tidak cukup.

Irwan Prayitno menambahkan kerja hari Sabtu dan Minggu demi melayani masyakakat. Bahkan dalam lima tahun menjabat Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno tidak pernah mengambil cuti.

Berkat kerja keras, selama menjabat Gubernur Sumbar, pembangunan di masanya banyak yang berhasil. Selain infrastruktur jalan dan jembatan, juga infrastruktur pengairan dan irigasi. Percepatan pembangunan untuk mendorong percepatan ekonomi masyarakat.

Awal pemerintahan Irwan Prayitno sebagai Gubernur Sumbar tahun 2010, saat itu, pertumbuhan ekonomi 0,90 persen. Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun bergerak positif. Dari 6,25 persen pertumbuhan ekonomi tahun 2011, menjadi 6,35 persen pada tahun 2012.

Tahun berikutnya, pertumbuhan ekonomi semakin positif dimana pada triwulan I tahun 2013 berada pada posisi 7,3%.

Kondisi ekonomi yang semakin membaik, berbanding lurus dengan angka kemiskinan semakin berkurang. Tingkat kemiskinan tahun 2011 tercatat 8,99% turun menjadi 8% pada tahun 2012. (Musthafa Ritonga)

Obsesionnews.com, 19 Agustus 2015

IP Naik Perahu Menyisiri Sungai Demi Masyarakat

IP Naik Perahu Menyisiri Sungai Demi Masyarakat

Oleh Siri Antoni

Padang, (Antara) Tanpa ada hambatan bagi Gubernur Irwan Prayitno (IP) untuk melihat kondisi riil masyarakat di daerah-daerah terpencil, tak bisa melalui jalur darat, menyisir sungai naik perahu pun dilakukan.

“Pemimpin masuk kampung, kalua kampung” pantas juga julukan ini diberikan kepada IP.

Selama lima tahun IP menjadi gubernur Sumbar dihadapkan pada wilayah yang secara geografis dan topografis cukup beragam. Bahkan masih ada perkampungan yang tak ditempuh kendaraan roda empat atau harus menggunakan transportasi khusus dengan menyisir aliran sungai baru sampai ke perkampungan tersebut.

Bagi IP terlihat enjoy-enjoy saja menjalankan, banyak fakta yang sulit dipungkiri. Salah satunya lihat saja ketika IP kunjungan kerja ke daerah terisolir perbatasan Pasaman-Limapuluh Kota.

IP bersama rombongan bertolak menuju Nagari Silayang Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kabupaten Pasaman pada 8 Juli 2013. Perjalanan menuju perkampungan Silayang, bukan waktu yang singkat dan melintasi jalan mulus.

Jalan yang ditempuh banyak ditemukan dalam kondisi rusak, roda dua pun sulit menempuhnya. Perjalanan yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga itu, tak menyurutkan semangat IP melayani aspirasi yang disampaikan warga saat dialog.

Banyak hal yang dibincangkan dalam dialog sang pemimpin dengan masyarakat, mulai dari perbaikan infrastruktur, perbaikan tingkat produksi pertanian dan perkebunan serta sektor kesehatan.

Setelah dialog, perjalanan dilanjutkan menuju Galugua di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota. Karena energi positif yang dimiliki IP membuat ia terlihat tanpa beban menaiki perahu warga yang selama ini jadi transportasi ke daerah tetangga tersebut.

Perahu yang dikemudikan seorang warga itu mulai menyisir aliran sungai Lolo. Jarak yang ditempuh dengan transportasi perahu dayung itu, bukan pula waktu yang singkat dan dekat. Setidaknya menghabiskan waktu satu jam perjalanan melintasi riak-riak air di sungai Lolo.

Ada pula pada beberapa titik aliran sungai yang riaknya cukup deras karena ada bebatuan besar pada pinggiran dan sebagian dalam aliran sungai. IP tetap tersenyum dengan duduk di tengah perahu terbuat dari papan itu.

Ia hanya didampingi beberapa staf di satu perahu sembari menikmati perjalan menuju hulu sungai. Ungkap IP waktu itu “Saya ingin merasakan apa yang dialami masyarakat selama ini akses transportasi melalui sungai dengan mesin tempel”.

Mantan aktivis itu menambahkan “Kalau kita ingin tahu permasalahan masyarakat, ya…harus mendatangi mereka. Lihat kondisi riilnya. Hal ini menjadi tekad saya dalam menjalankan amanah sebagai seorang kepala daerah.”

 

Setelah sampai di tepian persinggahan, tak terlihat pula wajah lelah dari sang pemimpin itu. Malah menanyakan ke ajudannya, setelah disini jadwal kemana? Ternyata setelah blusukan ke perkampungan plosok itu, masih ada beberapa agenda kunjungan yang sudah terjadwalkan dan harus dipenuhinya.

Tidak terdengar pula kata atau ucapan yang keluar dari mulut IP “batalkan saja”, malahan sebaliknya kondisikan kita menuju lokasi kegiatan tersebut. Sembari saat itu menegaskan ke ajudannya “pejabat yang sudah letih, bilang saja sama mereka, ndak apa-apa pulang duluan”.

Sikap atau tindakan yang diperlihatkan IP menunjukan kearifan dan bijaksananya dalam memahami keadaan para aparaturnya. IP seorang psikolog, tentu cepat mengenal kejiwaan seseorang.

Sebenarnya kalau ingin mengharuskan semua rombongan ikut ke lokasi kegiatan yang sudah terjadwal sesudah dari pelosok, tentulah ia bisa-bisa saja, karena seorang gubernur. Jelas tak akan ada yang berani membantah.

Namun, kenyataan hal-hal yang bersifat menekan ke bawahan itu tak terlihat pada IP. Sebagian rombongan karena sudah dapat sinyal itu, ada juga yang memanfaatkan titah bijak sang pemimpin. Mereka tidak ikut agenda berikutnya.

Memilih pulang duluan, mungkin memang kondisinya sudah lelah dan letih. Sang pejabat yang pulang duluan tersebut, keesokannya tak pula dipanggil atau ditegur. Membuktikan ungkapan yang keluar dari mulut mantan anggota DPR RI itu benar-benar tulus. Lagi-lagi IP pun bukan sosok pemimpin yang pemarah.

Kini IP berpasangan dengan NA maju sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur periode 2016-2021 ingin mewujudkan impian masyarakat Sumbar yang sejahtera di masa mendatang.

Sekian banyak perkampungan pelosok yang dikunjunginya, tentu belum semuanya dapat dituntaskan kegiatan pembangunan dalam waktu lima tahun.

Apalagi di awal kepemimpinannya dihadapkan musibah, berkat kerja keras dan kuatnya jaringan sebagai mantan anggota parlemen tiga periode, sehingga rumah masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi tuntas dibangun, gedung-gedung pemerintahan berdiri megah lagi dan sejumlah mega proyek sudah diletakan pondasi di akhir masa jabatannya.***

antarasumbar.com, 14 Agustus 2015

Irwan Tak Canggung Antar Anak ke Sekolah

Irwan Tak Canggung Antar Anak ke Sekolah

Oleh Ikhwan Wahyudi

Padang, (Antara) – Selasa pagi, 18 Agustus 2015 Irwan Prayitno punya kesibukan yang berbeda dibandingkan hari sebelumnya.

Setelah resmi mengakhiri jabatan sebagai Gubernur Sumbar 2010-2015 pada 16 Agustus, tepat pukul 06.00 WIB ia bersiap mengantar dua orang putrinya ke sekolah.

Shohwatul Islah dan Farhana dua orang putri Irwan kini merasakan bagaimana rasanya diantar seorang ayah ke sekolah di SMA Negeri 1 Padang.

Jika selama ini mereka diantar sopir, maka kini mereka boleh berbangga dan bahagia, kesempatan langka yang amat jarang dalam beberapa tahun terakhir bisa ke sekolah bersama ayah.

Mengenakan baju kaus putih tanpa kerah dengan celana olahraga Irwan bersiap dudup di bangku kemudi menempuh jalan menuju SMA Negeri 1 Padang yang berada di kawasan Lolong Belanti.

Tanpa canggung, Irwan dengan telaten menyetir sendiri dan ikut merasakan padatnya lalu lintas kota di pagi hari.Perjalan dari kediaman pribadinya di Taratak Paneh Kuranji ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit.

Tiba di gerbang sekolah Irwan menurunkan kaca samping mobil, satpam kaget, “eh ada pak gubernur, sini aja putar pak,” ucap satpam kepada Irwan.

“Biar saya putar diujung saja,” kata Irwan. Namun satpam menghalangi laju mobilnya dan meminta berputar di depan gerbang saja.

Suasana pun menjadi heboh, begitu para orang tua murid yang lain tahu ada Irwan Prayitno yang mengantar anaknya ke sekolah dengan menyetir sendiri.

Seakan tak percaya para orang tua lain tersebut kemudian menyapa dan berbincang dengan Irwan, sosok yang selama ini amat jarang terlihat dibalik kemudi apalagi mengantar langsung putrinya.

“Bagi saya setelah masa jabatan berakhir bisa merasakan kembali kehidupan normal,” ujarnya.

Menurutnya bukan berarti ketika jadi gubernur kehidupannya tidak normal, tapi waktu yang disediakan untuk keluarga sangat sedikit.

“Sekarang saya punya waktu banyak untuk keluarga, bisa mengantar anak ke sekolah, main dengan cucu dan merasakan bagaimana jadi warga biasa.”

“Bayangkan saja, tidur jam 12 malam, bangun pukul 04.00 pagi, Sabtu, Minggu juga banyak kegiatan, saya juga tidak pernah cuti,” katanya.

“Tapi alhamdulillah saya tidak pernah sakit yang berat selama lima tahun karena semua yang dikerjakan adalah amanah,” lanjutnya.

Sebagai psikolog Irwan memahami betul bagaimana membangun kedekatan dengan anak kendati ia adalah orang yang memiliki kesibukan yang padat.

Karena itu begitu ada waktu luang ia tak sungkan mengantar buah hati ke sekolah. Tidak hanya mengantar anak ke sekolah bagi Irwan berkendara bersama keluarga adalah hal yang biasa ia lakoni.

Bersama anak di mobil, Irwan bisa berkomunikasi lebih mendalam. Mengetahui persoalannya dan dapat memberikan nasehat. Namun yang penting adalah terbangunnya kedekatan ayah dan anak, sebagai bekal terwujudnya kebahagiaan keluarga.***

Antarasumbar.com, 19 Agustus 2015

Irwan Merespon Cepat Persoalan Masyarakat

Irwan Merespon Cepat Persoalan Masyarakat

Oleh Siri Antoni

Padang, (Antara) – Berbekal pengalaman sebagai seorang aktivis kampus, tentu membuat kepedulian sosial dan peduli terhadap lingkungan melekat dalam kepribadian IP, sapaan Irwan Prayitno.

Selama memimpin sebagai Gubernur Sumatera Barat kepedulian sosial terlihat nyata. Meskipun dinihari begitu menerima laporan ada bencana yang melanda masyarakat, selagi bisa ditinjau secara langsung ia akan bergerak.

Banyak bukti yang dapat dilihat dan di antaranya ketika musibah air bah atau banjir bandang di Kota Padang menghantam rumah penduduk di Banda Gadang, dinihari IP naik ojek menyisir lokasi terparah yang dilanda bencana.

“Ya…begitulah IP, kalau ia sudah tahu langsung ke lokasi kejadian dan meninggalkan kegiatan yang lain,” tutur Yongki sahabat Irwan.

Padahal, saat mendapatkan kabar bencana air bah tersebut, IP sedang menjalankan safari Ramadhan di perkampungan Pasaman Barat salah satu kabupaten di Sumbar yang berbatasan dengan Sumatera Utara.

Agenda safari dipercepat dan di kebut ke lokasi kejadian, lari kendaraan yang mengiringi mobil pengawal/vorider dengan kecepatan tinggi. Rombongan waktu itu, kata Yongki sebagian besarnya terpisah di belakang karena tak sanggup mengiringi mobil dinas IP .

Dinihari baru sekitar pukul 01.00 WIB tiba di lokasi peristiwa, karena cuaca baru usai hujan lebat dan jalan menuju lokasi dipadati kendaraan dan warga, maka IP pilih naik ojek malam itu untuk menemaninya melihat titik yang parah terdampak air bah.

“Kepedulian sosialnya memang sudah sejak dulu tertanam dalam dirinya, bukan hanya saat menjabat,” ujar alumni SMA Negeri 3 Padang.

Bukan itu, banyak bukti lain ketika bencana tsunami melanda Mentawai, IP langsung membawa bantuan dan tanpa bekal yang lengkap, termasuk pakaian. Maka ketika baru awal memimpin sebagai gubernur, agenda yang menjadi prioritasnya menyelesaikan pembangunan rumah warga yang terkena dampak gempa, biarlah gedung-gedung pemerintah kemudian.

“Naik ojek sudah hal biasa bagi IP, malah sering kalau ada acara di Jakarta dan jalan raya ibukota macet, ia naik ojek saja ke lokasi acara. Jadi, bagi orang yang sudah tau tak begitu mencengangkan,” ujarnya.

Syahril (50) seorang warga Padang, mengagumi kepedulian IP, terbukti ketika bencana-bencana terjadi dan pembangunan pasca gempa bumi. Tidak berlebihan pula rasanya kalau IP memiliki kepedulian sosial yang tinggi, karena selalu mengutamakan kepentingan masyarakat banyak ketimbang kelompok tertentu.

“Kebaikan-kebaikan selama IP memimpin semoga Allah SWT yang membalasnya di akhir kelak. Semoga ia masih diberi amanah untuk melanjutkan pembangunan lima tahun terakhir yang telah dimulainya,” harap pria paruh baya itu.

 

Pria yang juga penggerak sosial ini pun membaca, terkait adanya anggapan program IP selama Lima tahun tidak berhasil. Menurut dia, faktanya sangat tidak tepat dan pandangan yang dilontarkan atau diapungkan sangat subjektif dan ada muatan kepentingan kelompok yang tidak puas.

Siapapun pemimpinnya, tambah dia, membangun dalam situasi darurat tidak akan bisa sempurna hingga 100 persen, apalagi kepedulian sosial kurang. Syukur IP punya kepedulian, dan punya jaringan luas di pusat sehingga dana banyak mengalir untuk Sumbar bisa bangkit seperti saat sekarang. ***

Antarasumbar.com, 20 Agustus 2015

Irwan Prayitno Asah Sportifitas Melalui Karate

Irwan Prayitno Asah Sportifitas Melalui Karate

Oleh Ikhwan Wahyudi

Agam, (Antara) – Ada yang berbeda pada rangkaian kegiatan ujian dan nasional wilayah Sumatera Institut Karate-Do Nasional (Inkanas) yang digelar di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Baso Kabupaten Agam, Sabtu 22 Agustus 2015.

Pada latihan bersama yang diikuti 153 karateka dari Sumatera itu ternyata juga ikut sosok tinggi berkacamata pemegang sabuk hitam dan IV yaitu Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar 2010-2015.

Meski ia sudah mengakhiri masa jabatan sejak 15 Agustus 2015, Irwan ternyata tetap rutin berlatih karate sebagaimana ketika masih menjabat.

“Saya latihan bersama kawan-kawan biasanya sekali seminggu, sekarang ada kegiatan Gashuku di kampus IPDN bersama Dewan Guru Inkanas,” ujar dia yang merupakan pembina Inkanas Sumbar.

Ternyata latihan rutin yang diikuti Irwan itu juga menepis anggapan sejumlah pihak yang sanksi akan sabuk hitam yang dipegangnya disebut sebagai pemberian saja karena ia adalah pejabat.

Memang di Indonesia saat ini hanya ada dua gubernur pemegang sabuk hitam dan IV yaitu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Namun bagi Irwan olahraga karate bukan hal baru karena telah digeluti sejak sekolah dasar dan akhirnya ia mampu meraih sabuk hitam dan IV pada 2013.

“Biasanya saya latihan pagi minimal satu jam sekali seminggu, setelah tidak menjabat gubernur tetap rutin,” lanjutnya.

Untuk merebut sabuk hitam dan IV saja Irwan harus mengikuti serangkaian ujian di Jakarta termasuk karya tulis dan hasilnya ia menjadi salah satu dari lima orang pemegang dan IV di Sumbar.

Bagi saya yang penting terus latihan, macam-macam mulai gerakan dasar, kata, hingga kumite atau pertarungan, kata dia.

Kini setelah tidak lagi menjabat sebagai gubernur, Irwan memilih untuk latihan di sekolah miliknya, Adzkia di Taratak Paneh Kuranji.

Baginya karate tidak hanya sebatas olahraga karena di dalamnya ada sportifitas, kejujuran, sopan santun, hingga kepercayaan diri.

Dewan Guru Inkanas Ellong Chandra pemegang dan VII mengatakan, “kalau dalam latihan Irwan adalah kohai (murid) saya, kalau ditempat lain atasan,” ujar dia.

“Yang saya salut pada Irwan ia terus latihan dari sabuk putih hingga meraih predikat sabuk hitam dan III,” ujar dia.

“Ini bukan diberi, mentang-mentang dia gubernur lalu saya kasih, kualitasnya tidak kalah dengan yang lain,” lanjut dia.

Menurut Ellong dalam proses pembinaan Inkanas membuat sistem seperti pendidikan di perguruan tinggi dengan kurikulum yang sudah disusun sedemikian rupa.

Ada jenjang dan ujian semester pada masing-masing tingkat, ujar dia.

 

Ellong yang sempat menjabat Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan ini mengaku bangga dengan keberadaan Irwan sebagai salah satu aset Inkanas.

Ia melihat perkembangan karate di Sumbar luar biasa karena sejumlah pejabat mau ikut berlatih dan melakukan secara rutin.

Ia memberikan aspresiasi kepada Irwan yang mau terus berlatih dan rutin mendalami bela diri karate karena banyak manfaat yang diperoleh.

 

Antarasumbar.com, 23 Agustus 2015

Menguji Nyali Menaklukan Adrenalin Lewat Motor Trail

Menguji Nyali Menaklukan Adrenalin Lewat Motor Trail

Oleh Ikhwan Wahyudi

Limapuluh Kota, (Antara)- Derungan suara sepeda motor meraung-raung ketika pengendara yang tengah bersiap di garis star memutar gas motor trailnya pada Sabtu 22 Agustus 2015.

Bertempat di sirkuit Limbanang, Kabupaten Limapuluh Kota ratusan croser dari berbagai daerah di Sumbar mengikuti kejuaraan motorcross grastrack 2015.

Memperlombakan berbagai kelas mulai dari lokal hingga spesial engine 250 cc membuat ajang adu ketangkasan menaklukan medan yang terbilang ekstrem itu ramai peminat.

Menggunakan motor trail adalah kebanggaan sejati seorang croser, melahap medan penuh tantangan merupakan pertarungan jati diri.

Siapa yang tidak akan berada pada puncak kebanggaan, mengendarai “kuda Jepang” dengan tampilan garang, meliuk-liuk menaklukan tanjakan hingga tikungan tajam yang penuh debu.

Siang itu ajang bergengsi itu kian lengkap dengan kehadiran sosok yang juga merupakan peminat motor trail dan berkendara di alam bebas yaitu Irwan Prayitno.

Meski pada kesempatan itu, Irwan juga menggandrungi motor trail tidak ikut berlaga, peserta yang hadir mendapat kehormatan karena dilepas oleh Gubernur Sumbar 2010-2015 itu.

Panitia Pelaksana Wilson mengatakan ajang ini diselenggarakan selama dua hari yang diikuti peserta dari berbagai daerah di Sumbar.

Ini merupakan sarana mengasah keterampilan para croser untuk berlaga pada ajang yang lebih bergengsi, kata dia.

Sementara, Irwan saat melepas perlombaan menyambut baik kegiatan tersebut karena merupakan hal positif bagi generasi muda untuk menyalurkan hobi.

Kala itu Irwan sebenarnya ingin ikut menjajal track yang ada namun karena sejumlah agenda sementara untuk mengikuti ajang tersebut harus memiliki persiapan yang matang ia urung untuk ikut.

Bagi Irwan mengendarai motor trail adalah hobi yang sudah mendarah daging sejak ia duduk di bangku SMA.

Kini selain menjalani hobi ia pun memanfaatkan keterampilan tersebut untuk mengunjungi daerah-daerah terpencil di Sumbar yang sulit di akses kendaraan roda empat.

Bersama dengan sejumlah pehobi motor trail Irwan sering berkunjung ke daerah yang masih sulit dijangkau.

Tercatat sejumlah daerah telah ditaklukan dengan motor trail mulai dari Pasaman, Solok Selatan, Dharmasraya bahkan terakhir ia pun sukses menjangkau Garabak Data salah satu nagari di Kabupaten Solok.

“Ini bukan untuk gagah-gagahan, sejak SMA saya memang suka olahraga motor trail,” ujarnya.

Kendati harus menghadapi medan yang sulit tak membuat Irwan menyerah menaklukannya demi menjemput aspirasi ke masyarakat.

Begitu kembali mengunjungi daerah yang terisolir ia langsung menyiapkan langkah-langkah konkret untuk mengatasi persoalan pembangunan yang perlu ditindaklanjuti.

Usai mengunjungi Garabak Data pada Juni 2015, ia langsung memutuskan untuk melakukan pengerasan lima titik jalan guna mempermudah transportasi.

Irwan memerintahkan Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman melakukan pengerasan terutama pada lima titik yang kondisinya sangat parah agar kendaraan roda empat bisa lewat.

Menurut Irwan pengerasan dilakukan pada lima titik jalan yang kondisinya berlumpur agar kendaraan roda empat dapat lewat sehingga percepatan pembangunan segera dilakukan mulai dari Batu Bajanjang hingga ke Garabak Data.

Semua anggaran berasal dari APBD provinsi dan pihak Kabupaten Solok diminta berkoordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan setempat agar pengerjaan pengerasan dapat berjalan dengan baik, kata dia.

Sementara Wakil Bupati Solok Desra Ediwan tidak menyangka gubernur secepat ini menindaklanjuti hasil kunjungan, baru datang ke Garabak Data pada 6 Juni , seminggu setelah itu sudah langsung dikerjakan, saya terharu bahagia,” kata dia. ***

Antarasumbar.com, 23 Agustus 2015

IP Saya Kembali Hidup Normal

IP: Saya Kembali Hidup Normal

Oleh Siri Antoni

 

Padang, (Antara) – Setelah meletakkan jabatan pada 15 Agustus 2015 yang ditandai dengan pelantikan dan serah terima jabatan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo kepada Penjabat Gubernur Sumbar Reydonnizar Moenek, IP sapaan akrab Irwan Prayitno kembali menjalani hidup normal.

Dua hari menjelang berakhir masa jabatannya IP juga sudah berulang kali menyampaikan hal ini ketika ditanya wartawan, bahkan pada saat ramah tamah dengan awak media di lokasi rencana dibangunnya convention hall di Bukit Lampu, Bungus Kota Padang.

“Saya akan kembali hidup normal. Mengantar dan menjemput anak ke sekolah dengan menyetir mobil sendiri, bahkan bisa menunggu anak menjelang pulang dari sekolahnya. Juga bermain dengan cucu. Dan waktu akan banyak berkumpul dengan keluarga,” ujarnya.

Suasananya sudah berbeda saat menjadi gubernur yang hanya tidur 4 sampai 5 jam saja sehari semalam, karena waktu sudah dihibahkan dominan untuk melayani masyarakat Sumatera Barat. Hal itu sudah menjadi janji ketika amanah diemban, dan alhamdulillah dapat dijalankan secara maksimal amanah tersebut.

Kendati pun masih belum sempurna, hal itu bagian dari kemampuan manusia. “Saya selain menjalankan rutinitas mengajar, juga melayani undangan masyarakat untuk memberi tausiyah, karena sudah menjadi hal rutin sebagai pendakwah,” ujarnya.

Selama memimpin Sumatera Barat, sekitar empat tahun memberi pengajian terhadap kalangan pegawai di lingkungan Pemprov Sumbar secara rutin. Psikolog itu mengaku dirinya sudah menjadi penceramah yang tidak dibayar. Namun, merupakan panggilan moral untuk memberi pencerahan tentang pentingnya nilai-nilai agama kepada masyarakat, termasuk pegawai negeri sipil.

Aktivitas sehari-hari manusia tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan Allah SWT. Sehingga dengan selalu adanya siraman rohani, kalangan pegawai dalam menjadikan tugasnya dapat dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, kelak nanti dapat menjadi amal ibadah.

Kemudian dalam kesehariannya setelah ia melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu di Sumbar Irwan akan kembali menggeluti olahraga seperti bulutangkis. Olahraga yang satu ini sudah menjadi rutinitas dijalankannya, termasuk di tengah kesibukan selama jadi gubernur. ***

Antarasumbar.com, 24 Agustus 2015

IP Sosok Mudah Memaafkan

IP Sosok Mudah Memaafkan

Oleh Siri Antoni

Padang, (Antara) – Irwan Prayitno (IP) sosok seorang yang mudah memaafkan, karena tanpa ada beban dan ringan kata maaf terucap dari mulutnya.

Salah satu bukti pada malam pisah sambut begitu bersih ucapan kata mohon maaf keluar kepada berbagai pihak, baik kalangan aparatur di lingkungan provinsi kalangan pejabat di pemerintah provinsi termasuk komponen masyarakat, dan rekan kerjanya Muslim Kasim.

“Bila ada kesalahan dan kurang selama memimpin dan berkomunikasi selama ini agar dapat dimaafkan. Sebaliknya kami sekeluarga sudah terlebih dahulu memaafkan bila ada kekhilafan,” ujarnya.

Menurutnya tidak ada yang terbebas dari khilaf karena setiap orang pasti pernah membuat kesalahan.

Jika ada yang merasa tidak pernah bersalah dipastikan orang tersebut keliru karena salah dan khilaf merupakan sifat dasar manusia, ujarnya.

Atasan bisa saja melakukan kesalahan terhadap bawahannya atau sebaliknya, yang tua suatu saat bisa melakukan kesalahan terhadap yang muda, ayah terhadap anak dan sebaliknya.

Ia mengatakan, semua berpeluang melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak di sengaja. Peristiwa itu dapat menimbulkan kesalahpahamanan, kesal, sakit hati bahkan dendam.

“Dendam dan sakit hati, saya sering sampaikan dalam materi dakwah dan pengarahan akan dapat menghantui pikiran atau virus dalam pikiran. Makin lama makin menumpuk dan berkembang di pikiran. Akhirnya seperti sebuah komputer yang terserang virus, suatu saat komputer tersebut bisa “mogok kerja”, diam, tak dapat berbuat apa-apa,” paparnya

Bila Pada manusia pikirannya “hang”, ia dikatakan mengalami gangguan jiwa,” ujar psikolog itu.

Oleh karena itu kalau seseorang melakukan kesalahan cepat-cepat memaafkan dia, jangan simpan dalam pikiran, apalagi dalam bentuk dendam dan sakit hati. Sebaliknya jika kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, segerakan meminta maaf.

“Banyak orang mengatakan meminta maaf adalah pekerjaan yang paling mudah namun paling berat untuk dilakukan. Memaafkan tidak mesti pada saat waktu raya idul fitri atau Idul Adha saja, setiap waktu bisa dilakukan,” ujar IP.***

Antarasumbar.com, 24 Agustus 2015

Penasehat Pernikahan Yang Istimewa

Penasehat Pernikahan Yang Istimewa

Oleh Ikhwan Wahyudi

Padang, (Antara) Hari bahagia yang ditunggu Musfi Yendra tiba jua untuk menyempurnakan setengah agamanya dengan mempersuntingkan perempuan pilihan hati.

Kedua keluarga besar, kerabat, dan teman ikut menyaksikan ikrar ikatan suci Musfi dengan istrinya dalam prosesi akad nikah yang sakral.

Keberkahan sore itu seakan paripurna karena tampil sebagai penasehat perkawinan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.

Saat itu Irwan masih menjabat sebagai ketua Komisi X DPR, namun ia bersedia untuk hadir dan tampil menyampaikan nasehat kepada kedua mempelai.

“Pak Irwan banyak menulis tentang keluarga dan pendidikan anak, karena itu saya ingin beliau memberikan nasehat pernikahan,” ujar Musfi.

Bagi Irwan memberikan nasehat pernikahan bukan hal baru, karena sudah lama dilakoninya sejak menjabat sebagai Anggota DPR.

Biasanya Irwan akan diminta menyampaikan nasehat pernikahan setelah proses ijab dan kabul selesai.

Pada pertemuan dengan petugas KUA di Kementerian Agama Sumbar ia menceritakan sering diminta menyampaikan nasehat pernikahan, jadi kalau sudah selesai petugas KUA dapat melanjutkan ke akad berikutnya.

“Walaupun tidak ada bagi hasil, biar nasehat pernikahan saya yang menyampaikan,” ujar Irwan berseloroh.

Demikian juga dengan pasangan Candra dan Lian Oktavia yang melangsungkan pernikahan pada 26 Maret 2011, kebahagiaan mereka semakin indah dengan kehadiran Irwan yang juga menyampaikan nasehat pernikahan.

Candra ingat betul pesan Irwan saat itu, jika ingin memperoleh rumah tangga yang berkah maka pasangan harus dekat dengan Allah karena rasa sayang berasal dari Allah.

Kalau suami istri dekat dengan Allah, akan turun sakinah mawaddah warohmah, ucap Irwan sebagaimana disampaikan Candra.

Selain itu Irwan juga berpesan agar pasangan suami istri menjaga hubungan baik diantara keluarga karena hakekatnya yang menikah adalah dua keluarga bukan hanya dua orang saja.

Usai menyampaikan nasehat pernikahan, dua pihak keluarga tidak menyangka ternyata sosok Irwan juga memahami persoalan keluarga dan seluk beluk rumah tangga.

Hebat juga rupanya, selain jadi gubernur rupanya bisa juga memberikan nasehat pernikahan , ucap Syari salah seorang keluarga Candra.

Kini setelah empat tahun menikah Candra telah dikaruniai dua anak dan uniknya putra pertamanya Fathan Mubina yang saat ini telah berusia 3,5 tahun begitu melihat foto Irwan akan berujar, “Yah itu pak gubernur,” katanya.

Ia menceritakan kepada dua anaknya ketika menikah Irwan yang memberikan nasehat pernikahan dan seakan ada ikatan hati kedua anaknya. ***

 

Antarasumbar.com, 24 Agustus 2015

IP Gubernur Yang Rajin Blusukan Hingga ke Daerah Terpencil

IP Gubernur Yang Rajin Blusukan Hingga ke Daerah Terpencil

Oleh Ikhwan Wahyudi

 

Padang, (Antara) – Saipul Ahyar (31) tersenyum bangga menyambut pagi di Nagari Muara Tais, Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Diliputi rasa haru, bersama warga lainnya, Kepala Jorong Rumbai Nagari Muara Tais, Kecamatan Rao itu sibuk melakukan persiapan menyambut kedatangan rombongan Gubernur Sumatera Barat dalam rangka kunjungan kerja

Sebanyak 6.217 penduduk dari sembilan jorong di nagari itu tidak membayangkan orang nomor satu di Sumbar akan menempuh jalan tanah berbatu sepanjang 30 kilometer untuk sampai ke daerahnya.

“Tak pernah terbayang, bahkan bermimpi orang nomor satu di Sumbar akan menginjakan kaki di daerah kami,” kata Saipul.

Ia masih setengah tidak percaya, ketika seminggu sebelumnya, Camat Rao, Azwar memberi tahu Gubernur Irwan Prayitno akan berkunjung ke jorong itu.

“Sajak angok ditampuah iduang alun ado Gubernur yang datang kasiko,” katanya.

Nagari Muara Tais terletak di wilayah paling timur Sumbar, berbatasan langsung dengan Dusun Tiga Batas Desa Cipangkanan Kecamatan Rokan Kabupaten Rokan Hulu Riau berjarak 250 kilometer dari Padang.

Perjalanan menuju Nagari Muara Tais dari Ibukota Kabupaten Lubuk Sikaping ditempuh dengan jalur darat memakan waktu sekitar tiga jam. Kondisi jalan yang laik tempuh dari Lubuk Sikaping yang merupakan Ibukota Kabupaten Pasaman hanya berkisar 50 kilometer, dilanjutkan jalan tanah berbatu sepanjang 30 kilometer dengan medan berbukit-bukit dan cukup terjal.

Jika cuaca buruk kondisi jalan tanah layaknya kubangan lumpur yang sangat sulit dilewati kendaraan. Sebaliknya jika cuaca panas, debu akan mengepul sepanjang jalan memenuhi rongga hidung pengendara yang lewat.

Bila malam hari penerangan sangat gulita karena belum terjamah jaringan listrik dari PLN. Ini membuat warga setempat terpaksa menggunakan mesin diesel guna memenuhi listrik untuk penerangan.

Sejak pagi terlihat masyarakat sibuk melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan Gubernur yang dipusatkan di Pasar Jorong Rumbai.

Lebih ektsrem lagi Walinagari Muara Tais Dalmi Yasri mengatakan, sepengetahuannya sejak Indonesia merdeka, daerah itu belum pernah dikunjungi pejabat setingkat Gubernur.”Kedatangan Gubernur merupakan sejarah baru dan membawa harapan bagi kami,” katanya penuh harap.

Tepat pukul 13.00 WIB, mobil patroli polisi diiringi Toyota Fortuner hitam nomor polisi BA 1 memasuki jorong Rumbai. Jelas saja mobil tersebut merupakan kendaraan paling bagus yang pernah dilihat masyarakat berada di daerah itu. Gubernur Irwan Prayitno yang berada di atasnya tersenyum turun.

Bersama Bupati Pasaman Benny Utama rombongan disambut dengan tarian Pasambahan khas Minang dibawakan oleh delapan penari cilik. Sekitar 500 orang masyarakat telah tumpah ruah berbaris menunggu untuk melihat langsung Gubernur mereka yang selama ini hanya dilihat melalui koran dan layar televisi.

“Iko Gubernur awak , mudo kironyo mah,” ucap Basri salah seorang masyarakat setempat.

“Yang ma pak gubernur tu?” tanya Yeni (35) kepada temannya yang bergerombol, sambil melihat ke arah rombongan yang baru turun mobil. Ia mencoba menebak di antara tiga orang berdiri sejajar disambut penari cilik tersebut.

Yeni mengaku hanya pernah melihat gambar Gubernur melalui baliho pada pilkada Gubernur tahun lalu. Tidak disangka ia saat itu berhadapan langsung dengan orang nomor satu di Sumbar sembari menggendong satu anaknya berusia delapan bulan.

Rombongan Gubernur berangsur diarahkan untuk duduk di bawah tenda pada kursi yang telah disediakan. Masyarakat semakin ramai berkerubung untuk menyaksikan langsung wajah Gubernur. Irwan Prayitno yang merupakan politisi PKS tersebut pun tidak henti tersenyum sambil melambaikan tangan.

Perlahan acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Quran dilanjutkan dengan sambutan Kepala Jorong Muara Tais Saipul Ahyar.

Tidak main-main, ia telah menyiapkan pidato sambutan sejak dua hari lalu mengingat ini momen paling bersejarah baginya serta masyarakat. Bagi dia berbicara di depan Gubernur disaksikan orang ramai bukan perkara mudah atau sulit.

Apalagi dalam susunan acara yang telah diatur hanya ia yang akan menyampaikan sambutan, kemudian dilanjutkan langsung Bupati dan berikutnya arahan dari Gubernur. Tentu kesempatan ini tidak boleh dilewatkan dengan sia-sia, harus mantap dan langsung pada persoalan yang dirasakan selama ini untuk disampaikan.

“Pak Gubernur, kami tidak pernah membayangkan mobil BA 1 yang bapak kendarai akan parkir di tanah ini,” katanya membuka sambutan sembari diikuti tepuk tangan hadirin.

“Tentu bapak merasakan bagaimana perjalanan ke sini melalui jalan tanah berbatu sepanjang 30 kilometer. Kami sangat berharap agar pemerintah bisa memperbaiki jalan tersebut dengan mengaspalnya,” sambungnya mantap. Ia menerangkan jalan tersebut merupakan jalan poros Kabupaten Pasaman menuju Provinsi Riau melewati Kabupaten Rokan Hulu.

Jika jalur itu rampung diperbaiki akan meningkatkan ekonomi masyarakat karena biasanya jika hendak menuju Kota Dumai Provinsi Riau masyarakat harus memutar menuju Payakumbuh dengan jarak tempuh 610 kilometer. Sebaliknya jika melewati jalan tersebut hanya 335 kilometer berarti irit sejauh 275 kilometer.

Kemudian, masyarakat sangat mengharapkan di daerah itu segera dibangun sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA). “Anak-anak kami yang hendak melanjutkan ke SMA harus sekolah ke Rao sejauh 40 kilometer dan terpaksa harus kos di sana,” lanjutnya.

Tak lupa, Saipul menyampaikan daerahnya hingga hari ini belum dialiri listrik. Masyarakat terpaksa menggunakan mesin diesel .”Untuk penerangan dan menonton TV kami harus mengeluarkan biaya Rp150 ribu setiap bulan untuk bahan bakar,” kata dia.

 

Menutup sambutan ia meminta Gubernur untuk membujuk operator seluler agar mendirikan tower di daerah itu agar masyarakat bisa berkomunikasi menggunakan telepon seluler. Warga telah membeli telepon seluler namun tak bisa digunakan karena sinyal belum menghampiri daerah itu.

Harus Bersyukur

Menanggapi hal itu Gubernur Irwan Prayitno mengajak masyarakat Muara Tais untuk bersyukur terkait kondisi yang mereka alami. Masih banyak daerah lain di Sumbar yang terisolir kondisinya lebih parah. “Bahkan ada daerah di Sumbar yang secara akses dekat dari jalan lintas namun kondisinya masih tertinggal,” kata Irwan.

Masyarakat Muara Tais harus bersyukur karena secara ekonomi masih lebih baik karena memiliki mata pencaharian berkebun karet dengan mengambil getahnya untuk dijual, kata Irwan.

Muara Tais memang dikenal sebagai penghasil karet terbesar di Pasaman dimana jika harga jual sedang tinggi mencapai Rp18 ribu-Rp21ribu per Kilogram. Getah karet yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dibanding daerah lain.

Menanggapi persoalan jalan melalui APBD Sumbar telah dialokasikan dana untuk menyelesaikan pembangunan jalan di Muara Tais hingga ke perbatasan dengan Rokan Hulu Riau.

Ia juga menyampaikan akan menghubungi Gubernur Riau agar jalan dari Rokan Hulu menuju perbatasan Sumbar juga diperbaki sehingga jalan dari dua jalur tersebut bisa lancar.

Kemudian , terkait dengan belum adanya akses telepon seluler pada September 2010 Pemrov Sumbar telah menyurati Kabupaten/Kota untuk meminta data daerah yang belum diakses layanan seluler menindaklanjuti permintaan Kementerian Kominfo. “Namun hingga saat ini belum semua daerah yang mengirimkan data tersebut,” lanjut dia.

Untuk pemasangan jaringan listrik saat ini tengah diupayakan berbagai upaya agar Muara Tais bisa terang benderang menerima pasokan listrik dari PLN.

Tiga jam berada di daerah itu, Gubernur beserta rombongan bergerak menuju Padang. Perjalanan tersebut hanya secuplik kisah bagaimana komitmen Irwan untuk mencoba membuka akses daerah yang masih tertinggal.

Tidak hanya menggunakan kendaraan roda empat, tak jarang Irwan menggunakan motor trail saat berkunjung ke Garabak Data Kabupaten Solok. (***)

Antarasumbar.com, 14 Agustus 2015

Ketua BPK RI: Gubernur Sumbar Satu-Satunya Gubernur yang Memahami Aturan BPK

Ketua BPK RI: Gubernur Sumbar Satu-Satunya Gubernur yang Memahami Aturan BPK

dakwatuna.com – Jakarta. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia melakukan penandatanganan MoU kesepakatan bersama tentang akses data transaksi rekening pemerintah provinsi/kabupaten/kota se-Sumatera Barat secara on-line pada PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat (Bank Nagari) dalam rangka pengelolaan dan tanggung jawab keuangan  daerah, di Auditorium Kantor Pusat BPK RI Jakarta, Senin (1/4).

Hadir dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, Ketua BPK RI Drs. Hadi Poernomo Ak, Wakil Ketua BPK RI Hasan Bisri, SE, BPK RI Perwakilan Sumbar Betty Ratna Nuraeny, SH, Direktur Bank Nagari H. Suryadi Asmi, SE, MM, Bupati/Walikota  se-Sumatera Barat, para anggota BPK dan pejabat di lingkungan BPK RI.

Gubernur Irwan Prayitno dalam sambutannya menyampaikan, “Kesepakatan bersama ini dimaksudkan untuk memungkinkan BPK mengakses secara on-line seluruh transaksi kas pemerintah daerah secara “Real Time ” yang ada pada Bank Nagari. Hal ini merupakan salah satu implementasi e-audit BPK pada pemerintah daerah, sesuai dengan pasal 10 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan ketentuan pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan.”

“Ruang lingkup kesepakatan bersama ini meliputi pelaksanaan akses data transaksi rekening pemerintah daerah dimaksud secara on-line pada Bank Nagari dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang efisen dan transparan,” ungkapnya.

“Penandatanganan kesempatan bersama ini sangat penting karena akan tercipta “e-audit financial tracking“ yang akan memberikan manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota se-Sumatera Barat serta Bank Nagari. Manfaat lain juga bagi pemerintah daerah antara lain:

Pertama, mencegah secara dini anomali/penyimpangan transaksi kas pemerintah daerah dan mempercepat proses penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK sehingga mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

Kedua, meningkatkan kehati-hatian aparatur karena merasa terus diawasi. Ketiga menjadikan pekerjaan auditor lebih praktis dan efisien. Keempat mengurangi waktu SKPD melayani keperluan data auditor dan bagi Bank Nagari akses on-line dapat digunakan untuk mendorong pengembangan Cash Management System (CMS) yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) pemerintah daerah,” jelas Irwan.

Dalam sambutannya, Ketua BPK RI Hadi Purnomo menyampaikan bahwa Gubernur Sumatera Barat adalah satu-satunya Gubernur yang memahami tentang aturan BPK. Sehingga Ketua BPK RI tidak perlu menjelaskan lagi dalam sambutannya tersebut. Lebih lanjut Hadi Purnomo menyatakan bahwa Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sudah pantas menjadi kandidat Anggota BPK jika telah menyelesaikan jabatan Gubernur.  (dep/sbb/dakwatuna)

dakwatuna.com 4 April 2014

 

Program Singgah Sahur Berkah Mengejutkan Bagi Masrizal

Program Singgah Sahur Berkah Mengejutkan Bagi Masrizal

KBRN, Padang: Program singgah sahur yang dilaksanakan Pemerintah Kota (Pemko) Padang menjadi kado Ramadhan yang mengejutkan bagi keluarga Masrizal yang tinggal di Kampung Tampat Durian, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji.

Hal tersebut dikarenakan, ia bersama istri dan 3 anaknya yang tinggal di rumah berlantai tanah berukuran 7 kali 8 meter, mendapat kesempatan menghabiskan waktu santap sahur bersama Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno bersama rombongan singgah sahur Pemko Padang, meskipun sederhana dengan duduk bersila di teras rumah yang sangat sempit.

Berbeda dengan pelaksanaan kegiatan singgah sahur Pemko Padang sebelumnya, singgah sahur Minggu dini hari (5/7/2015) dihadiri Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, yang sengaja menyempatkan diri untuk menyapa masyarakatnya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Pada kesempatan tersebut Gubernur Irwan Prayitno mengatakan, kegiatan singgah sahur bukan sekedar program mengunjungi masyarakat, melainkan juga menyalurkan bantuan berupa bedah rumah dengan nilai Rp 20 juta, beserta sejumlah bantuan lain seperti uang bea siswa sekolah dan permodalan usaha.

“Kunjungan tim ini bukan sekedar membawa makan sahur untuk dimakan bersama-sama. Tim membawa bantuan berupa bedah rumah. Ada juga bantuan Kelompok Usaha Bersama-Kube dari Dinas Sosial, yang diberikan untuk istri pak Masrizal ini,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Walikota Padang Emzalmi mengatakan, program bedah rumah telah dilaksanakan sejak tahun 2014 lalu, dengan jumlah rumah yang telah diperbaiki mencapai 600 unit, yang tersebar di berbagai Kecamatan. Untuk tahun 2015, diprogramkan membedah seribu rumah tidak layak huni secara bertahap.

“Kriteria tempat tinggal warga yang dibantu diperbaiki yakni rumah yang tidak layak ditinggali secara teknis maupun kesehatan, seperti lantai masih tanah dan dinding dari papan seadanya. Tahun ini kita akan bedah seribu rumah bertahap. Sampai 2019 program ini tetap dijalankan, hingga tidak ada lagi rumah tidak layak huni,” paparnya.

Sementara itu, pasangan Masrizal yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan dan sang istri Evayanti sebagai pedagang keripik, mengaku terkejut dikunjungi orang nomor 1 di Provinsi Sumatera Barat yang didampingi Wakil Walikota Padang beserta rombongan singgah sahur Pemko Padang, mengingat sebelumnya mereka tidak mendapat pemberitahuan secara lisan maupun tulisan.

Pasangan yang telah memiliki 3 anak dimaksud tidak mampu berucap banyak selain melontarkan kata senang dan bahagia, karena ternyata masih ada perhatian pemerintah terhadap warganya yang hidup dalam kondisi susah.

“Terkejut, kaget, Tiba-tiba datang Pak Gubernur, Alhamdullilah ada bantuan bedah rumah ini, saya hanya tukang, kadang dapat kerjaan, kadang liburnya panjang. Bagi saya mengumpulkan uang untuk memperbaiki rumah susah, apalagi ada kebutuhan untuk anak juga,” terang pria 39 tahun itu.

Masrizal berharap, tempat tinggalnya akan selesai dibedah sebelum Idul Fitri, sehingga di hari Lebaran, keluarganya dapat merayakan hari kemenangan, tinggal di rumah yang layak, yang sejak lama diimpikan namun tak kunjung terwujud karena keterbatasan pembiayaan.(DS/AA)

rri.co.id, 5 Juli 2015

 

Gubernur Sumbar Bajak Sawah Masyarakat di Pessel

Gubernur Sumbar Bajak Sawah Masyarakat di Pessel

PAINAN – Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno membajak sawah masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan. Ini bukan berita bohong!

Bersama Bupati Pesisir Selatan H. Nasrul Abit, Irwan melakukan ‘pembajakan’ terhadap sawah masyarakat di Talang Nagari Kambang, Kamis (4/10). Pembajakan ini justru disaksikan dan diberi aplausan yang meriah dari masyarakat petani yang menyaksikan.

Ceritanya, Irwan Prayitno bersama Bupati Pessel, H. Nasrul Abit melakukan pencanangan Sekolah Lapang Pertanian Tanam Terpadu (SL PTT) di Kampung Talang Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang. Pencanangan ini sejalan dengan penyerahan bantuan kepada 80 Keltan di Kabupaten Pesisir Selatan bersumber dari Dana Kontijensi Kementerian Pertanian.

Dalam kesempatan itu, Irwan dan Nasrul langsung turun ke sawah menjalankan mesin bajak pengolah sawah di lahan masyarakat. Tak ayal, aksi itu langsung mendapatkan tepuk tangan meriah dari ratusan masyarakat yang menyaksikan.

“Wah, Pak Gubernur sama Pak Bupati langsung turun ke sawah, jadi tambah semangat nih! Mudah-mudahan hasil panen kita tahun ini bisa meningkat,” celetuk seorang petani.

Irwan Prayitno menyatakan, program SL PTT dan pemberian bantuan Dana Kontijensi adalah untuk mendorong pencapaian target produksi beras 884 ribu ton jatah Sumbar dari 10 juta ton target nasional tahun 2014.

“Program ini untuk memacu pencapaian target produksi beras nasional 10 juta ton pada tahun 2014. Sumbar sendiri mendapat target 884 ribu ton,” kata Irwan.

Bantuan dana Kontijensi dari Kementan RI  untuk Provinsi Sumbar tahun ini berjumlah total Rp56 miliar dan disalurkan untuk 880 kelompok tani di 12 kabupaten. Masing-masing kelompok mendapat alokasi bantuan sebesar Rp57 juta. (feb)

padangmedia.com, 5 Oktober 2012

 

Irwan Prayitno, Gubernur yang Horizontal

Irwan Prayitno, Gubernur yang Horizontal

Otonomi disikapi para kepala daerah di Indonesia dengan cara beragam, mulai cara pandang ke bisnis hingga kreatif. Pengaruhnya, mereka ada yang diganti, ada juga yang terpilih kembali, sehingga inovasinya dijadikan acuan kepala daerah lain.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mungkin adalah salah satu acuan tersebut. Kebijakannya tidak ada yang inovatif dan menarik perhatian publik. Namun ia punya gaya kepemimpinan berbeda dibanding kepala daerah lainnya. Ia adalah orang yang membumi, yang selalu naik pesawat Garuda kelas ekonomi walau punya hak naik kelas bisnis.

Ditanya oleh Hermawan Kartajaya mengenai hal tersebut, alasan ia melakukannya karena kondisi APBD Sumbar. Ia tidak melihat alasan dirinya mendapat fasilitas mewah, namun mengoptimalkan apa yang ada. Penghematan pun dilakukannya sekaligus agar dapat menginspirasi publik. Selain tiket pesawat, ia tidak mau mengganti mobil dinas atau renovasi rumah dinas meski anggarannya tersedia.

Uang hasil penghematan digunakan untuk kebutuhan pengelolaan pemerintahan daerah. Uniknya, biar menghemat, Irwan bisa menaikkan insentif bagi para pegawai Pemprov yang berprestasi, salah satunya yang bisa melakukan pelayanan publik sesuai target.

Dengan cara itu, walau APBD Sumbar tidak terbilang besar dan beberapa kali terkena bencana alam, Pemprov Sumbar berhasil mendapatkan sejumlah apresiasi, salah satunya Penghargaan Presiden. Menurut Irwan, dengan kondisi keuangan terbatas, penghematan dilakukannya untuk memberi contoh kepada para pegawai Pemprov.

Dampak langkah tersebut membuat komposisi belanja pegawai hanya 24% dari APBN. Artinya, dana APBD benar-benar disalurkan untuk melayani rakyat dibanding birokrasi. Ini adalah sebuah langkah maju yang menunjukan sebuah gaya kepemimpinan punya dampak amat besar.

By Jaka Perdana

the-marketeers.com 10 Agustus 2012

 

Irwan Prayitno Sosok Akademisi dan Politisi yang Rendah Hati

Pena Sendu Armi Skom: Irwan Prayitno Sosok Akademisi dan Politisi yang Rendah Hati

SEBAGAI seorang akademisi yang berhasil menyelesaikan pendidikan S3 dengan predikat cumlaude dengan nilai IPK 3,97, sosok Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc yang lahir 20 Desember 1963 lalu, juga seorang politisi yang pernah mengabdi selama tiga periode di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari PKS.

 

Di dunia pendidikan, Irwan Prayitno yang merupakan anak nagari dari Taratak Paneh Kecamatan Kuranji Kota Padang, menjalankan  pendidikan menengah di Kota Padang, yakni di SMA 3 Kota Padang.

 

Kemudian, Irwan Prayitno yang terjun sebagai  aktivis dakwah menyelesaikan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1982. Kemudian, Irwan Prayitno pulang ke kampung leluhurnya dan  mendirikan Yayasan Pendidikan Adzkia, yang sampai sekarang menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Padang Tercinta.

 

Sedangkan mata rantai karir politik Irwan Prayitno, sebagai buah reformasi telah dimulainya dengan berdakwah dari kampus ke kampus. Bahkan, Irwan Prayitno dinilai sebagai aktifis yang mendorong mahasiswi-mahasiswi untuk menutupi auratnya.

 

Yang menarik, kesuksesan Irwan Prayitno di dunia pendidikan dan politik, tak membuat penampilannya berubah. Bahkan Irwan Prayitno meminta kepada siapa pun untuk tidak memaksa dirinya berubah sesuai ketentuan protokoler, saat menjadi Gubernur Sumatera Barat.  “Jangan paksa saya mengubah style hidup saya, karena bagi saya fasilitas jabatan apa pun adalah sunah, kewenangan justru suatu kewajiban bagi saya,” katanya waktu itu.

 

Ketimbang menggunakan anggaran yang tersedia, Irwan mengoptimalkan penggunaan fasilitas yang telah ada. Bahkan Irwan Prayitno menolak masukan untuk membeli mobil dinas baru dan masih menempati rumah dinas lama.

 

Yang hebatnya lagi, ketika disodori alasan menutup malu kepada menteri atau pejabat negara lainnya yang datang berkunjung, Irwan lebih memilih menggunakan mobil pribadinya untuk dijadikan mobil pelat merah.

 

Begitu juga saat rekonstruksi kantor pemerintahan yang rusak akibat gempa bumi 30 September 2009, sempat dianggarkan pembangunan kantor baru untuk gubernur. Namun, Irwan mengalihkan penggunaannya untuk tiga SKPD yang kantornya rusak, memilih berkantor menempati rumah dinas lama di Jalan Sudirman.

 

Setiap melakukan perjalanan keluar provinsi, Irwan tak pernah memilih maskapai penerbangan dan  selalu memilih dan merasa nyaman  duduk di kelas ekonomi, sebagai sebuah keteladanan seorang pemimpin yang rendah hati dan bersahaja, serta tampil tanpa atribut benggo lambang gubernur dan minim protokoler. Masalah itu karena Irwan Prayitno tak ingin ada pembatas antara dirinya dan masyarakat.

 

Sesibuk apapun pekerjaaanya, Irwan Prayitno tetap menunaikan dakwah selama menjabat sebagai gubernur. Bahkan, dua kali sebulan setiap Jumat pagi, Irwan Prayitno selalu mengisi wirid mingguan yang diikuti jajaran pegawai Pemprov Sumatera Barat. Kegiatan wirid dipusatkan di Masjid Raya Sumatera Barat sejak awal tahun 2012, meskipun saat itu penggunaan masjid belum diresmikan. Selama Juni dan bulan Ramadhan 2014 dan 2015, Irwan Prayitno selalu memberikan tausiyah dalam kunjungan ke instansi-instansi pemerintah.

 

Waktu untuk anak dan istrinya, Irwan Prayitno sengaja memanfaatkan sisa waktunya bercengkrama sama keluarga, serta berolahraga. Yang hebatnya, Irwan Prayitno punya hobi olahraga otomotif trabas, serta senang berlahraga badminton, dan karate.

 

Setiap ada acara resmi, Irwan Prayitno selalu diminta bernyanyi dan kondisi itu pulalah yang mendorongnya belajar bernyanyi. Sedangkan bermain musik, Irwan Prayitno mahir sebagai drumer.

 

Dari berbagai kehebatan dan kelebihan Irwan Prayinto tersebut, wajar saja jika Partai Kesejahteraan (PKS) memintanya untuk maju kembali di Pilgub Sumbar, 2016-2021, yang aleknya dilaksanakan 9 Desember 2015. Dorongan sama juga datang dari berbagai lapisan masyarakat, agar Irwan Prayitno melanjutkan kepemimpinannya untuk Sumbar Sejahtera. (Sendu Armi, wartawan Padangpos.com).

 

Padangpos.com,  1 Oktober 2015

Mahasiswa Pantas dan Layak Menjadikan Irwan Prayitno Suri Tauladan

Pena Sendu Armi Skom: Mahasiswa Pantas dan Layak Menjadikan Irwan Prayitno Suri Tauladan

KULIAH atau memperdalam ilmu dengan tetap bekerja menghidupi anak dan istri, sebagai tanggungjawabnya sebagai suami dan orang tua yang baik, merupakan salah satu kelebihan dan kehebatan Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, M.Sc dalam mengarungi dinamika kehidupan.

 

Jika dilihat dari rekam jejaknya, ternyata Prof. Dr. H. Irwan Praytino, Psi Msc, tak hanya seorang akademisi yang ulet, tekun dan rajin,  tapi juga berdisiplin tinggi dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

 

Tak semua orang bisa dan mampu menjalani kehidupan yang penuh onak dan duri dalam meraih dan mencapai keberhasilan dan kesuksesan pada zaman sekarang. Soalnya, banyak juga mahasiswa dan mahasiswi dari orang yang berada alias kaya, yang tergelincir kena pengaruh narkoba dan pergaulan seks bebas.

 

Di kampus Universitas Indonesia, Irwan Prayitno telah memulai aktifitasnya sebagai mahasiswa yang sering memberikan tausiyah dan bahkan dari tausiyah yang diberikannya, dinilai mampu mengubah para mahasiswi Muslim menutupi auratnya.

 

Yang menariknya, begitu berhasil lulus sarjana Psikologi Universitas Indonesia, Irwan Prayitno justru ingin berdakwah. Bahkan adanya tawaran gaji besar di PT Semen Padang, tak digubrisnya. Alasannya, karena Irwan Prayitno berkeyakinan dan berkeinginan mengajak umat Islam untuk menggeluti agama Islam secara kaffah melalui dakwah.

 

Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Irwan Prayitno mendapatkan dorongan dari teman-temannya membangun lembaga pendidikan Adzkia untuk berdakwah melalui dunia  pendidikan, dan mendirikan  Yayasan Al-Madani untuk mengurusi dakwah sosial.

 

Setelah lembaga pendidikan Adzkia mulai menapak maju di Kota Padang, Irwan pada tahun 1995 memperdalam ilmunya dengan kuliah S2 di negeri jiran Malaysia. Kemudian, Irwan Prayitno menyelesaikan studi tiga semester atau satu setengah tahun dari waktu normal enam semester atau tiga tahun dan berhak menyandang gelar MSc bidang Human Resources Development.

 

Selanjutnya, Irwan Prayitno melanjutkan kuliah S3 dengan tujuan untuk memperdalam ilmu di bidang Training Management dan Irwan Prayitno berhasil menyelesaikan studi S3 dengan hasil yang sangat memuaskan cumlaude dengan IPK nilai 3,97.

 

Yang hebatnya, Irwan Prayitno membawa istri dan anaknya untuk tinggal Negeri Jiran Malaysia. Kondisi dan fakta itu, membuat  Irwan Prayitno terpaksa bekerja keras dan tak kenal lelah. Sementara, sumber pendapatan atau pemasukan, didapatinya dari berdakwah, yang kadangkala sampai ke London, Inggris.

 

Selain berdakwah, ternyata Irwan Prayitno juga menulis buku yang di antara buku karya ilmiahnya jadi bacaan wajib dan bacaan tambahan bagi kampus perguruan tinggi, termasuk di kampus IAIN di berbagai daerah di nusantara. Kemudian dari buku ilmiah yang ditulisnya itu Irwan Prayitno mendapatkan royalti dari penerbit buku.

 

Jadi, bagi mahasiswa yang ingin maju dan sukses, tak ada salahnya juga menjadikan sosok Irwan Prayitno sebagai suri teladan. Alasannya, selain tugas dan tanggungjawabnya terhadap anak dan istri tetap dijalaninya, ternyata Irwan Prayitno berhasil juga menyelesaikan S3 dan kemudian menjadi Gubernur Sumatera Barat, periode 2010-2015. (Sendu Armi, wartawan padangpos.com)

Padangpos.com, 2 Oktober 2015

Irwan Prayitno, Musikus yang Berpolitik Santun

Pena Holy Adib: Irwan Prayitno, Musikus yang Berpolitik Santun

Irwan Prayitno mengingatkan saya kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia periode 2004-2014. Kesamaan dua orang tokoh ini, mereka sama-sama musikus dan politikus yang santun.

 

Musikus

 

SBY, akronim nama suami Kristiani Herrawati itu telah menelurkan lima album saat menjabat presiden, yakni Rinduku Padamu (2007), Evolusi (2009), Ku Yakin Sampai Di Sana (2010) dan Harmoni Alam Cinta dan Kedamaian (2011) dan Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik Karya SBY (2014). IP, akronim nama suami Nevi Zuairina itu menerbitkan dua album, yaitu Cinta Sejati (2014) dan Cinta Sesama Manusia (2015).

 

Album Cinta Sejati berisi 12 lagu yang terdiri dari lima lagu merupakan ciptaan IP sendiri yaitu Kau Istriku, Anakku, Allah Ta’Ala, Ayah, Kepadamu, dan selebihnya merupakan hits dari penyanyi-penyanyi yang sudah ada seperti, Maher Zain, Raihan, Gigi, dan lainnya. Hits dalam album itu adalah lagu Kau Istriku. Video klip lagu itu dibintangi oleh artis ibukota yang bercitra Islami: Dude Harlino dan Alyssa Soebandono. Sementara album Cinta Sesama Manusia berisi sepuluh lagu.

 

Total lagu yang SBY ciptakan dan masuk dapur rekaman berjumlah 40 lagu, sementara lagu IP belum sampai sebanyak itu. IP memang tidak seproduktif SBY dalam menciptakan lagu. Akan tetapi, puluhan lagu yang IP ciptakan cukup untuk membuktikan bahwa IP adalah seorang yang bukan sekadar memiliki bakat seni, sudah pantas disebut musikus, seperti yang disematkan kepada SBY.

 

Sama seperti SBY, IP menciptakan lagu itu di tengah kesibukan sebagai pejabat. Seperti  yang semua orang tahu, IP merupakan Gubernur Sumbar periode 2010-2015. Seandainya tidak sibuk bekerja, barangkali IP menciptakan lebih banyak lagu lagi. Kalau ada pertanyaan, mengapa SBY lebih banyak menciptakan lagu daripada IP, jawaban yang tepat adalah karena keberhasilan seorang pemimpin bukan dilihat dari jumlah lagu yang ia bikin, melainkan dari prestasi pembangunannya di daerah yang ia pimpin. Soal lagu, adalah karya dari bakat seorang manusia, terlepas dari apapun jabatan dan profesinya.

 

Dalam hal memainkan alat musik, IP memiliki kelebihan daripada SBY. SBY dalam beberapa referensi, diketahui hanya bisa memainkan gitar dan bass, sedangkan IP mampu memainkan gitar dan drum. IP sering memerlihatkan kemampuannya bermain drum di depan khalayak. Itu menunjukkan bahwa IP benar-benar bisa memainkan drum, bukan sekadar gaya-gayaan saja. Demikian juga kemampuan bermain gitar. Dalam video klip amatiran yang diunggah ke Youtube, IP bermain gitar dan bernyanyi secara langsung di hadapan istrinya, dalam lagu Kau Istriku. Lagu itu tidak direkam dengan kualitas alat rekam di perusahaan rekaman, akan tetapi direkam dengan kamera video saja. Namun, petikan dan rif-rif gitar serta suara IP terlihat jelas, tidak jauh berbeda ketika lagu itu direkam dan dibuatkan video klip pada kemudian hari. Sekadar informasi, lagu dalam video klip amatiran itulah yang membuat IP dilirik oleh produser untuk kemudian direkam secara profesional dan dibuat video klipnya.

 

Berpolitik Santun

 

SBY dikenal sebagai orang yang memelopori politik santun di Indonesia. Terlepas dari berbagai skandal yang berkaitan dengan SBY selama masa kepemimpinannya, SBY dinilai banyak pihak sebagai politikus yang menampilkan wajah politik santun, tak terkecuali terhadap lawan-lawan politiknya, meski tudingan, caci makian, bahkan fitnah ditujukan oleh berbagai pihak terhadapnya. Perilaku politik seperti ini juga terlihat dilakukan IP. Selama menjabat anggota DPR RI dan Gubernur Sumbar, IP tak terlihat membalas hal buruk yang dilakukan kepadanya dengan hal buruk pula. IP terlihat lebih banyak membalas hal itu dengan senyuman. Padahal, IP adalah seseorang yang memiliki kemampuan ilmu bela diri. Dalam dunia karate, ia beroleh sabuk hitam. Sulit dipercaya memang, tetapi begitulah kenyataannya.

 

Dalam kondisi politik yang serba tak menentu dan berpotensi menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat, berpolitik santun agaknya pilihan terbaik. Semua orang boleh saja berpolitik dan menginginkan jabatan asalkan dilakukan dengan cara-cara yang tidak melukai perasaan orang dan tidak menyulut keributan.

 

Tulisan ini tidak hendak menyama-nyamakan ketokohan SBY dan IP. Meski memiliki kecakapan dalam hal berkesenian, dalam hal ini musik, SBY dan IP tetaplah berbeda. Dengan menciptakan lagu dan berpolitik santun, IP bukan berarti meniru kiprah SBY. Analoginya, apabila ada dua orang melakukan hal yang sama, bukan berarti salah satu di antara mereka meniru. Kalau pada akhirnya mereka melakukan hal yang sama, selama hal itu sebuah kebaikan, tidak ada masalah, bukan? (penulis adalah wartawan)

 

Padangpos.com, 12 Oktober 2015

 

Saya dan Irwan Prayitno Sama-sama Mantan Aktivis HMI

Catatan Nofrianto Lublin: Saya dan Irwan Prayitno Sama-sama Mantan Aktivis HMI

PADANGPOS (OPINI)-Sebagai organisasi kader, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang cukup teruji kemampuannya. Baik di bidang pemerintahan, politisi, penegak hukum, pendidikan, wirausaha dan lainnya.

 

Khusus di pentas perpolitikan nasional, sangat banyak nama-nama alumni dan kader HMI yang menjadi tokoh nasional. Seperti Akbar Tandjung (mantan Ketua Umum Partai Golkar dan Mensesneg), Jusuf Kalla (Wapres RI sekarang), Mahfud MD (Mantan Ketua MK), Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Partai Demokrat), Egi Sujana (Pengacara dan mantan politisi PDIP), Akbar Faisal (mantan politisi Partai Hanura yang kini pindah ke Nasdem) dan Emma Yohanna (anggota DPD-RI asal Sumbar).

 

Sedangkan untuk tingkat Sumatera Barat, juga banyak nama populer yang merupakan alumni HMI. Misalnya, Marzul Very (mantan Ketua KPU Sumbar), Alis Marajo (mantan Bupati Limapuluh Kota), Zulkenedi Said, Jonimar Boer (mantan anggota DPRD Sumbar), Basrizal Dt. Rangkayo Basa (politisi Partai Nasdem Sumbar) dan beberapa nama lainnya.

 

Namun pada kesempatan ini, penulis akan coba membahas tentang sosok Irwan Prayitno (mantan Gubernur Sumbar periode 2010-2015). Bukan apa-apa, di Sumbar ada ribuan kader dan alumni HMI yang tersebar di berbagai instansi pemerintah dan swasta.

 

Penulis sempat terkejut begitu membaca biografi ataupun profil Irwan Prayitno di internet. Baik melalui inseklopedia maupun tulisan-tulisan lainnya yang menyatakan bahwa Irwan Prayitno ternyata seorang mantan aktivis HMI. Dalam biografinya tersebut, Irwan Prayinto tercatat sebagai sebagai Ketua HMI Komisariat Fakultas Psikologi UI Jakarta tahun 1984. Sebagai kader dan alumni HMI, tentu saja penulis menaruh hormat kepada beliau.

 

“Benar, Irwan Prayitno itu memang alumni HMI. Saya pun baru tahu beliau HMI ketika ada acara pertemuan KAHMI (Korp Alumni HMI) di Gubernuran bulan puasa 1436 H kemarin,” kata M. Taufik, mantan Ketua HMI Cabang Padang periode 1999-2000, yang juga merupakan sahabat penulis.

 

Menurut Taufik, sosok Irwan Prayitno ternyata cukup peduli dengan perkembangan dan kemajuan HMI di Sumbar. Meski demikian, dia tidak mau menggiring kader maupun alumni untuk mendukung Irwan Prayinto pada Pemilihan Gubernur Sumbar, 9 Desember 2015 mendatang. Sebab, HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang independen bukan organisasi politik.

 

“Kalau memang ada alumni HMI yang bagus dan maju jadi calon kepala daerah tentu lebih kita dukung ketimbang yang bukan alumni HMI. Itu pendapat pribadi saya,” ucap Taufik sambil tersenyum.

 

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, selama menjabat Gubernur Sumbar 5 tahun, ternyata Irwan Prayitno cukup memberikan apresiasi kepada kegiatan HMI maupun KAHMI. Hal itu terbukti ketika beliau menghadiri pengukuhan pengurus BADKO (Badan Koordinasi) HMI Sumbar periode 2011-2012 di Auditorium Kantor Gubernur Sumbar, tanggal 21 Agustus 2011 silam.

 

Irwan Prayitno yang juga alumni HMI dalam penyampaian stadium general antara lain menekankan agar HMI mampu menjadikan aktivitasnya di organisasi sebagai wadah untuk melatih diri.

 

“Diharapkan setelah tiba di tengah-tengah masyarakat setamat kuliah nanti tidak canggung, dan mampu hidup mandiri dan yakin usaha yang dilakukannya akan sampai atau ada rasa percaya diri,” katanya seperti dikutip dari situs inilah.com.

 

Sebagai aktivis, diakui Irwan Prayitno, aktivis HMI idealis, punya komitmen teguh terhadap kepentingan masyarakat banyak. Namun satu hal yang perlu dijaga pula, katanya, prinsip ini harus bisa kelak sampai ke tengah-tengah masyarakat.

 

Sebab saat ini banyak terjadi, tambah Irwan, dulunya semasa menjadi mahasiswa bukan main idealisnya, garang melakukan demo menuntut keadilan dll, namun dalam kenyataan di lapangan, setelah memegang kekuasaan bertolak belakang apa yang ia lakukan dengan yang dulu ia elu-elukan.

 

Karena itulah Irwan berharap kepada segenap aktivis HMI agar selalu menempa diri, melatih diri dan mengasah kepekaan selagi berada di bangku pendidikan sekarang ini. Dengan harapan agar tidak canggung nanti di tengah masyarakat.

 

Penulis merasakan bagaimana dulu saat dikader di HMI. Dalam sistem pengkaderan HMI, setiap anggota ditanamkan nilai-nilai keislaman, akhlak, idealisme dan kebangsaan. Kemudian juga diajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan siap menghadapi tantangan zaman. Sehingga tidak salah kalau HMI punya motto “Yakin Usaha

Sampai.”

 

Berbicara sosok Irwan Prayitno, penulis menilai dia termasuk sosok tokoh idealis yang punya prinsip dalam menegakkan sebuah kebenaran. Selain penyabar dan punya pemikiran yang sangat cemerlang, Irwan Prayitno tidak pernah menganggap lawan politiknya sebagai musuh tapi tetap sebagai mitra. Bagi Irwan Prayitno, beda pendapat itu hal biasa dalam mencapai sebuah tujuan. Yakni, mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sesuai yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.

 

Yang membuat penulis salut bangga, ketika Irwan Prayitno diberi amanah menjadi anggota DPR-RI tiga periode, dirinya selalu kritis dalam mengawal program pembangunan pemerintah. Baik di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati Soekarno Putri hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

 

Di masa pemerintahan Gusdur dan Megawati, Irwan Prayitno pernah ditawari jadi Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Tapi tawaran itu ditolaknya dan memilih lebih berkonsentrasi di DPR RI sebagai Ketua Komisi VIII yang membidangi masalah ESDM.

 

Selanjutnya di masa awal pemerintahan SBY tahun 2005, Irwan Prayitno kembali dapat tawaran menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Lagi-lagi, tawaran itu ditolaknya dan ia mempersilahkan rekannya dari Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Radjasa untuk menjabat Menristek. Irwan Prayitno saat itu berpindah posisi menjadi Ketua Komisi X yang menggawangi pendidikan, budaya dan olahraga.

 

“Saya bukan tipikal orang yang rakus dengan jabatan. Buktinya, dua kali tawaran jadi menteri saya tolak. Saat itu saya menilai, lebih baik mengontrol pemerintah dari pada duduk di pemerintahan. Hati kecil saya berkata, akan lebih mudah mengakomodir aspirasi rakyat duduk sebagai anggota DPR ketimbang duduk di pemerintahan,” ucap Irwan Prayitno ketika berbincang-bincang dengan penulis di gedung Adzkia Sumbar, beberapa waktu lalu.

 

Lalu, saat penulis menanyakan kenapa dirinya menerima jabatan sebagai Gubernur Sumbar?

Dengan jujur Irwan Prayitno menjawab, awalnya tidak ada keinginannya untuk menjadi Gubernur Sumbar. Namun, karena ada desakan dari kawan-kawannya di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta beberapa tokoh Minang di Jakarta, akhirnya ia coba mengalah dan ikut bertarung pada Pilgub Sumbar tahun 2005.

 

Irwan pun menceritakan, seiring dengan pencalonannya, ia meninggalkan jabatan kepartaian. Irwan maju didampingi Ikasuma Hamid dengan dukungan parlemen dari PKS dan Partai Bintang Reformasi. Ikasuma Hamid adalah mantan Bupati Tanah Datar dua periode. Irwan yang ketika itu berumur 41 tahun bersaing dengan Jeffrie Geovanie yang lebih muda empat tahun dan Gamawan Fauzi yang berumur 46 tahun.

 

Dalam pemilihan yang diikuti lima kandidat calon, Irwan bersama pasangannya tercatat memperoleh 25,11% suara. Hasil rekapitulasi suara menunjukkan kemenangan Gamawan Fauzi, Irwan Prayitno di urutan kedua, dan Jeffrie Geovanie di urutan ketiga.

 

Meski memperoleh suara di bawah gubernur terpilih Gamawan Fauzi, Irwan semula tidak berencana maju kembali dalam pemilihan umum Gubernur Sumatera Barat 2010. Ia mendadak dimintai DPP PKS untuk maju, dua hari sebelum hari terakhir pendaftaran. Irwan mengaku sempat marah karena sebelumnya PKS telah menyiapkan kadernya yang Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat Trinda Farhan Satria. Setelah beberapa kali penolakan, DPW PKS Sumatera Barat datang meminta langsung pada Irwan ke Jakarta.

 

“Tetap saya tolak, karena partai waktu itu hanya memerintahkan saya menjadi dubes. Saya pindah ke Komisi I waktu itu untuk persiapan dubes,” aku Irwan sebagaimana dirilis berita KlikSumbar.

 

Sebelumnya, PKS berencana mengusung Trinda Farhan Satria dan telah gencar menyosialisasikan sebagai calon wakil gubernur, tetapi urung karena tak kunjung mendapatkan mitra koalisi. Irwan akhirnya menyatakan maju dalam pemilihan sebagai calon Gubernur Sumatera Barat setelah DPP PKS meminta kesediaannya dicalonkan kembali. Dengan dukungan PKS, PBR, dan Hanura, Irwan maju bersama pasangannya Muslim Kasim yang mantan Bupati Padang Pariaman dua periode.

 

Irwan yang tiba di Padang pada sore hari terakhir pendaftaran, 8 April 2010, bersama Muslim mendaftar ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat, 50 menit jelang berakhirnya masa pendaftaran. Dalam pemilihan umum 2010, Irwan bersaing bersama Prof. Dr. Ediwarman, MHum dan Prof. Dr. H. Marlis Rahman, MSc yang berlatar akademisi, Dr. Fauzi Bahar, MSi yang ketika itu Wali Kota Padang, dan seorang ekonom Endang Irzal, MBA.

 

Irwan resmi ditetapkan sebagai gubernur terpilih setelah meraup 32,44% suara. Ia tercatat sebagai Gubernur Sumatera Barat pertama yang berasal dari partai politik. Bersama wakilnya Muslim Kasim, Irwan dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada Minggu, 15 Agustus 2010 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI. Pelantikan berlangsung di bekas ruangan garasi mobil DPRD Sumatera Barat karena gedung utama rusak berat akibat gempa.

 

Nah, pada Pilgub 2015 ini, Irwan Prayitno kembali diminta partainya untuk maju dan berpasangan dengan Nasrul Abit (mantan Bupati Pesisir Selatan dua periode) yang diusung Partai Gerindra. Berkat koalisi PKS dan Gerindra inilah, akhirnya Irwan Prayitno dan Nasrul Abit (IP-NA) resmi berpasangan dan mendapatkan Nomor Urut 2 saat pengundian yang dilakukan KPU Sumbar, beberapa waktu lalu. Pada Pilgub nanti, IP-NA akan berhadapan secara head to head (satu lawan satu) dengan pesaingnya Muslim Kasim-Fauzi Bahar (MK-FB) yang diusung koalisi Partai PAN, Nasdem, Hanura dan PDIP.

 

Sebagai alumni HMI, penulis menilai kans untuk menang pasangan IP-NA jauh lebih besar ketimbang pasangan MK-FB. Acuannya adalah hasil Pipres 2014 di Sumbar, di mana pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta Radjasa berhasil memperoleh 78 persen suara, meskipun secara nasional Prabowo-Hatta kalah oleh pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf Kalla. Andil Irwan Prayitno dalam pemenangan Prabowo-Hatta di Sumbar cukup besar karena dia dipercaya sebagai Ketua Tim Pemenangan di Sumbar saat itu.

 

Semoga prediksi penulis ini tidak meleset. Sehingga bisa terwujud Sumbar yang sejahtera dan HMI tetap jaya! Amiiin ya rabbal’alamin. (Penulis Alumni HMI Cabang Padang dan Kader Terbaik I LK II Bandung Tahun 1998)

 

Padangpos.com, 21 Oktober 2015

Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Psi, MSc Cendikia yang Multi Talenta

Pena Sendu Armi Skom: Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Psi, MSc Cendikia yang Multi Talenta

TAK berlebihan rasanya, jika dikatakan sosok Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc cendikia multi talenta. Kenapa? Karena anak nagari Taratak Paneh Kecamatan Kuranji Kota Padang ini, punya kemampuan atau kebolehan berdakwah, main musik, bernyanyi, menciptakan lagu bernuansa Islami, serta olahraga beladiri dan olahraga otomotif motorcross atau olahraga trabas yang penuh tantangan.

 

Kemudian, tak ada salahnya juga jika dikatakan Prof. Irwan Prayitno termasuk salah satu anak Ranah Minang Sumatera Barat yang punya reputasi politik yang membanggakan, karena pernah tiga periode menjadi anggota DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

 

Yang menariknya, prestasi berpolitik di kancah nasional yang telah ditorehkan Prof. Irwan Prayitno, juga bisa disebutkan suatu kebanggaan bagi masyarakat Ranah Minang Sumatera Barat, yang punya anak nagari yang berkualitas nasional. Soalnya, secara fakta,  tak semua gubernur di Indonesia yang multi talenta. Jadi, bersyukurlah masyarakat Sumbar punya gubernur yang multi talenta dan selalu dekat dengan masyarakat di masjid sebagai Islamic centre umat Islam dan berpenampilan sederhana tanpa benggo di dada.

 

Kini, sudah banyak yang tahu kalau di dunia musik, ternyata Prof. Irwan Prayitno telah menciptakan enam lagu bernuansa religi. Keseriusannya menciptakan lagu-lagu, lebih karena  tak ingin terbelenggu dengan kehidupan protokoler dan ingin menikmati hidup sebagai masyarakat biasa.

 

Jika ingin melihat unjuk kebolehan Prof. Irwan Prayitno bermain gitar sambil bernyanyi bisa ditonton di youtube. Di sana terlihat Prof. Irwan Prayitno memainkan gitar, sambil melantunkan lagu bergenre religius yang berjudul Kau IstriKu. Kemudian, saat bernyanyi tersebut terlihat Prof Irwan Prayitno menatap istrinya, yang bernama Nevi  yang berkerudung biru.

 

Selain lagu berjudul Kau Istriku, Prof. Irwan Prayitno menciptakan lagu Kepada Mu, Anakku Penyejuk Hatiku, Ayahku, Allah Taala, dan Rasul Teladanku.

 

Hobi musik Prof. Irwan Praytino ini bermula 2012, karena setiap ada acara resmi selalu diminta bernyanyi. Bahkan waktu itu, muncul anekdot, belum bisa menjadi pejabat, bila tak bisa menyanyi.
Tampaknya, sudah menjadi karakter bagi profesor ini yang tak mau setengah-setengah setiap menggeluti sesuatu pekerjaan. Maksudnya, bila sesuatu sudah diputuskannya, langsung  bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang diinginkannya tersebut. Buktinya, dalam belajar nyanyi atau main drum,  terus belajar sampai berhasil.

 

(Sendu Armi wartawan Padangpos.com)

 

Padangpos.com, 2 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno Cagub Sumbar yang Raih Gelar S3 PhD Cumlaude IPK 3,97

Catatan Yal Aziz: Irwan Prayitno Cagub Sumbar yang Raih Gelar S3 PhD Cumlaude IPK 3,97

IN Syaa Allah saya bisa memenangkan pemilihan Gubernur Sumbar. Begitu penegasan Profesor Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, M.Sc yang punya latar belakang seorang akademisi pendidikan dan politisi di Partai Keadilan Sejahtera, setelah mendaftarkan diri  bersama pasangannya Nasrul Abit di KPU Sumbar, Senin, 27 Juli 2015.

 

Irwan Prayitno yang merupakan putra Taratak Paneh, Kecamatan Kuranji, Kota Padang termasuk salah satu kandidat yang ikut mengadu peruntungan atau berkompetisi di Pilgub Sumbar, yang akan digelar 9 Desember 2015 mendatang. Sebagai Gubernur Sumbar yang dilantik SBY, 15 Agustus 2010 lalu, Irwan Prayitno akan mengakhiri jabatannya 15 Agustus 2015 mendatang.

 

Sebelum menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno telah memulai berkarir politik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI tiga periode sejak 1999 dari Partai Keadilan Sejahtera. Sosok Irwan Prayitno dikenal sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia, dan sekaligus mencurahkan ilmunya sebagai guru dan melaksanakan dakwah sepanjang karirnya.

 

Sebagai anak nagari Ranah Minang, Irwan Prayitno menjalani pendidikan menengah di Kota Padang tanah leluhurnya. Yang menariknya, Irwan Prayitno  mengenal tarbiyah dan terjun sebagai aktivis dakwah saat berkampus di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1982.

 

Kemudian setelah meninggalkan status mahasiswa pada 1988, Irwan Prayitno kembali ke kampungnya di Kota Padang untuk mendirikan Yayasan Pendidikan Adzkia dan kemudian mengikuti  kuliah di Universitas Putra Malaysia pada 1995. Kuliah di Universitas Putra Malaysia sambil bekerja sebagai konsultan HRD (Human Resource Development) berbagai perusahan pemerintah dan dosen psikologi industri.

 

Seiring pengukuhan Partai Keadilan pada 20 Juli 1998, Irwan membentuk dan mengetuai perwakilan Partai Keadilan di Malaysia. Ternyata berkarir di Partai Keadilan  mengantar Irwan Prayitno duduk di parlemen hasil pemilihan umum 1999 dan Irwan Prayitno terus terpilih untuk dua periode berikutnya. Setelah menyelesaikan pendidikan doktor, Irwan Prayitno selain bertugas sebagai guru besar bidang pengembangan SDM juga tetap berdakwah.

 

Yang hebatnya lagi, sejak menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno banyak mendapatkan  sejumlah penghargaan dari negara. Empat tahun kepemimpinan Irwan ditandai dengan sedikitnya 137 penghargaan dari pemerintah yang diraih Sumatera Barat. Selama duduk di parlemen, Irwan Prayitno mencurahkan pandangannya dalam penyusunan sejumlah RUU, termasuk penggunaan sumber energi alternatif panas bumi. Yang membuat orang kagum dan bangga di Ranah Minang, karena kemampuan melobi dan pernah menolak permintaan untuk menjadi menteri.

 

Kini, Irwan Prayitno yang akan mengakhiri jabatan sebagai Gubernur Sumbar, 15 Agustus 2015, termasuk salah seorang kandidat yang akan bertarung di Pilgub Sumbar yang akan digelar, 9 Desember 2015 mendatang. (penulis wartawan tabloid bijak/wikipedia)

 

Tabloidbijak.com, 27 Juli 2015

Irwan Prayitno Politisi yang Santun dan Multi Talenta

Catatan Yal Aziz: Irwan Prayitno Politisi yang Santun dan Multi Talenta

BAGI yang kurang senang dengan sosok Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc pasti akan mencibir kepada saya yang menilai putra Taratak Paneh Kecamatan Kuranji Kota Padang  itu sosok politisi yang santun dan multi talenta. Bagi saya, orang yang mencibir itu suatu hal yang wajar-wajar saja dalam sebuah dinamika kehidupan bermasyarakat. Kenapa? Khalifah Umar Bin Khatthab saja juga banyak mendapat reaksi negatif dari masyarakat satu zaman dengannya.

 

Jujur, saya baru berkenalan dengan Prof. IP (Irwan Prayitno) satu minggu menjelang Idul Fitri, Juli 2015 lalu di Masjid Raya Sumatera Barat seusai shalat subuh. Waktu itu saya bersama teman Jamalus Datuk Rajo Balai Gadang yang punya niat iktikaf dan berharap mendapatkan rahmat dari Allah berupa kenikmatan malam lailatul qadar.

 

Perkenalan pertama di ruang Masjid Raya Sumbar itu, langsung direspon Prof. IP dengan senyuman penuh keakraban dan langsung memanggil ajudannya untuk mencatat jadwal pertemuan di Istana Gubernur Sumbar. (Waktu itu Prof. IP masih sebagai Gubernur Sumatera Barat).

 

Saya sengaja tidak menghadiri pertemuan yang telah dijadwalkan. Pertimbangan saya waktu, lebih masalah waktu. Soalnya, waktu yang dijanjikan, satu hari menjelang lebaran Hari Raya Idul Fitri dan saya tak ingin kehadiran saya dinilai untuk mengharapkan THR dari seorang gubernur.

 

Satu minggu kemudian, saya memberanikan mengirimkan SMS ke Prof. IP dan minta waktu wawancara untuk berbincang-bincang masalah masa akhir jabatannya sebagai gubernur. Tak lama berselang SMS yang saya kirim direspon dan Prof. IP berkenan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang.

 

Sebelum dimulai wawancara, waktu itu, Prof. IP bertanya kepada saya, kenapa tak jadi datang sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Waktu itu saya hanya menjawab dengan senyuman dan langsung saja memulai dengan kalimat bertanya.

 

Kemudian, secara kebetulan lagi saya bertemu kembali  dengan Prof. IP, saat acara serahterima jabatan Bupati Dharmasraya dari Adi Gunawan ke Pejabat Bupati Dharmasraya, Drs. H. Syafrizal Ucok di Istana Gubernur Sumbar. Waktu bertemu, Prof. IP selain tersenyum, juga menyampaikan pesan tentang calon wakilnya di pilgub Sumbar, Nasrul Abit.

 

Waktu itu, Prof. IP bertanya kepada saya, apakah sudah bertemu dengan Nasrul Abit dan langsung saya jawab belum dan di lain kesempatan saya akan melakukan wawancara khusus dengan mantan Bupati Pessel, Nasrul Abit tersebut.

 

Dari beberapa kali pertemuan langsung dengan Prof IP, saya berkesimpulan sosok Prof IP tak sesuai dengan penilaian fesbuker di media sosial facebook yang menfitnah dan menghujatnya dengan penilaian yang tak ilmiah dan pikiran logis. Bahkan, saya menilai, fesbuker yang kurang senang dengan Prof IP, bisa dikatakan orang-orang yang permintaan atau keinginan tak terkabulkan oleh Prof. IP dan juga bisa dikatakan dari orang partai politik yang sengaja melakukan manuver-manuver politiknya.

 

Di antara penilaian fesbuker itu, ada yang menyebutkan Prof. IP tak pantas bermain olahraga trabas (motorcross) dan musik, karena sosok Prof. IP seorang ustadz atau penceramah, yang juga seorang gubernur. Bahkan ada juga yang menilai IP gagal memimpin Sumbar dan penilaian negatif lainnya, yang hanya berdasarkan penilaian pribadi dan pesan sponsor dari kompetitor Prof. IP di pilgub Sumbar.

 

Sejak itu, saya termasuk yang ikut berdebat dan menjelaskan kepada fesbuker yang apriori terhadap hobi Prof. IP. Waktu itu, saya katakan, sepengetahuan saya tak ada ayat Al Quran dan hadits yang melarang seseorang berolahraga trabas dan musik. Bahkan waktu itu, saya tegaskan kalau Prof. IP seorang anak bangsa yang multi talenta. Sebab, tak semua orang bisa punya hobi trabas dan musik. Kenapa? Karena olahraga trabas butuh keberanian, kecerdasan dan konsentrasi. Sementara musik, butuh ketenangan jiwa, mengendalikan perasaan yang lembut.

 

Untuk melengkapi rasa ingin tahu saya terhadap sosok Irwan Praytino, saya sengaja menjelajah di dunia maya dan betapa kaget dan bangganya saya mendapat banyak informasi tentang sosok anak Taratak Paneh Kuranji Kota Padang ini. Soalnya, dari dunia maya saya mengetahui kalau Prof. IP punya prestasi penulisan buku ilmiah dan tausiyahnya telah disebarluaskan di youtube.

 

Tabloidbijak.com, 21 September 2015

 

Irwan Prayitno Aktor Intelektual Lahirnya UU yang Peduli Nasib Guru

Catatan Yal Aziz: Irwan Prayitno Aktor Intelektual Lahirnya UU yang Peduli Nasib Guru

PAHLAWAN tanpa tanda jasa. Begitulah bentuk penghormatan dan sekaligus penghargaan terhadap profesi guru. Jadi guru, bisa dikatakan sebagai  pendidik dengan tugas pokok atau utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dulu sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tidak banyak anak bangsa ini yang ingin menjadi guru. Persoalan itu bisa dibuktikan dengan tak banyaknya perguruan tinggi menerima calon tenaga guru. Bahkan, jurusan pendidikan guru, termasuk pilihan berikutnya bagi calon mahasiswa. Kenapa? Karena persoalan guru dengan tetek bengeknya tak mendapat dukungan dari anggota DPR RI, sebagai pembuat undang-undang.

Ternyata setelah Prof. Dr. H. Irwan Prayitno masuk lembaga dewan sebagai salah seorang anggota DPR RI, lulusan S1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang menyelesaikan S3 di Malaysia ini, punya pengalaman yang sangat berharga bagi profesi guru dan dosen.

Menurut pengakuan Prof. Irwan Prayintno saat berkunjung dan bersilaturrahim ke Posko Bara Online Media, Sabtu, 10 Oktober 2015 malam, dirinya termasuk yang merancang dan sekaligus menggodok Undang-Undang tentang guru, sewaktu menjadi anggota DPR RI. Tujuannya waktu itu, agar guru dijadikan sebagai profesi sebagaimana profesi dokter dan pengacara, serta wartawan.

Ada 14 persoalan yang dirancang dan digodoknya untuk memperjuangkan nasib guru dan sekaligus memberikan profesi yang bergengsi di tanah air. Ternyata  hasil pemikiran Prof. Irwan Prayitno tentang guru mendapat dukungan dengan rekan-rekannya yang sama menjadi wakil rakyat, sehingga disahkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen.

Kini bisa dibuktikan dengan banyaknya masyarakat menyekolahkan anaknya di Universitas Negeri Padang (UNP), serta perguruan tinggi lainya yang punya fakultas pendidikan atau jurusan pendidikan. Termasuk juga IAIN Imam Bonjol Padang yang mahasiswa di Fakultas Tarbiyah setiap tahunnya cenderung meningkat.

Dasar pemikiran memperhatikan nasib guru dengan membuatkan undang-undang, kata Prof. Irwan Prayitno, lebih karena berkaca atau melihat keberhasilan negara maju seperti Jepang, yang setelah negaranya dibom Amerika, sang kaisar justru bertanya tentang jumlah guru yang masih hidup, begitu mengetahui  kota Hirosima dan Nagasati luluh lantak dihantam bom atom, yang diciptakan Albert Einstein.

Khusus umat Islam, boleh dikatakan juga banyak sekali keuntungan sejak diberlakukannya UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 ini. Seperti tujuan Pendidikan Nasional sangat memberikan peluang untuk merealisasikan nilai-nilai Al Quran yang menjadi tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa.

Kemudian, anak-anak umat Islam yang sekolah di lembaga pendidikan Non Islam akan terhindar dari pemurtadan, karena anak-anak tersebut akan mempelajari mata pelajaran agama sesuai dengan yang dianut oleh siswa tersebut dan diajarkan oleh guru yang seagama dengannya.

Selanjutnya madrasah-madrasah dari semua jenjang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional secara penuh. Maksudnya, pendidikan keagamaan seperti madrasah diniyah dan pesantren mendapat perhatian khusus pemerintah, karena pendidikan keagamaan tidak hanya diselenggarakan oleh kelompok masyarakat tetapi juga diselenggarakan oleh pemerintah. Yang lebih hebatnya, pendidikan Agama diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi.

Yang tak kalah hebatnya,  guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Jadi tak berlebihan pula kalau dikatakan karir politik mantan Ketua Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Reformasi (Partai Keadilan), cukup cemerlang, karena berhasil memperjuangkan nasib guru dan dosen. (Penulis adalah wartawan Tabloid Bijak dan Padangpos.com)

 

Tabloidbijak.com, 15 Oktober 2015

Irwan Prayitno Menolak Jadi Menteri Untuk Membangun Nagari

Catatan Yal Aziz: Irwan Prayitno Menolak Jadi Menteri Untuk Membangun Nagari

SEPAK TERJANG Prof. Dr. H. Irwan Prayitno di kancah politik nasional sudah boleh dikatakan teruji dan terpuji, karena mendapat amanah dari masyarakat pemilihnya menjadi anggota DPR RI selama tiga periode. Kenapa teruji dan terpuji?  Karena Prof. Irwan Prayitno di DPR RI dipercaya sebagai Ketua Komisi VIII yang ikut membidangi kementerian ESDM (energi dan sumber daya mineral). Bahkan Prof. Irwan Prayitno termasuk anggota dewan yang terhormat menggodok UU Pendidikan tentang profesi guru dan dosen.

 

Sebagai salah seorang anak Nagari Ranah Minang, ternyata cara berpolitik Prof. Irwan Prayitno santun dan juga tak mau neko-neko dalam mengambil kebijakan, sehingga dirinya di mata rekan-rekan sesama anggota dewan yang terhormat, sosok yang lugu dan tampil apa adanya.

 

Ternyata dari sikap dan kepiawaiannya berdialog politik, membuat Soesilo Bambang Yudhoyono atau SBY, senang  tertarik dan sekaligus mengajak  Prof. Irwan Prayitno masuk dalam kabinetnya. Bahkan, bukan hanya SBY saja yang senang dan tertarik, ternyata M. Yusuf Kalla yang populer dengan panggilan JK juga simpatik dan tertarik, serta mengajak pula Prof. Irwan Prayitno masuk jajaran kabinek SBY-JK.

 

Menurut pengakuan Prof. Irwan Prayitno yang merupakan anak Nagari Taratak Paneh Kuranji Kota Padang ini, dirinya berkali-kali ditelepon, baik oleh SBY maupun JK. Bahkan, mantan Wali Kota Padang, Syahrul Ujud, SH pun ikut mendorongnya,  agar dirinya mau atau bersedia menjadi Menteri ESDM. Alasan Syahrul Ujud waktu itu, agar bertambah anak Ranah Minang jadi menteri.

 

Yang menarik dari pengakuan Prof. Irwan Prayitno, saat akan ada pengumunan nama-nama menteri, rumahnya sudah banyak dikunjungi wartawan. Saat itu, kata Prof. Irwan Prayitno, dirinya juga bingung, soalnya dirinya sudah memberikan jawaban kepada SBY dan JK, kalau tak ingin atau bersedia menjadi menteri. Akhirnya, kata Prof Irwan, ditelponnya kembali SBY dan JK dan sekaligus menyampaikan permintaan maaf atas penolakannya menjadi menteri ESDM.

 

Waktu itu, kata Prof Irwan lagi, dirinya beralasan dengan SBY dan JK, kalau dirinya ingin meneruskan kiprahnya di DPR RI dan kemudian ingin mencalonkan diri sebagai salah seorang Gubernur di Sumatera Barat.

 

Ternyata, keinginannya untuk menjadi Gubernur Sumatera Barat, periode 2005-2010 gagal dan akhirnya benar-benar meneruskan kiprahnya di DPR RI.

 

Tapi anehnya, kata Prof. Irwan Prayitno, pada periode 2010-2015, dirinya sudah tak berminat lagi mencalonkan diri sebagai salah salah seorang calon Gubernur Sumbar. Tapi apa yang terjadi, calon yang sebelumnya diusung PKS, akhirnya tak mendapatkan dukungan dan partai menugaskannya maju di Pilgub 2010-2015 tersebut. Rupanya Allah merestuinya untuk menjadi Gubernur Sumbar.

 

Jadi kini, kata Prof Irwan Prayitno lagi, masalah jabatan gubernur, semuanya sudah tercatat di lauhul mahfuz dan dirinya sangat mempercayai ketentuan berupa takdir dari Allah tersebut. Tugas kita sebagai hamba Allah hanya berusaha dan berjuang dengan niat hati yang tulus dan ikhlas, serta dibarengi juga dengan niat beribadah. (Penulis wartawan Tabloid Bijak dan Padangpos.com)

 

Tabloidbijak.com, 15 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno Tak Mau Membalas Fitnah dengan Fitnah dan Memaafkan Tukang Fitnah

Catatan Yal Aziz: Irwan Prayitno Tak Mau Membalas Fitnah dengan Fitnah dan Memaafkan Tukang Fitnah

JUJUR, saya merasa seakan-seakan mendapat durian runtuh, begitu Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Psi, MSc berkenan datang berkunjung ke Posko Bara Online Media, Sabtu 12 Oktober 2015 lalu. Kenapa? Karena dari kunjungan mantan Gubrnur Sumbar periode 2010-2015 tersebut, banyak cerita yang sekaligus menjawab berbagai tuduhan negatif terhadap putra Taratak Paneh Kecamatan Kuranji ini, yang sengaja dihembuskan lawan politiknya di Pligub Sumbar serentak, yang finalnya, 9 Desember 2015 mendatang.

 

Salah satu tuduhan negatif yang terjawab dari Irwan Prayitno adalah tentang informasi yang sengaja dihantamkan kepada mantan anggota DPR RI tiga periode ini masalah rencana pembangunan Super Blok Siloam.  Tuduhan negatif tersebut, dikatakan Prof. Irwan Prayitno ikut mendukung pembangunan yang sempat menghebohkan Ranah Minang dengan persoalan kristenisasi.

 

Yang hebatnya lagi tuduhan itu dilengkapi dengan foto Prof. IP lagi berpidato di podium dan ikut menekan tombol sirine sebagai salah satu pertanda dimulainya pembangunan Super Blok Siloam.

 

Sebagai orang yang dituduh ikut mendukung, ternyata Prof Irwan Prayitno menjawab secara lugas dan tegas informasi negatif tersebut. Katanya, tuduhan itu sangat kontradiktif dengan tuduhan yang menyebutkan dirinya juga ikut menolak pembangunan Super Blok Siloam dan faktanya bisa dilihat di youtube tentang pernyataan mantan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar yang berkomentar kurang terpuji. Jadi masyarakat bisa saja menilai dan memahami, ada dua logika yang berbeda dalam satu persoalan, yakni satu dikatakan mendukung dan satu logika lagi menolak.

 

Persoalan yang sebenarnya, kata Irwan Prayitno, dirinya sebelumnya tak tahu menahu tentang akan ada acara peresmian Super Blok Siloam. Sebab sehari sebelum peresmian dirinya berada di Jakarta. Kemudian dirinya diberitahu ajudan dan protokoler, bahwa acara peresmian dihadiri Ketua DPD RI Irman Gusman, Agung Laksono, mantan Gubernur Sumbar Ir. Azwar Anas dan menteri. Jadi, kehadirannya lebih menghormati pejabat yang menghadiri acara tersebut.

 

Kemudian lagi, kata Irwan Prayitno, sebagai Gubernur Sumbar waktu itu, dirinya juga tak punya kewenangan untuk memberikan izin, baik itu masalah izin amdal, maupun izin bangunan atau IMB. Sedangkan yang punya kewenangan adalah Wali Kota Padang dan selanjutnya,  Wali Kota Padang tidak pula diharuskan melaporkan masalah IMB tersebut kepada gubernur. Jadi sangat aneh dan lucu, dirinya dituduh ikut mendukung pembangunan Super Blok Siloam.

 

Sedangkan mengenai aksi demo yang dimulai dari halaman Kantor Gubernur Sumbar, kata Irwan Prayitno, hanya secara kebetulan, karena setiap tanggal 17 ada acara apel bagi seluruh PNS yang bertugas di jajaran kantor gubernur.

 

Setelah apel, masa demonstran langsung meransek masuk dan menaiki mimbar upacara dan langsung berkomentar. Jadi, mimbar yang ada di halaman Kantor Gubernur Sumbar itu, tak ada kaitannya dengan dukungan terhadap demonstran.

 

Kemudian mengenai adanya mobil pakai striker partai PKS, kata Irwan Prayinto, itu pun secara kebetulan, karena saat itu bersamaan pula dengan kampanye kader PKS yang akan mendukung Mahyeldi maju sebagai calon Walikota Padang. Jadi, informasi tentang dukungannya itu juga tak benar.

 

Yang menariknya lagi, Irwan Prayitno memaafkan perkataan kurang terpuji dari Fauzi Bahar dan menilai persoalan itu bahagian dari politik dan dinamikanya dalam berpolitik. Baginya, apapun bentuk fitnah dan hujatan tak akan dibalasnya pula dengan fitnah dan hujatan. Biarlah masyarakat yang menilainya. Yang penting kita selalu berpegang pada jalan Allah dan menjadikan jabatan sebagai amanah dan ibadah. (Penulis wartawan Tabloid Bijak dan Padangpos.com)

 

Tabloidbijak.com, 15 Oktober 2015

Irwan Pemimpin Nan Amanah

Irwan Pemimpin Nan Amanah

IRWAN Pemimpin Nan Amanah, itulah slogan yang selalu diusung oleh kader partai dan simpatisan calon Gubernur Sumatera Barat yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia (Gerindra). Menurut mereka, sosok Irwan pantas melanjutkan kepemimpinannya di Ranah Bundo Kanduang ini karena dianggap berhasil memimpin dan memajukan Sumatera Barat.

Apakah gelaran Pemimpin Nan Amanah layak disandang Irwan Prayitno? Mungkin iya, mungkin tidak. Bagi kader partai dan simpatisannya, tentu merasakan lekat tangan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Sebab, mereka selalu berinteraksi dengan tokoh yang satu ini. Kalaulah mereka tidak merasakan lekat tangannya, mana mungkin mereka menyematkan gelaran seagung itu.

Bagi yang tidak setuju dengan gelaran itu, maka mereka melihat Irwan dari sisi lain. Bisa jadi dari sisi kekritisan, bisa jadi karena faktor kebencian. Mereka yang mengkritisi akan cenderung berbicara di sisi program yang telah dilaksanakan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Mereka akan melihat kemajuan Sumatera Barat dari program yang dilaksanakan itu, apakah program itu telah mampu memajukan daerah ini, atau malah sebaliknya dianggap gagal?

Adapun pembenci Irwan Prayitno, akan meneliti satu persatu kesalahan dan kegagalan Irwan Prayitno dari sudut pandang mereka. Mereka akan berkutat pada ucapan yang mereka yakini keluar dari mulut Irwan Prayitno, “cukup sekali saja menjadi Gubernur Sumatera Barat.” Ucapan yang belakangan dibantah oleh Irwan Prayitno sendiri.

Dalam catatan  Dr. Hidayat, ST, MT, Dosen Teknik Elektro Universitas Bung Hatta Padang yang dimuat situs pkspiyungan tenyata banyak hal yang sudah dilakukan oleh Irwan Prayitno selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, baik program baru, maupun melanjutkan pembangunan yang lama terbengkalai.

Khusus pembangunan infrastruktur di antaranya, jalan By Pass yang sudah lebih 10 tahun terbengkalai, sekarang sudah dilanjutkan dan direncanakan selesai awal tahun 2016. Jembatan kelok 9, lebih 6 tahun terbengkalai dan sekarang sudah selesai. Fly over Aur Kuning Bukittinggi. Perbaikan Jalan Padang Solok sekarang sudah lebar dan mulus, jalan evakuasi Alai ke By Pass, jalan lintas Manggopoh Lubuk Basung ke Pasaman, jalan raya Solok menuju Muaro Labuh (Solok Selatan), jalan lintas Sumatera menuju Dharmasraya yang sudah mulus. Jalan Sicicin-Malalak sebagai alternatif menuju Bukittinggi juga sudah selesai dan banyak lagi yang lainnya. Untuk prestasi ini Sumbar mendapat penghargaan Keciptakaryaan dan apresiasi dari Menteri Pekerjaan Umum.

Beberapa pembangunan infrastruktur Sumbar yang sedang dalam proses antara lain: 1. Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar, yang juga berfungsi sebagai shelter untuk evakuasi jika terjadi bencana gempa/tsunami dan sebagai ruang terbuka. Lokasi di Taman Budaya dan Museum, dengan reklamasi pantai laut Padang. 2. Islamic Centre seluas 10 hektar, lengkap dengan penginapan, pusat perbelanjaan serta asrama haji baru untuk embarkasi Padang. 3. Stadion Utama Sumbar berdaya tampung 30-40 ribu penonton di Nagari Sikabu, Lubuk Alung 4. Fly Over Simpang Duku, Highgrade Highway Duku ke Siscincin sebagai bagian trase jalan Tol Padang Pekanbaru. 5. Rail Bus Airport Minangkabau, dari pusat kota Padang ke BIM hanya 30 menit. 6. Kereta Api Trans Sumatera ke Pekanbaru melalui Sijunjung. 7. Jalan Layang Silaing Padang Panjang. 8. Terowongan Malalak-Balingka Koto Gadang. 9. Jembatan Ngarai Sianok. 10. Jembatan Kabel Sungai Dareh Dharmasraya. 11. Pelabuhan Baru Teluk Bayur. 12. Pusat Ilmu Pelayaran Indonesia (Wilayah Barat) Sumbar, sekarang sudah selesai. Demikian catatan Dr. Hidayat, ST, MT.

Selaku kepala daerah, ia mendapat sejumlah penghargaan dari negara. Empat tahun kepemimpinan Irwan ditandai dengan sedikitnya 137 penghargaan dari pemerintah yang diraih Sumatera Barat. Sebanyak 22 penghargaan diraih ditahun 2011, berikutnya 33 penghargaan di tahun 2012, dan 20 penghargaan di tahun 2013, selebihnya diraih pada tahun 2014 dan 2015. Penghargaan yang diraih mulai dari Penghargaan Ketahanan Pangan Nasional 2010, penghargaan Pelaksanaan Penerapan e-KTP Terbaik (9 Kab/Kota tahun 2011), Anugerah Parahita Ekapraya (Komitmen Gubernur untuk Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Penghargaan Provinsi Terbaik Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil tahun 2013 dan lainnya.

Dalam beberapa kesempatan, penulis sempat berdiskusi dengan beberapa pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dalam diskusi tersebut penulis mengajukan pertanyaan, “Apa sih yang kalian rasakan selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat?” Rata-rata mereka menjawab kenyamanan. Selama diimami Irwan Prayitno mereka merasa nyaman dalam bekerja, tanpa merasakan tekanan berarti dari pimpinan.

Tidak ada “setoran wajib” yang harus dipersembahkan kepada sang gubernur, karena memang dia tidak pernah minta. Sang gubernur hanya meminta mereka bekerja dengan profesional, dan memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat. Kenyamanan itu juga dirasakan karena tidak ada rasa was-was akan diganti oleh sang gubernur, dan memang sejak menjabat Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sangat jarang melakukan mutasi. Kalau pun ada mutasi, biasanya hanya menyisip pejabat yang pensiun atau pejabat yang dinilai gagal melaksanakan tugas yang telah diamanahkannya.

Mungkin berdasarkan inilah, lantas kader partai dan simpatisannya menegaskan, jika IRWAN PEMIMPIN NAN AMANAH dan layak melanjutkan pada periode kedua sebagai Gubernur Sumatera Barat. Gelaran pemimpin amanah memang berat untuk disandang, karena pengertian amanah itu sendiri berkaitan dengan istilah agama.

Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah di muka bumi, bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah manusia yang dinamis. Kehidupan damai tidak serta merta, akan tetapi diciptakan dan dirancang. Oleh karena itu perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut.

Dalam bahasa agama, amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Rasulullah saw bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Dalam Al Quran Rasulullah saw diperintahkan untuk menyampaikan, “inni lakum rasuulun amiin.” Artinya, “sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang terpercaya bagimu.” Redaksi yang sama terulang 6 kali di dalam Al Quran, di antaranya 5 kali dalam surat Asy Syu’araa’ dan satu kali di dalam surat Ad Dukhan. Al Amin adalah orang yang amanah, terpercaya, dan bertanggung jawab. Allah SWT memerintahkan setiap hambanya untuk berlaku amanah, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An Nisa: 58).

Oleh karena itu, dalam pandangan Al Quran, pemimpin yang diangkat oleh masyarakat sebenarnya berada pada posisi menerima amanah, sedangkan masyarakat sebagai pemberi amanah. Tentu saja, ajaran agama mengatur bahwa penerima amanah, pada saatnya nanti, harus mempertanggungjawabkan amanahnya kepada si pemberi amanah, yaitu pada “pengadilan” masyarakat di dunia, dan “pengadilan” Allah swt di Padang Mahsyar nanti.

Berkenaan dengan pemberian amanah, ada satu ayat yang cukup menyentak kita:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72).
Rasulullah saw bersabda, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari).

Abu Said (abdurrahman) bin Samurah menceritakan sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah saw kepadanya, “Ya Abdurrahman bin Samurah, jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan, karena jika kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan apabila kau telah bersumpah untuk sesuatu kemudian ternyata jika kau lakukan lainnya akan lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakan apa yang lebih baik itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Ja’la (ma’qil) bin Jasar berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

Bentengsumbar.com 30 Agustus 2015

Apa Sih yang Telah Diperbuat Irwan Prayitno Untuk Kuranji?

Apa Sih yang Telah Diperbuat Irwan Prayitno Untuk Kuranji?

APA sih yang telah diperbuat Irwan Prayitno untuk Kuranji? Pertanyaan tersebut acap terlontar dari mulut sebagian Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji kepada salah seorang tokoh Anak Nagari mereka yang saat ini maju kembali sebagai calon Gubernur Sumatera Barat.

Jika pada pemilihan gubernur (pilgub) 2010 Irwan Prayitno berpasangan dengan Anak Nagari Padang Pariaman, yaitu H. Muslim Kasim. Maka pada pilgub 2015 ini, Irwan Prayitno berpasangan dengan Anak Nagari Pesisir Selatan H. Nasrul Abit yang dianggap berhasil membangun kampung halamannya selama menjadi bupati dua kali periode.

Tentu, untuk memenangkan pilgub kali ini, Irwan Prayitno harus mampu meraih dukungan sebesar-besarnya dari rakyat Sumatera Barat, apatah lagi dukungan dari Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji, sebagai basisnya, karena ia merupakan salah seorang Anak Nagari dari daerah perjuangan yang dikenal dengan sebutan “Harimau Kuranji” itu.

Teori politik di daerah ini mengatakan, “Jika ingin memenangkan pilgub Sumatera Barat, maka “The Candidate” harus menang di Kota Padang. Kalau ingin menang di Kota Padang, maka Nagari Koto Tangah dan Nagari Pauh Si XIV (yang terdiri dari beberapa kecamatan, yaitu Kuranji, Pauh, sebagian Padang Timur, dan sebagian Padang Utara, red) harus dikuasai.” Sebab, pemilih terbesar, terletak di kedua daerah tersebut. Di Pauh Si XIV sendiri, pemilih terbesar terletak di Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji, kampung halamannya Irwan Prayitno.

Lantas, apakah semudah itu Irwan Prayitno mendapat dukungan dari Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji? Jawabannya tentulah tidak. Apatah lagi, suara-suara miring berhembus di tengah-tengah Anak Nagari Pauh IX, “Selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, apa sih yang telah diperbuat Irwan Prayitno untuk Kuranji ?”

Pertanyaan yang cukup sulit dijawab, karena perlu pembuktian yang jelas, bukan retorika politik semu dalam rangka merayu pemilih. Namun, sebagai orang yang pernah dekat dengan Irwan Prayitno pada pilgub 2010, penulis memiliki catatan tersendiri tentang apa yang telah diperbuat Irwan Prayitno untuk kampung halamannya.

Pertama, pembangunan Kantor Kerapatan Adat Nagari Pauh IX, setidaknya Irwan Prayitno mempunyai andil dalam pembangunan Balai-Balai Adat tersebut. Seingat penulis, bangunan yang kokoh berdiri saat ini di samping Mapolsek Kuranji tersebut, ada tiga orang yang berusaha mencarikan dananya, yaitu Irwan Prayitno selaku Gubernur Sumatera Barat, Fauzi Bahar selaku Walikota Padang, dan Yul Akhyari Sastra selaku anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat pada waktu itu. Dananya ada yang bersumber dari APBD Kota Padang, APBD Provinsi Sumatera Barat, dana aspirasi anggota dewan, dan dana-dana sumbangan lainnya.

Kedua, beberapa minggu usai dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno menghadiri acara halal bi halal dengan masyarakat Kuranji di Mesjid Lakuk. Pada acara tersebut, masyarakat meminta agar Irwan Prayitno membangunkan jembatan penghubung dari Simpang Koto Tingga ke Simpang Kuranji. Permintaan masyarakat Kuranji tersebut dikabulkan Irwan. Tak berapa lama kemudian petugas dari Dinas Pekerjaan Umum melakukan pengukuran. Dan memang jembatan itu jadi dibangun, namun sampai saat ini belum selesai karena persoalan pembebasan lahan.

Ketiga, normalisasi Batang Kuranji atau chekdam Batang Kuranji. Pembangunannya dilaksanakan pada sisi Batang Kuranji yang letaknya persis di belakang Adzkia, sekolah yang kalau tidak salah ‘milik’ Irwan Prayitno. Selain itu, juga ada kegiatan normalisasi Batang Belimbing, dan lainnya.

Keempat, pelebaran Alai-By Pass. Boleh dikata, ini prestasi besar Irwan Prayitno untuk kampung halamannya. Dia dianggap berhasil melakukan pelebaran Alai-By Pass, dimana gubernur sebelumnya gagal melakukannya. Untuk pembebasan lahan, diserahkan kepada Pemerintah Kota Padang dimana pada waktu itu walikotanya adalah Fauzi Bahar. Kelima, pelebaran By Pass. Pada masa Irwan Prayitno pelebaran By Pass ini dilakukan. Dananya bersumber dari APBN, dan sampai saat ini masih dalam tahap pengerjaan.

Keenam, Irwan Prayitno sebagai Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu menginstruksikan agar PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu) dilaksanakan di masing-masing kecamatan se Sumatera Barat. Nah, salah satu kecamatan yang menerapkannya adalah Kecamatan Kuranji dan Irwan Prayitno langsung yang meresmikannya. Waktu itu, Camat Kuranji adalah Frengki Willianto, SSTP, putra daerah Koto Tangah.

Dalam sebuh diskusi dengan salah seorang tokoh Anak Nagari Pauh IX, ada hal menarik yang dia paparkan. Menurutnya, ada beberapa proyek yang akan dilaksanakan di Kuranji, di antaranya adalah normalisasi Batang Kuranji. Jika Gubernur Sumbar nantinya bukan Irwan Prayitno, maka kemungkingan besar proyek itu belum tentu akan dilaksanakan gubernur baru nantinya.  Tapi setahu penulis, proyek yang dimaksud didanai oleh dana APBN dan sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional. Sebab, pengusulannya dilakukan di awal-awal Irwan Prayitno menjadi Gubernur Sumbar.

Itulah bukti fisik apa yang telah diperbuat Irwan Prayitno di kampung halamannya selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Pauh IX Kecamatan Kuranji yang penulis tahu. Lagian, perlu juga diingat oleh Anak Nagari Pauh IX, Irwan Prayitno itu bukan hanya Gubernur Kuranji, tetapi ia adalah milik Sumatera Barat. Pilgub pada tanggal 9 Desember 2015 juga bukan pemilihan Gubernur Kuranji, tetapi pemilihan Gubernur Sumatera Barat.

Di samping bukti di atas, toh tiap hari Kamis (itu pun setahu penulis, red), dia bolak-balik Taratak Paneh-Istana Gubernuran hanya sekedar untuk bermain badminton di hall Adzkia. Habis bermain badminton, Ia juga tak lupa mencicipi Sate Kalumbuk.

Tentu saja tulisan ini bukan bertujuan menyakinkan Anak Nagari Pauh IX untuk memilih Irwan Prayitno kembali. Cuma mengingatkan saja, selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, bukan tidak berbuat untuk kampung halamannya. Dia ada berbuat, cuma kurang publikasi saja, sehingga banyak orang yang tidak tahu, termasuk Anak Nagari Pauh IX sendiri.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji

Bentengsumbar.com, 2 September 2015

 

Atuk Rajo Bandaro Basa Penghulu Suku Tanjung yang Sah

Darmansyah Rajo Tangkeh: Datuk Rajo Bandaro Basa Penghulu Suku Tanjung yang Sah

Darmansyah Rajo Tangkeh, salah seorang ninik mamak bajinih adat dari kaum suku Tanjung Tapian Ampang Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji menegaskan, Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa merupakan penghulu Suku Tanjung yang sah. Ia pun membantah jika gelar datuk yang dipakai Irwan Prayitno adalah gelar yang dipinjam.

Menurutnya, pengangkatan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa dilakukan pada tahun 2004. Dari rentang tahun 1983 sampai tahun 2004, terjadi kekosongan jabatan penghulu suku Tanjung di Kenagarian Pauh IX. Setelah terjadi kesepakatan kaum yang memakan waktu cukup panjang, pilihan pun jatuh kepada Irwan Prayitno Rajo Bandaro untuk diangkat menjadi penghulu Suku Tanjung dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa.

“Prosesi malewakan gala dan pajamuan pun kami laksanakan dari kaum Suku Tanjung setelah tercapai kesepakatan di kaum kami. Bahkan, pengangkatakan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa menjadi penghulu Suku Tanjung juga dihadiri Jusuf Kalla, yang pada waktu itu menjabat Wakil Presiden mendampingi Presiden SBY. Jadi, pengangkatan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa sebagai penghulu Suku Tanjung sudah sesuai mekanisme dan aturan adat,” cakapnya, Selasa (2/9/2015).

Tak hanya itu, Darmansyah Rajo Tangkeh pun siap berhadap-hadapan dengan pihak-pihak yang mempermasalahkan kepenghuluan di Suku Tanjung Tapian Ampang tersebut. Ia menyatakan siap mendatangi orang tersebut dan berdiskusi dengannya tentang aturan adat dan mengangkat penghulu. Dan ia pun siap didatangi untuk itu.

“Saya rasa, persoalan ini dihembuskan lagi karena ada pesanan politik dari pihak-pihak tertentu. Buktinya, pada pilgub 2010 juga dimunculkan. Apalagi kami mendengar, Syaukani (Syaukani Datuk Tan Basa, red) hanya dibawa-bawa dalam persoalan ini oleh Khairu Rajo Magek. Perlu diketahui, Khairu Rajo Magek termasuk orang yang dari awal menyetujui dan terlibat dalam pengangkatan Irwan Prayitno Datuk Rajo Basa sebagai penghulu suku Tanjung. Bahkan termasuk dalam malewakan gala dan pajamuan adat,” terangnya.

Sementara itu, Burhanuddin Rajo Magek, paruik Urang Tuo Suku Tanjung mengatakan, di kaum Suku Tanjung Kanagarian Pauh IX Kota Padang paruik penghulu dibagi ampek ka dalam duo kalua. Duo kalua disebut dengan “gadang balega-cahayo batimbang,” yaitu kaum Dt. Tan Basa dengan dan Datuk Rangkayo Basa. Dan jika tidak ada yang muncul dari kaum nan duo itu, maka masuk ke dalam diambik duo lai paruik manti (Datuk Rajo Bandaro Basa) atau paruik Puti (Datuk Malelo Basa).

Dikatakannya, sekitar tahun 1950-an, Saumar Datuk Rajo Bandaro Basa diangkat menjadi penghulu suku Tanjung. Setelah dia, diangkat Jamar Datuk Tan Basa pada tahun 1961. Setelah itu, penghulu dipegang Firdaus Datuk Rangkayo Basa yang diangkat pada tahun 1980. Pada tahun 1983 Firdaus Datuk Rangkayo Basa meninggal dunia dan terjadi kekosongan jabatan penghulu suku Tanjung sampai tahun 2004. Baru pada tahun 2004 diangkat lagi Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa.

“Pengangkatan Datuk Rajo Bandaro Basa sudah melalui proses sebagaimana mestinya. Kaum suku Tanjung rapat, semua paruik sepakat, terutama paruik penghulu. Tidak ada persoalan tentang itu. Saya siap menjelaskan jika ada di antara anak kemenakan kami yang bertanya,” cakapnya.

Di lain pihak, Irwan Prayitno membantah kalau pihaknya telah meminjam gala adat kepada paruik penghulu yang lain. Gala adat yang dia pakai diturunkan dari ninik mamaknya Saumar Datuk Rajo Bandaro Basa yang pernah menjadi penghulu Suku Tanjung. Bahkan, pada awalnya, ketika dia diminta jadi penghulu Suku Tanjung, beberapa kali dia menolak. Namun, karena desakan kaum, akhirnya dia menerimanya.

“Saya tidak pernah meminjam gelar datuk dari pihak lain. Gelar datuk yang saya sandang merupakan gelar datuk yang diturunkan dari mamak saya Saumar Datuk Rajo Bandaro Basa. Dan saya pun tidak pernah minta-minta jadi penghulu suku, tetapi justru saya diminta. Awal-awalnya saya menolak, Mama saya yang mendesak waktu itu juga saya tolak. Tetapi setelah didatangi ninik mamak bijinih adat dari kaum Suku Tanjung dan mereka menyatakan bersepakat mengangkat saya, maka saya pun akhirnya menerima, karena kaum saya sudah bermufakat secara bulat, baik itu di paruik Penghulu, Urang Tuo, Pandito, dan Rang Basako,” ujarnya. (by)

bentengsumbar.com, 2 September 2015

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Ninik Mamak Nagari Pauh IX

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Ninik Mamak Nagari Pauh IX

LAGI-lagi kepenghuluan yang disandang Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa dipersoalkan oleh sebagian pihak yang mengaku-ngaku pemilik sah penghulu suku Tanjung Tapian Ampang Kanagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji. Menggelikan saja, kenapa kepenghuluan Irwan Prayitno selalu digugat ketika alek demokrasi Pemilihan Gubernur Sumatera Barat (Pilgub Sumbar) digelar.

Pada pilgub 2010, kasus yang sama juga dihembuskan. Orang yang mempermasalahkan juga sama. Seakan kasus ini punya nilai jual politis tersendiri. Tapi kita pun tak bisa memvonis bahwa tujuannya politis, namun karena selalu dimunculkan pada saat pilgub digelar dan Irwan Prayitno maju sebagai calon gubernur, tentu sah-sah saja orang menduga seperti itu.

Menarik juga menelusuri kasus ini. Untuk itu, penulis mencoba menemui pengurus Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pauh IX. Salah satunya adalah Zulhendri Ismed Rajo Bungsu, Sekretaris KAN Pauh IX yang kebetulan juga Kapalo Paruik Penghulu Suku Tanjuang Pauh IX. Tujuan penulis bukan memperkeruh suasana, tetapi mencoba untuk menelusuri ke pangkal persoalan, yaitu ke paruik Tan Basa itu sendiri, yang katanya kepenghuluan Irwan Prayitno digugat dan diminta kembali oleh paruik Tan Basa ini.

Dengan penuh kehangatan, Selasa siang (2/9/2015), bertempat di salah satu saung yang dikelilingi pohon yang rindang, Zulhendri Ismed Rajo Bungsu menerima kedatangan penulis. Suasana keharuan pun terjadi antara kami, karena bagaimana pun, penulis sebagai anak pisang orang Tanjung mencoba mencari kebenaran kasus yang membelit kaum Suku Tanjung. Selain itu, memang beberapa waktu belakangan ini kami jarang bertemu.

Jika toh bertemu, paling pada acara dan kegiatan FKAN Pauh IX, dimana penulis adalah Wakil Ketua FKAN Pauh IX, dimana Zulhendri Ismed Rajo Bungsu menghadiri kegiatan tersebut dalam kapasitas pengurus KAN. Di media sosial pun, hubungan kami sempat memanas dalam beberapa diskusi yang kami ikuti. Saling sindir, saling memperlihatkan ego, tak terbantahkan lagi. Tapi bagaimana pun, hubungan kami adalah bako anak pisang, dan sebagai bako, ia sering mengalah.

Apalagi jika membahas persoalan pilgub dan Irwan Prayitno yang maju lagi sebagai gubernur. Jauh hari, penulis termasuk orang yang acap mengkritik keras kebijakan dan apa yang dilakukan Irwan Prayitno semasa menjabat Gubernur Sumbar. Mulai dari baliho sampai kepada kebiasaan Irwan Prayitno yang bermain drum dan gitar yang menurut hemat penulis agak janggal dilakukan seorang datuk dan ulama. Dan Zulhendri Ismed Rajo Bungsu selalu dalam posisi membela Irwan Prayitno, karena bagaimana pun Irwan Prayitno adalah penghulu Suku Tanjung.

Penulis pun mengutarakan maksud kedatangan menemuinya, yaitu ingin mengetahui status kepenghuluan Irwan Prayitno. Mendengar itu, Zulhendri Ismed Rajo Bungsu sedikit terdiam. Mimik wajahnya memperlihatkan kesedihan, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Apatah lagi, penulis mengatakan sengaja mencarinya, karena persoalan muncul dari paruik Tan Basa, dimana ia sendiri berada dalam paruik Tan Basa itu. Konon, ia pernah ditawari untuk menjadi penghulu suku Tanjung dari paruik Tan Basa, tetapi ia menolak dan mendahulukan Irwan Prayitno dari paruik Rajo Bandaro Basa yang dianggapnya lebih layak.

Zulhendri Ismed pun menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Ia mengatakan, di Nagari Pauh IX, Suku Tanjung disebut ampek (empat) buah paruik Salapan (delapan) Ninik dengan suku Sikumbang dengan ninik Datuk Sanggoni Dirajo. Yang dimaksud dengan ampek buah paruik adalah paruik Pangulu, Urang Tuo, Pandito dan Rang Basako. Demikian juga dengan Suku Sikumbang, makanya disebut salapan ninik.

Pimpinan dari paruik itu yang menjadi mamak bajinih adat dan diketuai oleh penghulu. Sedangkan paruik penghulu di Suku Tanjung dibagi pula ampek ka dalam duo kalua. Duo kalua disebut dengan “gadang balega-cahayo batimbang,” yaitu kaum Dt. Tan Basa dengan dan Datuk Rangkayo Basa. Dan jika tidak ada yang muncul dari kaum nan duo itu, maka masuk ke dalam diambik duo lai paruik Manti (Rajo Bandaro sekarang Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa) atau paruik Puti (Datuk Malelo Basa).

Sedangkan penghulu yang pernah ada di Nagari Pauh IX setelah pemekaran Nagari Pauh Basa Nan Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V). Di Pauh IX tahun 1821 Janggai Datuk Tan Basa, penghulu pertama Suku Tanjung di Nagari Pauh IX. Kemudian dilanjutkan kemenakannya Jandela Datuk Tan Basa. Setelah itu balega dengan puro Datuk Rangkayo Basa, dilanjutkan H. Jatin Datuk Rangkayo Basa dan kemudian dikembalikan ke Datuk Tan Basa yang bernama Jamar Datuk Tan Basa pada 1961.

Namun mengingat Jamar Datuk Tan Basa masih kecil maka dijalankan sementara oleh kakak satu ayah, kebetulan ibunya juga Tanjung diparuik Manti (Rajo Bandaro) bernama Saumar Rajo Bandaro dengan gelar Saumar Datuk Rajo Bandaro Basa. Setelah itu, kembali dijalankan oleh Jamar Datuk Tan Basa. Di usia senjanya Jamar Datuk Tan Basa menyetujui dua calon Syamsudin Datuk Malelo Basa (paruik Puti) dan Firdaus Datuk Rangkayo Basa. Ini salah satu awal prahara di Nagari Pauh IX yang juga merembet ke suku lain. Jamar Datuk Tan Basa adalah Ketua KAN terlama di Nagari Pauh IX.

Dan ketika Firdaus Datuk Rangkayo Basa dan Syamsudin Datuk Malelo Basa meninggal dunia, maka terjadi kekosongan yang cukup lama jabatan penghulu suku Tanjung itu, yaitu dari tahun 1983-2004. Akhirnya pilihan dijatuhkan kepada Irwan Prayitno Rajo Bandaro dengan melengkapi gelarnya menjadi Datuk Rajo Bandaro Basa pada tahun 2004.

Diangkatnya Irwan Prayitno Rajo Bandaro menjadi penghulu Suku Tanjung dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa dilakukan pada tahun 2004. Gala dilewakan, jamuan adat digelar. Dan Irwan Prayitno lah satu-satunya datuk yang dilewakan sekaligus menggelar pajamuan. Makanya, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa bukan hanya sebatas penghulu Suku Tanjung, tetapi juga Ninik Mamak Nagari. Demikian penjelasan Zulhendri Ismed Rajo Bungsu.

Setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari Zulhendri Ismed Rajo Bungsu, dan azan Ashar pun sudah masuk, maka pembicaraan antara kami dihentikan. Air wudhu diambil, sholat pun dilaksanakan.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang

Bentengsumbar.com, 3 September 2015

Inilah Fakta Asal Usul Irwan Prayitno

Inilah Fakta Asal Usul Irwan Prayitno

“APALAH arti sebuah nama?” Ucapan itu sering terlontar dari mulut anak muda sekarang. Bagi mereka, nama itu tidaklah memiliki arti penting, karena hanya sebagai identitas panggilan. Dan menurut konsep Islam, “Al ismu ad-du’a,” nama itu adalah doa. Maka ketika memberikan nama bagi anak, kedua orang tuanya memiliki harapan sesuai nama itu.

Sudah umum orang Minang memberi nama anak dengan kearab-araban. Sebab, orang Minang pemeluk agama Islam, sehingga tak asing lagi kita mendengar nama orang Minang yang keArab-araban tersebut. Misalnya nama Muhammad Hatta, Muhammad Natsir, Muhammad Yamin, As’ad, Khairul Ikhwan, dan Adib Alfikri (dua nama belakangan adalah nama adik kandung Irwan Prayitno, red). Nama-nama tersebut tentu memiliki arti tersendiri dalam bahasa Arab.

Dari Abu Darda, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” (HR. Abu Dawud, Ad-Darimi dan Baihaqi).

Dan sangat jarang orang Minang memberi nama anak mereka dengan bahasa Jawa atau kejawa-jawaan. Biasanya, kalau ada orang Minang yang memiliki nama kejawa-jawaan, kemungkinan besar ayahnya orang Jawa atau memiliki sejarah tersendiri. Lucunya, nama kejawa-jawaan tersebut menjadi isu politik yang terbilang hot pada Pemilihan Gubernur Sumatera Barat.

Penulis masih ingat, pilgub tahun 2005, dan 2010, isu itu dilontarkan oleh lawan-lawan politik Irwan Prayitno yang maju sebagai gubernur Sumatera Barat pada waktu itu. Irwan Prayitno dikatakan bukan orang Minang asli, melainkan diisukan sebagai orang Jawa. Pada pilgub 2005, isu itu sangat santer sekali. Dan pada pilgub 2010, sudah mulai agak berkurang, karena orang sudah tahu, bahwa Irwan Prayitno adalah asli Minangkabau. Lucu saja, pada pilgub 2015 ini masih ada orang-orang yang melakukan fitnah murahan dengan mengatakan Irwan Prayitno adalah orang Jawa.

Sebagai orang Minangkabau, Irwan Prayitno bergelar Datuk Rajo Bandaro Basa jaleh sasok jarami-nya. Dia adalah putra asli Pauh IX Kecamatan Kuranji, bersuku Tanjung, dan dari gelar adat yang dia sandang orang tahu kalau dia adalah termasuk golongan ‘bangsawan’ Minangkabau di Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V). Dia merupakan penghulu suku Tanjung tapian Ampang. Ibunya asli orang Taratak Paneh Kuranji Kota Padang, ayahnya merupakan orang Tanah Datar, Sumatera Barat.

Lantas, kenapa orang tuanya memberikan nama Irwan Prayitno, bukan nama keminang-minangan. Tentu orang tuanya punya alasan tersendiri. Ketika ayahnya Drs. H. Djamrul Djamal, SH (dosen Ilmu Hukum dan Ketua Jurusan Jinayah Siyasah penulis ketika menuntut ilmu di Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang, red) mengambil program tugas belajar sebagai pengajar ke PTAIN di Yogyakarta, ia memboyong serta istrinya Dra. Hj. Sudarni Sayuti. Di Yogyakarta, Sudarni hamil dan melahirkan. Nuansa Jawa di Yogya agaknya membuat Djamrul Djamal memilih nama itu.

Sebuah nama tentu memiliki arti tersendiri. Dan tentunya pemberian nama Irwan Prayitno oleh orang tuanya bukan tanpa alasan. Apatah lagi kedua orang tuanya merupakan dosen di sebuah perguruan tinggi Islam kenamaan di negeri ini. Tentu tidak alasan memberi nama anak. Irwan sendiri memiliki arti perasaan pada keadilan dan Prayitno memiliki arti bijaksana. Jadi, kalau digabung memiliki arti perasaan pada keadilan dan kebijaksanaan.

Arti itu tak lebih tak kurang, juga pernah penulis dengar langsung dari kerabat dari pihak ayah Irwan Prayitno ketika berkunjung ke Batusangkar. Irwan Prayitno memanggil beliau dengan sebutan pak Uwo. Nah, pak Uwo ini menjelaskan kalau nama Irwan Prayino itu memiliki arti seorang lelaki yang memiliki rasa keadilan dan kebijaksanaan. Tapi penulis rasa, orang tuanya juga tak bakalan menduga, kalau Irwan Prayitno ternyata karir politiknya di Partai Keadilan (PK) atau sekarang ini bertukar nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), karena waktu Irwan Prayitno dilahirkan PK atau PKS belum ada.

Menilik artinya, nama Irwan Prayitno memiliki makna yang bagus. Dan mungkin itulah doa kedua orangtuanya. Si Buyung harus menjadi lelaki yang memiliki perasaan keadilan dan penuh kebijaksanaan. Dan kini, Irwan Prayitno telah menjadi pemimpin dan pembesar negeri. Dengan itu ia diharapkan mampu menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, tak hanya bagi orang-orang yang dekat dengannya, tetapi tentu bagi semua golongan.

Bersikap adil dan bijaksana sebagai pemimpin merupakan suatu keharusan dalam Islam. Ada contoh teladan yang baik dari Khalifah Ali bin Abi Thalib ketika mendapat laporan bahwa gubernurnya di Mesir dijamu makan oleh para pengusaha setempat, dia menjadi khawatir dan memperingatkan:

”Tegakkanlah keadilan dalam pemerintahan dan pada diri Anda sendiri, dan carilah kepuasan rakyat, karena kepuasan rakyat memandulkan kepuasan segelintir orang yang berkedudukan istimewa. Ingatlah! Segelintir orang yang berkedudukan istimewa itu tak akan mendekati Anda ketika Anda dalam kesulitan.”

Dan tentu, sikap adil dan bijaksana akan berujung kepada amanah dalam memimpin negeri. Dan Irwan Prayino di hati kader partai dan pendukungnya merupakan pemimpin yang amanah. Bahkan singkatan Irwan Prayitno – Nasrul Abit, yaitu IP-NA diberi kepanjangan IRWAN PEMIMPIN NAN AMANAH.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Alumnus Jinayah Siyasah IAIN Imam Bonjol Padang

bentengsumbar.com, 6 September 2015

Irwan Prayitno Bukan Pemimpin Pelupa

Irwan Prayitno Bukan Pemimpin Pelupa

SELALU saja orang bertanya-tanya, apa pembangunan fisik yang dilakukan selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat? Pertanyaan yang acap muncul di saat pesta domokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat digelar dan Irwan Prayitno maju kembali sebagai calon gubernur untuk periode kedua, berpasangan dengan Nasrul Abit, Bupati Kabupaten Pesisir Selatan dua kali periode.

 

Semasa menjabat Gubernur Sumatera Barat, kelemahan Irwan Prayitno – ini menurut hemat penulis – publikasi terhadap program pembangunan fisik yang dia lakukan.

 

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. 4: 58).

 

Kembali kepada maksud penulisan artikel ini. Sebenarnya, selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno telah banyak melakukan pembangunan di bidang fisik, apakah itu melanjutkan pembangunan yang terbengkalai pada masa gubernur sebelumnya, atau pembangunan yang baru, yang dia sendiri memulai atas permintaan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kata sambutannya ketika meresmikan jembatan Pasia Jambak dan Berok Siteba, Rabu (5/2/2014).

 

“Pemerintah saat ini merupakan satu kesatuan dengan pemerintahan sebelumnya, jadi tidaklah baik jika kita sendiri menjelek-jelekan kepemimpinan yang lama. Saat ini kita telah berhasil menyelesaikan 40 proyek bengkalai dengan multiyear. Jadi jika ada yang bertanya, apa-apa saja yang telah dibuat Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat adalah melanjutkan pembangunan pemerintahan sebelumnya.”

 

Dengan tegas Irwan Prayitno mengatakan, jika ada yang bertanya, apa-apa saja yang telah dibuat Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat adalah melanjutkan pembangunan pemerintahan sebelumnya. Ini membuktikan Irwan Prayitno tidak menghapus jasa-jasa pemimpin Sumatera Barat sebelum kepemimpinnya dalam memori prestasi pembangunan fisik di daerah ini. Selanjutnya Irwan Prayitno mengatakan:

 

“Gubernur-gubernur terdahulu telah meletakan pondasi awal pembangunan dan pemerintahan sekarang menyelesaikan seperti Jembatan Kelok Sembilan yang dimulai sejak tahun 2004 saat ini telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013 lalu. Kemudian Masjid Raya Sumatera Barat yang terus dibantu penyelesaiannya.”

 

Irwan pun tidak lupa menyebutkan prestasi gubernur sebelum-sebelumnya. Ia bahkan menegaskan pemerintahan sekarang menyelesaikan program pembangunan yang telah dirancang, dirintis, dan dicanangkan pemerintahan sebelumnya.

Tudingan yang dialamatkan kepada Irwan Prayitno sebagai gubernur pencaplok prestasi gubernur sebelumnya terbantahkan dengan kata sambutan pada saat meresmikan pembangunan jembatan Berok Siteba dan Pasia Jambak setahun yang lalu. Dan peresmian kedua jembatan tersebut juga dihadiri oleh Fauzi Bahar selaku Walikota Padang yang saat ini mencalonkan diri sebagai calon Wakil Gubernur berpasangan dengan Muslim Kasim.

 

Ditulis Oleh:

Zamri Yahya, SHI

Mantan Ketua Kastrat KAMMI IAIN Imam Bonjol Padang

 

Bentengsumbar.com, 4 September 2015

 

Sumbar Butuh Pemimpin Rakyat, Bukan Pemimpin Partai

Sumbar Butuh Pemimpin Rakyat, Bukan Pemimpin Partai

AKHIR-akhir ini, suara nyaring kembali dilantunkan sebagian kalangan. Suara yang terkadang memekakan telinga karena sudah menjurus kepada pemutar balikan fakta normatif dari yang semestinya. Betapa tidak, menjelang Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat, timses masing-masing kubu sangat bergairah merayu rakyat.

Terkadang rayuan maut itu dibumbui dengan isu yang bertolak belakang dengan fakta normatif dan akal sehat. Salah satu isu yang diangkat adalah Sumbar butuh pemimpin rakyat, bukan pemimpin partai. Secara masif, misalnya Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, diisukan sebagai pemimpin yang sibuk mengurus partai selama menjabat Gubernur Sumatera Barat selama lima tahun kepemimpinannya, bukannya mengurus daerah dan rakyat yang dipimpinnya.

Irwan Prayitno pun dianggap lebih mengutamakan orang dekat dan PKS dalam mengurus pemerintahan, ketimbang menilai seseorang untuk ditempatkan berdasarkan kinerjanya. Isu ini terus disuarakan secara masif dan berulang-ulang, sehingga sebagian orang dengan mudah mempercayainya dan ikut pula menyebarkan isu tersebut. Benarkan demikian?

Di tubuh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sendiri berlaku ketentuan, pimpinan partai yang terpilih sebagai kepala daerah atau menteri, maka harus menanggalkan jabatan strukturalnya di partai. Mereka kemudian ditempatkan sebagai fungsional partai di Majelis Pertimbangan Partai atau Dewan Syuro DPP PKS. MPP dan Dewan Syuro ini biasanya rapat beberapa kali dalam setahun membahas isu-isu strategis menjelang pemilu, pilpres, pilkada dan isu-isu lainnya. Di PKS itu, yang sibuk mengurus partai adalah pengurus struktural partai, bukan fungsional.

Kondisi yang sama juga berlaku pada partai lainnya, kesibukan tertinggi dalam mengurus partai disandang oleh pengurus struktural partai, bukan fungsional partai. Fungsional partai biasanya hanya dimintai pertimbangan dan diundang menghadiri rapat partai jika dibutuhkan oleh pengurus struktural.

Sebagai partai modern, PKS mencontohkan, pengurus struktural yang terpilih sebagai kepala daerah, apakah itu walikota, bupati, gubernur dan menteri harus menanggalkan jabatan struktural di partai. Seperti Mahyeldi Ansharullah (saat ini menjabat Wali Kota Padang), Irwan Prayitno (mantan Gubernur Sumatera Barat), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Tifatul Sembiring (mantan Menkominfo RI), Nur Mahmudi Ismail (Walikota Depok), Riza Falepi (Walikota Payakumbuh) dan yang lainnya.

Sejak maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat pada pemilihan umum Gubernur Sumatera Barat 2005, Irwan Prayitno meninggalkan jabatan kepartaian (Silahkan baca: wikipedia). Rapat-rapat di DPW dan DPC PKS pun boleh dikata jarang dihadiri Irwan Prayitno. Itu lumrah, karena Irwan Prayitno bukan pengurus struktural yang wajib rapat setiap saat membahas isu-isu terkini dan membesarkan partainya melalui program-program jitu yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal yang sama mungkin juga terjadi pada fungsional partai lainnya.

Sebagaimana dinyatakan Irwan Prayitno dalam berbagai kesempatan, sejak dirinya dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat pada 15 Agustus 2010, maka ia sudah berniat mewakafkan dirinya untuk rakyat Sumatera Barat. Tiada hari tanpa melayani rakyat, bahkan waktu untuk anak-anaknya pun sering terpakai untuk menghadiri kegiatan kemasyarakatan dan mengunjungi rakyatnya. Walau terkadang ekstrim, untuk menjumpai rakyatnya yang tinggal di daerah terisolir dia menggunakan motor trabas.

Dari dua pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat, dua orang di antara mereka tercatat sebagai pengurus struktural di partai mereka. Yaitu H. Muslim Kasim sebagai Ketua Harian Partai Golkar Sumbar versi Agung Laksono, dan Fauzi Bahar yang tercatat sampai saat ini sebagai Ketua DPC Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Padang (Silahkan baca: Fauzi Bahar Kembali Pimpin PAN Padang). Ditunjuknya H. Muslim Kasim sebagai Ketua Harian Partai Golkar Sumbar versi Agung Laksono semasa masih menjabat Wakil Gubernur Sumatera Barat (Silahkan baca: YH dan MK Pimpin Golkar Sumbar). Fauzi Bahar sendiri, selama dua kali periode menjabat Wali Kota Padang tidak pernah menanggalkan jabatannya sebagai Ketua DPC PAN Kota Padang. Sebagai pengurus struktural, Anda bisa membayangkan tingkat kesibukan mereka sangat tinggi dalam mengurus dan membesarkan partai masing-masing.

Sementara itu, Irwan Prayitno sebagaimana dijelaskan di atas, hanya anggota Dewan Syuro DPP PKS yang merupakan jabatan fungsional di partai tersebut. Sedangkan Nasrul Abit yang merupakan calon Wakil Gubernur yang berpasangan dengan Irwan Prayitno, hanya sebagai kader biasa dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Anda tentu bisa menilai, siapa sebenarnya di antara keempat orang calon pemimpin Sumatera Barat ini yang layak dianggap sibuk mengurus partai di partainya masing-masing secara normatif.

Tudingan yang tidak masuk akal lainnya yang dialamatkan kepada Irwan Prayitno adalah menempatkan orang dekat dan PKS dalam mengurus pemerintahan. Tudingan ini juga tidak beralasan. Sejak dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 15 Agustus 2010 sampai berakhir masa jabatannya, pejabat eselon dua di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagian besar – jika tak seluruhnya – merupakan orang-orang yang diangkat oleh gubernur sebelumnya. Pejabat baru yang diangkat berasal dari dari kabupaten/kota. Ini membuktikan, Irwan Prayitno tidak menerapkan like and dislike dalam mengangkat pejabat.

Dalam sebuah wawancara dengan penulis, Irwan Prayitno mengakui memang membawa satu staf dari PKS, dan digaji dengan uang pribadinya. Itu karena ia orang partai politik, sehingga tugas-tugas yang berhubungan dengan partai politik dikerjakan oleh staf itu, sehingga tidak bercampur dengan tugas kepemerintahan. Hal yang sama juga dilakukan gubernur sebelumnya dengan membawa staf kepercayaannya. Sekarang Anda bisa menilai sendiri kan?

Ya, begitulah politik, penuh dengan tipu daya. Sebagaimana perang, politik juga memerlukan strategi terpenting dalam memenangkan perang, yaitu strategi tipu daya. Tipu daya adalah pengelabuan, penyesatan, pemalsuan atau pengalihan. Tipu daya dalam politik adalah membuat seolah-olah dirinya atau lawan politiknya menjadi korban dari strategi pencitraan, cara ini dipakai untuk merancang, membuat, dan mensetting sebuah image tertentu dengan tujuan di atas dan memenejnya begitu indah dan menarik.

 

Pesan Rasulullah saw:
Abu Ja’la (Ma’qil) bin Jasar r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti Allah mengharamkan baginya surga. (HR. Bukhary Muslim)

 

Untuk itu, berhati-hatilah dalam melihat rekam jejak masing-masing calon.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Alumnus Jinayah Siyasah IAIN Imam Bonjol Padang

 

Bentengsumbar.com, 8 September 2015

 

Inilah Alasan Irwan Prayitno Tidak Berkantor di Kantor Gubernur

Inilah Alasan Irwan Prayitno Tidak Berkantor di Kantor Gubernur

SEBAGAI calon kuat Gubernur Sumatera Barat, bermacam-macam isu dialamatkan kepada H. Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Isu yang dipolitisir, sehingga isu itu sampai ke masyarakat, tentu saja akan menimbulkan persepsi yang jelek kepada sosok putra Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V) Kota Padang ini.

Salah satu isu yang sering dihembuskan, selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno hanya masuk kantor selama tiga bulan. Selebihnya, aktivitas sebagai gubernur lebih banyak dijalankan di Istana Gubernur atau rumah dinas. Kebijakan Irwan Prayitno berkantor di rumah dinas ini menjadi sorotan tajam berbagai kalangan.

Tentu saja tidak elok rasanya kita menghakimi Irwan Prayitno yang hanya berkantor selama tiga bulan di sebuah gedung yang berada terpisah di sayap kiri kantor gubernur yang merupakan kantor TP PKK Sumatera Barat. Bangunan yang sempit tersebut hanyalah kantor sementara menjelang gedung escape building rampung dikerjakan. Sebagai seorang gubernur, tentu saja tamu Irwan Prayitno sangat banyak. Gedung yang sempit itu tentu saja sumpek dan tidak layak menerima tamu. Apatah lagi, ruangan untuk tamu tidak memadai, ruangan tunggu pun panas. Bahkan pernah tamu bikin kegaduhan karena merasa tak terlayani dengan baik. Mereka antri dan tidak teratur karena ruangan sempit. Ruangan rapat pun hanya mampu menampung lima orang, lebih dari itu tidak bisa. Alasan inilah yang membuat Irwan Prayitno memilih berkantor di rumah dinas Istana Gubernur Sumatera Barat.

Di rumah dinas gubernuran, Irwan Prayitno bekerja sedikit nyaman. Tak ada surat yang menumpuk, karena selesai ditandatangani hari itu juga. Walau tidak menempati kantor kecil yang disediakan untuk kantor gubernur sementara, kinerjanya sebagai gubernur tidak terganggu. Dia tetap melayani masyarakat di rumah dinasnya. Menerima staf yang mengurus administrasi pemerintahan di mana saja, tidak hanya di rumah dinas, di kap mobil pun dia tandatangani surat yang disodorkan stafnya setelah dia lihat paraf dan tandatangan pejabat yang bersangkutan sudah lengkap. Yang penting pelayanan dan kinerja tak terganggu, Irwan Prayitno enjoy saja berkantor di rumah dinas dan melaksanakan urusan pemerintahan dimana saja.

Selain itu, yang menyebabkan Irwan Prayitno berkantor di Istana Gubernur atau gubernuran adalah agar dirinya leluasa menerima tamu, delegasi, tamu dari pusat seperti dari kementerian yang mengunjunginya. Rumah dinas bisa dijadikan tempat menerima tamu. Rapat-rapat bisa di ruangan istana, menampung 20 – 40 orang. Rapat-rapat SKPD dilaksanakan di auditorium yang menampung 50-200 orang.

Namun setelah escape building selesai pada tahun 2012 dan diresmikan pemakaiannya pada tahun 2013, Irwan Prayitno tetap tidak mau berkantor di gedung escape building tersebut dan tetap bertahan di Istana Gubernur. Apa alasan Irwan Prayitno? Dalam suatu kesempatan, penulis pernah bertanya kepada penghulu Suku Tanjung Kanagarian Pauh IX Kota Padang ini, apa sebab dia tidak mau berkantor di gedung escape building yang megah itu, gedung yang dilengkapi berbagai fasilitas mewah? Sebagai gambaran gedung escape building terdiri dari dua tingkat dengan fasilitas CCTV sebanyak enam unit, fire alarm, fire hydrant, tangga darurat dan AC.

Pada lantai I gedung escape building ini, terdapat dua ruangan lobi dan tamu. Selain itu, juga ada ruangan rapat sekretariat seluas 72 m2, lengkap dengan toilet pria dan wanita. Sedangkan, pada bagian lantai II, terdiri dari ruangan kantor Wakil Gubernur seluas 68,86 m2 dan ruangan Gubernur seluas 135,06 m2. Selain itu juga terdapat ruang untuk ajudan, ruangan rapat kecil, ruang tamu, teleconference, dan ruang istirahat yang dilengkapi kamar mandi dan toilet.

Sebenarnya, setelah gedung escape building diresmikan, Irwan Prayitno sudah bersiap-siap pindah kantor dari rumah dinas Istana Gubernur ke gedung escape building. Namun, entah kenapa, dirinya melakukan sidak ke aula kantor gubernur lama. Dilihatnya, masih ada sembilan biro yang menempati aula itu sebagai kantor pada tahun 2013. Kondisinya tentu saja tidak layak, satu meja ditempati enam orang, hanya pakai kipas angin tanpa air condition (AC). Ini tentu menyebabkan pegawai berkantor di aula tersebut tidak nyaman bekerja.

 

“Anda bayangkan, hanya dengan jarak 50 meter, saya menempati kantor mewah, sementara anak buah saya menempati dan bekerja di aula yang tidak layak sebagai kantor. Saya menempati kantor yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti CCTV, meja besar, kamar tidur, dan bahkan saya lari pun ada pintu rahasia keluar, pintu masuknya ada satpam, ruang rapat, lengkap pokoknya. Tidak bisa, saya tidak jadi pindah. Tiga atau empat dari sembilan biro itu harus dipindahkan ke tempat yang disediakan untuk saya di gedung escape building. Akhirnya, setelah dihitung-hitung, pindahlah tigo biro, yaitu Biro Organisasi dan Biro Hukum dan Perekonomian,” ujar Irwan Prayitno dalam sebuah wawancara dengan penulis.

Karena tidak jadi berkantor di gedung escape building, Irwan Prayitno kembali berkantor di rumah dinas gubernuran atau Istana Gubernur Sumatera Barat. Bagi Irwan Prayitno, kenyamanan bekerja pegawai kantor Gubernur Sumatera Barat adalah segala-galanya. Sebab ini terkait dengan pelayanan prima kepada masyarakat. Kantor yang tidak nyaman tentu akan menyebabkan kinerja pegawai menurun. Irwan Prayitno tidak mau itu terjadi, makanya dia mengurungkan niatnya berkantor di gedung escape building, dan kembali berkantor di rumah dinas.

Nah, sekarang pembaca sudah dapat memahami dengan seksama, alasan Irwan Prayitno tidak mau berkantor gedung escape building. Tuhan memberikan akal dan hati kepada kita untuk memahami persoalan ini. Semoga saja akal dan hati kita tidak tertutup untuk melihat kebenaran yang tersembunyi di balik isu yang dihembuskan karena faktor kebencian sebagian kalangan kepada Irwan Prayitno dan partainya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

 

Dalam sebuh hadis yang berasal dari Ibn Umar ra, Baginda Nabi Muhammad saw bersabda, “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari wa Muslim).

 

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji

bentengsumbar.com, 8 September 2015

 

Kenapa Irwan Prayitno Tak Utamakan Pembangunan Kantor Gubernur?

Kenapa Irwan Prayitno Tak Utamakan Pembangunan Kantor Gubernur?

PERTANYAAN yang sering muncul di benak warga Sumatera Barat, kenapa selama memimpin daerah ini, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa selaku gubernur tak kunjung memperbaiki kantor gubernur yang rusak pasca gempa 30 September 2009? Pertanyaan ini juga sering muncul dan menjadi salah satu hot issue di tengah-tengah pelaksanaan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat yang sedang berlangsung.

Orang sering mengecam kelalaian Irwan Prayitno dalam membangun kembali kantor Gubernur Sumatera Barat ini. Kantor yang menjadi salah satu kebanggaan orang Sumatera Barat. Tempat berkantornya Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Asisten, dan Biro-Biro di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Bahkan, selama kepemimpinan Irwan Prayitno-Muslim Kasim, mereka tidak pernah berkantor di Rumah Bagonjong tersebut. Wakil Gubernur Muslim Kasim berkantor di gedung sebelah Rumah Bagonjong, sedangkan Irwan Prayitno selaku gubernur berkantor di rumah dinas.
“Akibat kantor gubernur di Rumah Bagonjong rusak kena gempa, maka saya berkantor di rumah dinas, karena kantor sementara yang disediakan untuk saya tidak memadai dalam pelaksanaan tugas saya selaku gubernur. Kantor sementara itu ruangannya sempit, kalau rapat hanya bisa menampung lima orang, ruangan tunggunya kecil dan panas pula, sehingga bikin gerah masyarakat yang ingin bertemu dengan saya. Kalau banyak tamu, mereka tak sabaran antri dan sering bikin kegaduhan yang menyebabkan bagian protokoler saya terganggu pekerjaannya. Tak mungkin pula di ruangan kerja sekecil itu saya menerima tamu dari kementerian. Makanya saya pindah ke rumah dinas di istana gubernur. Rumah dinas bisa dijadikan ruangan penerima tamu. Rapat-rapat saya adakan di ruangan istana karena mampu menampung 20-40 orang. Rapat-rapat SKPD saya laksanakan di auditorium yang mampu menampung sekitar 200 orang,” ujar Irwan Prayitno ketika penulis tanya alasannya berkantor di rumah dinas.
Lantas kenapa Irwan Prayitno tak kunjung membangun kembali Rumah Bagonjong kalau memang itu alasannya? Kenapa baru dimulai retrofit (perbaikan dan perkuatan kembali, red) Rumah Bagonjong pada September 2014? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan menghindari fitnah serta persepsi yang salah dalam melihat persoalan ini, penulis tabayun langsung kepada Irwan Prayitno, yang kali ini maju lagi sebagai calon Gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan Nasrul Abit. Lambannya proses retrofit kantor gubernur juga dijadikan semacam kampanye hitam bagi lawan-lawan politik Irwan Prayino, dan mencapnya sebagai gubernur gagal yang tak layak dilanjutkan kepemimpinannya.

Sebagai gambaran,  retrofit Rumah Bagonjong dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama mulai dilaksanakan pada September 2014 dan tahap kedua pada Juni 2015. Agar aktivitas kepemerintahan tidak terganggu, selama pekerjaan retrofit berlangsung, seluruh pegawai dipindahkan ke gedung baru yakni escape building. Namun demikian, masih tetap ada dua biro, yaitu Biro Pemerintahan dan Biro Sosial yang terpaksa menghuni Kantor Gubernur, karena escape building ternyata tidak mampu menampung seluruh pegawai.

Kepada penulis, Irwan Prayitno menjelaskan, dirinya memang tidak melakukan retrofit Rumah Bagonjong terlebih dahulu, di saat rumah-rumah masyarakat yang rusak terkena gempa belum tuntas diperbaiki. Sebab, ketika dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada 15 Agustus 2010, Ranah Minang baru saja diguncang gempa hebat pada 30 September 2009. Lebih dari 200 ribu rumah yang rusak pada tujuh kabupaten/kota se Sumatera Barat. Kerusakan terparah dialami Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah lainnya yang terkena dampak gempa itu adalah Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam.
Warga yang rumahnya terkena gempa diberi bantuan untuk merehabilitasi rumah-rumah mereka. Tercatat sebanyak 197.751 rumah telah dibantu pemerintah untuk dibangun kembali, dengan bantuan kepada rumah yang rusak berat dan rusak sedang. Bagi rumah yang mengalami rusak berat diberi bantuan Rp15 juta, dan yang rusak sedang diberi bantuan Rp10 juta.  Hingga 2012 seluruh rumah yang terkena gempa sudah bisa diselesaikan dengan total dana Rp2,7 triliun. Selama tiga bulan (Oktober-Desember 2010) pemerintah sudah mencairkan Rp2,114 triliun rupiah untuk 143.000 rumah. Atas keberhasilan ini, Pemprov Sumbar mendapatkan penghargaan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) karena tercepat dalam rehab rekon. Kemudian pencairan Rp600 miliar dilanjutkan hingga tahun 2012.
Sebenarnya, pada saat itu, Irwan Prayitno bisa saja mendahulukan proyek retrofit Rumah Bagonjong. Apalagi pada saat itu dia memegang uang Rp2,4 triliun secara gelondongan dari BNPB. Tapi itu tidak dia lakukan. Dia ingin rumah masyarakat dulu yang dituntaskan, termasuk pembangunan kembali infrastruktur jalan, jembatan, rumah sakit, pasar, sekolah-sekolah, dan rumah ibadah.  Pelaksanaannya dilakukan pada tahun 2010, 2011, dan 2012.

Pada tahun 2013, Irwan Prayitno baru melakukan pembangunan beberapa kantor dinas. Pembangunan kantor dinas diutamakan adalah yang terletak di bedeng-bedeng, seperti Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2013 itu juga dilakukan pembangunan Kantor Kapolda, Kejati, pasar, RSU M. Djamil Padang, Bappeda, Perpustakaan, PU dan escape building.

Baru, pada September 2014, Irwan Prayitno melakukan pembangunan kembali dan perkuatan (retrofit) Rumah Bagonjong tahap pertama, dan pada Juni 2015 dilaksanakan tahap kedua. Kantor Gubernur Sumatera Barat termasuk dalam 27 gedung yang rusak berat akibat gempa besar 2009, namun konstruksi bangunannya masih dinilai kuat, sehingga tidak dirobohkan, dan hanya perlu perbaikan serta penguatan struktur bangunan, khususnya di lantai 3 dan 4. Diperkirakan retrofit Rumah Bagonjong akan siap pada 2016 dan sudah bisa ditempati Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat yang baru nantinya.

Berdasarkan perencanaannya, rumah dinas wakil gubernur yang bersebelahan dengan Rumah Bagonjong juga akan dibongkar. Di sana akan didirikan bangunan dan dibuat jembatan ke seberangnya. Dalam benak Irwan Prayitno, komplek kantor Gubernur Sumatera Barat akan dibangun mewah nantinya. Nah, sudah jelas bagi kita, Irwan Prayitno lebih mengutamakan penyelesaian rehab rekon rumah masyarakat yang rusak akibat gempa, ketimbang membangun kantor yang mewah. Irwan Prayitno tak ingin menari di atas penderitaan rakyatnya. Suatu keteladanan yang patut kita puji dari penghulu suku Tanjung Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini.
“Pemimpin itu harus bisa melihat dengan mata rakyat, harus mengerti bahasa rakyat dan merasakan perasaan rakyat. Memajukan kemakmuran rakyat adalah tugas setiap pemimpin.” (Imam Ali bin Abi Thalib Kwh)
Sebagai anak muda, kita harus berfikiran positif terhadap pemimpin kita, dan tak mudah termakan fitnah dalam suasana pesta demokrasi Pilkadagub Sumbar ini.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua PK KNPI Kuranji

 

Bentengsumbar.com, 9 September 2015

Doyan Blusukan, Minim Pencitraan

Doyan Blusukan, Minim Pencitraan

 

SALAH satu kelemahan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, menurut hemat penulis adalah minimnya publikasi yang dilakukan terhadap segala bentuk kegiatan yang dia lakukan. Kunjungan-kunjungannya ke daerah terpencil atau istilah yang paling trend saat ini, blusukan (Kata blusukan secara etimologi berasal dari bahasa Jawa, dari kata dasar blusuk ‘masuk’ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti: masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu), kurang tersosialisasi dengan baik oleh Biro Humas Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

 

Akibatnya, tentu masyarakat tidak mengetahui kegiatan kunjungan ke daerah terpencil dan pemukiman kumuh tersebut sebagaimana diharapkan. Padahal, jika dikemas dalam bentuk pemberitaan yang bagus, tentulah blusukan ini akan menjadi salah satu alat untuk membentuk pencitraan seorang pemimpin. Dan memang, tugas pokok Biro Humas adalah mensosialisasikan segala bentuk kegiatan pimpinan, yaitu gubernur, wakil gubernur, sekretaris daerah, dan pemprov secara keseluruhan yang berujung kepada pembentukan citra yang bagus di mata masyarakat.
Pengalaman pribadi penulis sebagai orang yang pernah mengenal dekat Irwan Prayitno, setidaknya ketika Irwan Prayitno menjadi anggota DPR RI sampai pada pertengahan jabatannya sebagai Gubernur Sumatera Barat, ia merupakan sosok yang tidak betah di belakang meja. Irwan Prayitno termasuk sosok pemimpin yang doyan blusukan ke daerah-daerah. Setidaknya, itu pulalah yang dirasakan sebagian wartawan yang meliput kegiatannya selama ia menjadi Gubernur Sumatera Barat. Sampai-sampai mereka ‘angkat tangan’ karena tak sanggup mengiringi Irwan Prayitno blusukan.

Tak jarang Irwan Prayitno sering melaksanakan urusan pemerintahan di lapangan, selain di rumah dinas yang dijadikan kantor. Surat-surat yang harus dia tandatangani, jika sudah lengkap secara administrasi pemerintahan, akan dia tangani di mana saja, diatas kap mobil, diatas punggung ajudan, dan lainnya.

Penulis pernah bergumam ketika membaca berita-berita tentang Jokowi yang doyan blusukan selama memimpin DKI Jakarta, “Duluan gubernur gua yang blusukan ketimbang elo.” Cuma bedanya, Jokowi atau orang yang diperintahkan untuk itu, mengemas blusukan tersebut dalam bentuk pemberitaan yang bagus dan disukai masyarakat, sehingga Jokowi di mata masyarakat merupakan sosok pemimpin yang merakyat dan pada saat kunjungan tersebut mampu ‘maantok an tangih rakyat.’ Hasilnya, pada pilpres kemaren Jokowi mampu merontokkan ambisi Prabowo untuk menjadi Presiden RI.

 

Penulis pernah tabayun langsung kepada Irwan Prayitno, “Kenapa pemberitaan tentang kegiatan blusukan Datuk kurang tersosialisasi dengan baik?” Dia menjawab, “Saya sudah mewakafkan diri saya kepada rakyat Sumatera Barat, jadi untuk apa saya harus riya dan membentuk pencitraan. Biarlah masyarakat sendiri yang menilai, apa yang saya lakukan.” Di sini terlihat, Irwan Prayitno tidak mau menyalahkan siapa pun, termasuk Biro Humas. Walau dia sadar, publikasi yang dilakukan tentang kegiatan yang dilaksanakannya sangat kurang.
Setidaknya, kesamaan Jokowi dan Irwan Prayitno adalah sama-sama ‘kurus’ dan sama-sama doyan blusukan. Ah…satu lagi, sama-sama sabar dalam menghadapi segala bentuk pemberitaan yang negatif tentang dia.

Bahkan Irwan Prayitno lebih ekstrim lagi, blusukan ke tengah-tengah masyarakat terpencil yang tidak terjangkau kendaraan roda empat dengan motor trabas. Dan memang Irwan Prayitno memiliki hobi yang cukup ekstrem ini, trabas. Bagi sebagian orang melakoni olahraga ekstrem semisal trabas, jelas bukanlah sebuah pilihan yang menarik. Di samping harus bernyali besar, namun juga harus siap-siap dihadapkan pada risiko besar.

Irwan Prayitno pun bukan tipe pemimpin yang suka diatur dengan protokoler yang ketat. Di depan rakyat harus memperlihatkan kesombongan sebagai pemimpin, lengkap dengan atribut dan fasilitas yang disediakan negara. Kemana-mana berkunjung harus diiringi oleh pembesar negeri, apakah itu kepala dinas atau muspida, sehingga rakyat pun susah mengadakan acara penyambutan yang meriah.

Tidak. Irwan Prayitno lebih suka tampil apa adanya di depan rakyat. Tanpa harus diikat aturan protokoler yang ketat. Bahkan dia jarang memakai atribut kebesarannya sebagai gubernur waktu itu, salah satunya adalah benggo. Lucunya, setiba di daerah kunjungan, orang sering salah membukakan pintu mobil, disangka gubernur, rupanya ajudan. Gubernurnya malah keluar sendiri tanpa dibukakan pintunya. Dan penulis pernah langsung menyaksikan peristiwa lucu ini diawal-awal Irwan Prayitno melaksanakan tugasnya sebagai gubernur, ketika ia berkunjung ke Batang Kapeh, Pesisir Selatan.

 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6)
Ya, itulah Irwan Prayitno. Doyan blusukan, hobi motor trabas, tak suka diatur protokoler yang ketat, tampil apa adanya, dan sabar dalam mengahadapi pemberitaan negatif tentang dia.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

 

Bentengsumbar.com, 9 September 2015

Di mana Kantor Ayah?

Di mana Kantor Ayah?

 

SHOHWATUL Ishlah itulah nama gadis cantik ini. Terlahir dari keluarga yang agamis, membuat gaya hidupnya sangat Islamis. Sebagian orang mungkin tidak tahu, siapa dirinya sebenarnya. Ya, dia merupakan anak ketujuh dari H. Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa dan Ny. Hj. Nevi Irwan Prayitno.

Saat ini, Shohwatul Ishlah terdaftar sebagai siswi di SMA Negeri 1 Padang. Ia termasuk anak yang mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya. Walau ia anak seorang pembesar negeri ini, namun ia tetap tampil bersahaja. Tidak ada yang mencolok darinya, sebagai pertanda ia anak seorang pejabat (waktu itu ayahnya Irwan Prayitno merupakan Gubernur Sumatera Barat dan maju kembali pada periode kedua pada Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Barat 2015 berpasangan dengan H. Nasrul Abit, red).

Kedua orang tuanya memang mengajarkan ia hidup sederhana, jauh dari kemewahan sebagai anak seorang pejabat tinggi dan politisi partai besar. Sebagai anak pejabat, apatah lagi gubernur pada waktu itu, ia bisa saja memanfaatkan semua fasilitas yang melekat pada jabatan ayahnya. Namun itu tidak membuat ia sombong, Ia tampil sebagaimana anak kebanyakan dengan tampilan penuh kesederhanaan.

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At Tahrim: 6). Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ketika menafsirkan ayat ini berkata, “Kepada mereka adab dan tanamkanlah pada diri mereka kebaikan.” (Tafsir Ibnu Katsir: 4/391)  
Pernah satu ketika, ia dan teman-temannya melakukan kunjungan ke Balaikota Padang yang terletak di pusat Pemerintahan Aia Pacah. Pada saat itu, ayahnya Irwan Prayitno masih menjabat Gubernur Sumatera Barat. Kantor Walikota Padang yang baru itu terlihat mewah di matanya. Halamannya luas, di depan ada penjagaan dari security. Untuk menuju ruangan Wali Kota, ia dan teman-temannya harus naik lift ke lantai dua gedung mewah itu.

Sebelum memasuki ruangan kantor Wali Kota, ia dan teman-temannya harus melapor terlebih dahulu kepada petugas piket yang berbaju Satpol PP. Setelah itu mereka diizinkan masuk ke ruangan ajudan dan protokoler. Petugas di ruangan ini masuk dan memberitahu Wali Kota akan kedatangan mereka. Setelah diizinkan masuk, baru bisa mereka dapat bertemu Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah.

Di ruangan Wali Kota Padang tersebut Ia melihat ada tv control. Semua kondisi ruangan terpantau dari tv itu. Sewaktu berada di luar ruangan Wali Kota, ia memang melihat ada beberapa titik yang dipasangi kamera CCTV. Di dalam hati ia bergumam, “Ternyata kantor Wali Kota ini dilengkapi berbagai fasilitas, terkesan mewah dan lengkap dengan protokolernya.”

 

Sepulang dari kunjungan itu, di saat waktu luang bersama ayah, ibu, dan saudara-saudaranya, ia pun bertanya kepada ayahnya, “Di mana kantor ayah?” Sontak Irwan Prayitno terkejut mendengar pertanyaan putrinya itu. Betapa tidak, sejak dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat lima tahun silam, Irwan Prayitno tidak pernah berkantor di kantor gubernur Rumah Bagonjong, karena rusak kena gempa. Ia sempat berkantor selama tiga bulan di kantor sementara yang sempit dan pengap, persis terletak di samping Rumah Bagonjong.
Menempati kantor yang sempit dan pengap seperti itu, Irwan Prayitno tentu tidak leluasa melaksanakan tugasnya sebagai seorang gubernur. Banyak tamu yang harus dilayani, rapat pun harus digelar di ruangan itu, sementara ruangan itu hanya mampu memuat lima atau enam orang. Makanya Irwan Prayitno mengambil keputusan pindah ke rumah dinas di komplek Istana Gubernur Sumatera Barat. Semua aktivitasnya sebagai gubernur dilaksanakan di rumah dinas itu, sehingga putra-putrinya hanya tahu, ayahnya hanya berputar di sekitar rumah dinas dan Istana Gubernur. Tidak dilihatnya ayahnya pergi kekantor nan mewah dengan fasilitas serba lengkap seperti itu. Shohwatul Islah tentu menganggap itu komplek Istana Gubernuran, bukan kantor.

“Sejak mulai datang ke Padang, ia hanya melihat saya berputar-putar di rumah, ke auditorium, ke ruang rapat istana. Jadi pantas bertanya, dimana kantor ayah?” ujar Irwan Prayitno bercerita kepada penulis.

Dan selama lima tahun itu, Shohwatul Ishlah melihat ayahnya sibuk siang malam, berangkat subuh, pulang malam melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur Sumatera Barat. Tak terlihat olehnya ayahnya berkantor layaknya seorang gubernur atau wali kota. Kantor yang mewah, dilengkapi berbagai fasilitas, seperti meja besar, ruangan yang dilengkapi tv control, CCTV, dan lain sebagainya.

Menjadi Gubernur Sumatera Barat pascagempa 30 September 2010 yang menghancurkan dan meluluhlantakan Ranah Minang, membuat Irwan Prayitno tidak segera menempati kantor yang layak sesuai standar fasilitas yang disediakan untuk seorang gubernur, sebab Rumah Bagonjong juga rusak berat kena gempa. Irwan pun tak serta merta membangun kembali Rumah Bagonjong, namun dibenaknya, bangun kembali rumah masyarakat dan insfrastruktur yang rusak kena gempa, baru kemuadian dilakukan pembangunan kantor, termasuk Rumah Bagonjong.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

 

Bentengsumbar.com, 10 September 2015

 

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa di Mata Sahabatnya

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa di Mata Sahabatnya

SOSOK Irwan Prayitno dikenal baik di mata sahabat-sahabatnya, baik semasa sekolah maupun semasa kuliah. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang maju kembali sebagai calon Gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan H. Nasrul Abit, mantan Bupati Kabupaten Pesisir Selatan dua kali periode ini, merupakan sosok yang pekerja keras dan pantang menyerah.

Setidaknya itu terungkap dari salah seorang sahabat baiknya, yaitu Zulhefi Sikumbang. Zulhefi Sikumbang merupakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Kakao Indonesia (DPP Askindo), Ketua Umum Badan Koordinasi Ikatan Keluarga (Bako IKK) Kota Padang se-Jabodetabek dan Ketua Minang Golf Club Jakarta. Zulhefi Sikumbang pernah satu sekolah dengan Irwan Prayitno di SMP Negeri 1 Padang (1976 – 1979) dan SMA Negeri 3 Padang.

Namun, setelah tamat SMA, keduanya berpisah. Irwan Prayitno melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI), sedangkan Zulhefi Sikumbang memilih kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Silaturahim dan hubungan pertemanan antara keduanya tetap terjalin, walau tidak kuliah di perguruan tinggi yang sama. Maklumlah, keduanya merupakan putra terbaik Kota Padang, Irwan Prayitno berasal dari Taratak Paneh Kuranji, sedangkan Zulhefi Sikumbang berasal dari Alai Padang Utara. Walau berbeda kecamatan, tetapi kedua daerah ini secara wilayah adat termasuk bagian dari Kenagarian Pauh IX, bagian dari Pauh Basa Si Ampek Baleh.

Di mata Zulhefi Sikumbang, sebagaimana ia tulis di dinding akun jejaring sosial facebook miliknya, sosok Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc Datuk Rajo Bandaro Basa adalah orang baik, pintar, sopan, dan santun. Irwan Prayitno merupakan seorang ustadz yang tidak pernah menempuh pendidikan formal di pesantren atau madrasah atau pun perguruan tinggi Islam. Tetapi Irwan Prayitno merupakan seorang politisi dan pendidik yang hafal Al Quran.

 

“Irwan adalah orang baik, pinter, sopan dan santun, ustadz hafal Al Quran padahal pendidikan dan kuliah formalnya bukan pendidikan Islam, profesor, multitalenta, serba bisa dan sangat disiplin, dan pekerja keras. Sulit kita tandingi. Dulu kami selalu bergantian untuk juara umum di SMA Negeri 3 Padang, tapi terus terang saya tidak bisa menandingi kemampuannya saat ini. Selama menjadi Gubernur Sumbar beliau sudah meraih lebih dari 200 penghargaan atas kinerja yang dicapai selama 5 tahun memimpin Sumatera Barat,” celotehnya.
Tak hanya itu, menurut Zulhefi Sikumbang, setelah menyelesaikan pendidikannya di UI, Irwan Prayitno fokus dengan dakwah Islam sebagai ustadz, membuka Bimbingan Belajar (Bimbel), mendirikan sekolah dan perguruan Islam Adzkia, dan perusahaan konsultan manajemen. Kemudian melanjutkan kuliahnya di UPM Malaysia sampai meraih gelar Doktor dan sekaligus penjadi pendakwah di negara jiran Malaysia. Mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sampai meraih gelar Profesor.

Irwan Prayitno pernah menjadi anggota DPR RI tiga kali periode, dan pernah menjabat Ketua Komisi beberapa kali di DPR RI. Pergaulan Irwan Prayitno, baik pada tingkat nasional atau pun internasional sudah teruji. Kemudian ia terpilih menjadi Gubernur Sumatera Barat pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat pada tahun 2010.

“Irwan selalu dekat dengan keluarga, di tengah kesibukannya selalu memperhatikan dan berkomunikasi dangan anak-anak serta orang tuanya. Hampir tiap minggu mengadakan acara makan keluarga di tengah kesibukannya. Irwan mendidik anak-anaknya dengan baik dan ada yang kuliah di ITB, Amerika, UI, IPB dan di Inggris. Semoga Allah swt memuluskan langkahnya untuk bisa memimpin Sumatera Barat untuk yang kedua kalinya. Aamiin…. Ayoo kita lanjutkan,” demikianlah sosok Irwan Prayitno dimata seorang Zulhefi Sikumbang.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 11 September 2015

Sukses Pimpin Keluarga, Modal Utama Sang Datuk Memimpin Daerah

Sukses Pimpin Keluarga, Modal Utama Sang Datuk Memimpin Daerah

ADALAH suatu kebanggaan sebagian anak-anak, jika orang tuanya berpangkat tinggi, sehingga mereka dapat membanggakan diri dan menikmati fasilitas yang disediakan negara untuk ayahnya tersebut. Namun tidak bagi anak-anak Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandara Basa, mereka tidak pernah mau memakai fasilitas negara. Sebab mereka sadar, fasilitas itu bukan untuk mereka, tetapi untuk ayah mereka demi kelancaran tugas dan pekerjaan yang diembankan negera kepada sang ayah.

Walau pun mereka terlahir sebagai anak politisi besar yang lahir dari Ranah Minang pada abad ini, tetapi mereka tetap memilih cara hidup yang penuh kesederhanaan. Hidup apa adanya, tak seperti anak politisi sukses dan pejabat kebanyakan. Ke sekolah pun, mereka tidak mau diantar oleh mobil plat merah, tetapi 2 unit mobil plat pribadi milik ayahnya. Mereka pun tidak meminta agar dibelikan mobil sendiri, sehingga bisa nyetir sendiri, yang berujung balap-balapan, seperti anak pejabat dan orang kaya kebanyakan yang setiap malam minggu balap-balapan di kawasan Jalan Samudera Pantai Padang.

 

“Sesungguhnya bagi dirimu, keluargamu dan tubuhmu ada hak atasmu yang harus engkau penuhi, maka berikanlah masing-masing pemilik hak itu haknya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sudah umum orang tahu, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa memiliki anak 10 orang. Anak sulungnya bernama Jundy Fadhlillah, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Jurusan Manajemen, dan menyelesaikan S2 di Southern New Hampshire University, US. Jundy menikah beberapa tahun lalu dengan Aisyah Ramadhani. Anak kedua Waviyatul Ahdi, sudah menyelesaikan kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan menikah dengan Irfan Aulia Saiful. Anak ketiga Dhiya’u Syahidah, SBM ITB, dan S2 di Westminster University, UK dan menikah dengan Fallery. Anak keempat, Anwar Jundi, kuliah di Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB. Anak kelima, Atika yang saat ini sedang menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Anak keenam, Ibrahim saat ini kuliah di Jurusan Teknik Kimia Universitas Indonesia.

Dari 10 orang anaknya, hanya empat orang yang tinggal di Padang. Sewaktu Irwan Prayitno menjadi gubernur, empat anaknya ini tinggal bersamanya di rumah dinas, komplek Istana Gubernur Sumatera Barat. Mereka adalah anak ketujuh, Shohwatul Islah (SMA 1 Padang), anak kedelapan Farhana (SMA 1 Padang), anak kesembilan Laili Tanzila (SMPIT Adzkia), dan anak kesepuluh Taqiya Mafaza (SDIT Adzkia). Tujuannya tentu lebih mudah mengawasi anak-anak dan membagi waktu dengan mereka di sela kesibukannya, sehingga keharmonisan keluarga tetap terjaga.

 

“Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan ketanangan jiwa. Terlebih dalam lingkungan keluarga. Pentingnya keharmonisan keluarga yang paling berpengaruh untuk pribadi dan masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Allah dengan hikmah-Nya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya.” (Irwan Prayitno, Kepribadian Muslim, Bekasi, Pustaka Tarbiyatuna, 2003, hlm. 50)
Banyaknya anak-anak Irwan Prayitno ini pun dijadikan black campaign oleh sebagian orang-orang berfikir picik. Mereka beralasan, banyak anak akan mendorong seseorang untuk melakukan korupsi dan akan menguras dana APBD untuk pembiayaan rumah tangga gubernur. Padahal, anak-anak Irwan Prayitno tidak pernah memanfaatkan fasilitas pribadi milik ayah mereka untuk keperluan pribadi. Dibanding pejabat lainnya di negeri ini, eselon III saja bapak mereka, sudah pandai menggunakan plat merah untuk keperluan pribadinya.

Bahkan, penulis pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mobil plat merah seorang pejabat di daerah ini dipakai anaknya untuk pacaran. Dalam sebuah wawancara dengan Penjaja Seks Komersial (PSK) -sekitar pertengahan tahun 2009, waktu itu penulis masih bekerja di SKM Garda Minang sebagai Redaktur Investigasi –  di kota ini, salah seorang PSK yang aduhai pernah mengaku kalau pelanggan tetapnya adalah salah seorang pejabat dan anak-anak pejabat. Nauzubillah min zalik.

Irwan Prayitno termasuk orang tua yang mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Mereka rata-rata melanjutkan sekolah ke sekolah ternama dan diterima di perguruan tinggi ternama pula. Anak-anak Sang Datuk pun rata-rata berprestasi semua di sekolah mereka. Laili Tanzila, anak kesembilan, kelas III di SMP Islam Terpadu Adzkia, selalu meraih juara I. Demikian pula Farhana, yang sekolah di SMA Negeri 1 Padang, selalu masuk 5 besar. Farhana baru saja pulang dari Jakarta, Jum’at siang kemaren (12/9/2015). Ia bersama tiga orang temannya berhasil meraih juara II se Indonesia Bagian Barat dalam iven Parade Cinta Tanah Air.

Tak hanya itu, Irwan Prayitno tidak lupa pula mendidik anak-anaknya dengan ilmu agama. Pada sekolah dasar, semua anaknya disekolahkan di SDIT Adzkia, sehingga memperoleh pendidikan agama yang memadai. Rata-rata anak-anak Irwan Prayitno hafal Al Quran seperti bapaknya. Farhana, Laili Tanzila, dan Taqiya Mafaza sudah hafal al Quran satu juz. Shohwatul Islah, Ibrahim, Atika, Anwar Jundi, Dhiya’u Syahidah, Waviyatul Ahdi dan Jundy Fadhlillah hafal Al Quran di atas empat juz. Anak-anak memiliki keteladanan yang baik dari bapak dan ibunya, sehingga tercipta keluarga harmonis, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Al Tahrim: 6).
Sungguh suatu keteladanan yang baik dan layak dicontoh oleh keluarga muslim lainnya. Keluarga teladan dan harmonis akan melahirkan anak-anak yang pintar secara intelektual dan emosional. Sukses dalam membina keluarga salah satu modal dasar untuk memimpin organisasi yang lebih besar. Orang yang gagal memimpin keluarganya dengan baik, tak bisa diharapkan akan sukses memimpin suatu daerah dan negara.

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa memberikan contoh yang baik dalam membina keharmonisan keluarga. Ia merupakan sosok yang sukses memimpin keluarga dan sukses memimpin daerah ini. Selama lima tahun menjadi Gubernur Sumatera Barat, ia berhasil meraih 204 penghargaan di segala bidang. Dan semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memberikan kontribusi dalam menyumbang penghargaan tersebut.

Penghargaan yang diperoleh atas keberhasilan SKPD dalam melaksanakan program yang telah direncanakan dengan matang. Dan ini semua tentu atas manajemen kepemimpinan yang diterapkan Irwan Prayitno, di mana Kepala SKPD memiliki otoritas dan kemandirian untuk mengatur kebawahannya. Karena dia setiap saat akan diminta pertanggungjawabannya oleh gubernur. Sehingga dengan demikian, jelas Irwan Prayitno, pekerjaan itu efektif, efisien, mengena tepat sasarannya, dan bisa langsung menghasilkan kinerja, karena masing-masing SKPD bisa bertanggungjawab terhadap pekerjaannya.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 12 September 2015

Fakta Tak Terlupakan Bagi Insan Olahraga

Fakta Tak Terlupakan Bagi Insan Olahraga

SEPERTI biasa, sesekali pimpinan Bara Online Media (BOM) berkumpul di Sekretariat Bersama (Sekber) yang terletak di jalan Siak No. 4 Padang. Kali ini, Koordinator BOM, Syahrial Aziz mengumpulkan secara mendadak beberapa orang pimpinan, yaitu Nofrianto Lublin, Djamalus Datuk Balai Gadang, dan penulis sendiri. Persoalan yang dibahas adalah beberapa masalah kekinian tentang Kota Padang dan Sumatera Barat, termasuk pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat.

Pondok sederhana yang kami jadikan Sekber tersebut juga menjadi tempat menerima tamu dari berbagai kalangan. Apakah itu rakyat badarai ataupun pejabat. Mulai dari camat sampai Kanwil Kemenag, pernah bertandang ke Sekber ini. Terkadang hanya sekedar ngobrol-ngorol ringan sembari minum kopi dan teh Pauh racikan Uni Welly nan manis.

Sore kemaren, Minggu (13/9/2015) kami kedatangan tamu agung. Seorang penggiat olahraga sekaligus berprofesi sebagai pengacara. Belakangan ia dipercaya menjadi Sekretaris Tim Relawan Irwan Prayitno – Nasrul Abit (IP-NA) yang maju pada Pilkadagub Sumatera Barat 2015. Ia juga pernah menjadi Ketua Pemuda Pancasila Kota Padang. Nama dan wajahnya tidak asing bagi insan olahraga dan pembesar negeri di daerah ini. Ia adalah Syaiful, SH, MHum.

Pembicaraan ringan pun berlangsung antara kami. Diawali dengan saling kangen, dan merembet ke persoalan yang ada di KONI Sumatera Barat. Dengan bergabungnya Syaiful pada tim Relawan IP-NA, membuat beberapa orang pengurus KONI gerah. Hal itu dipertanyakan Nofrianto Lublin kepada Syaiful. Sebagai wartawan olahraga, Nofrianto Lublin tentu banyak mendapat informasi tentang itu. Syaiful pun hanya tersenyum ringan mendengar pertanyaan tersebut. Baginya, selama lima tahun menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno telah menunjukkan keseriusannya membina dan memajukan dunia olahraga di daerah ini.

Syaiful pun mengungkapkan fakta-fakta keseriusan Irwan Prayitno membina dan memajukan dunia olahraga Sumatera Barat tersebut. Fakta yang tak akan pernah terlupakan bagi insan olahraga di daerah ini. Bayangkan saja, usai dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 15 Agustus 2010, Irwan Prayitno langsung memimpin rapat olahraga membahas masalah pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumbar dan waktu itu Irwan Prayitno masih berpakaian baju putih yang merupakan baju seorang gubernur.
Perhatian Irwan Prayitno secara umum untuk Sumatera Barat, ini yang pertama kali terjadi untuk Indonesia, yaitu 15 Kabupaten/Kota melaksanakan Pekan Olahraga Propinsi (Porprov) pada tahun 2010 pascagempa 30 September 2009 yang meluluhlantakan Ranah Minang. Inilah yang menjadi bukti kebangkitan olahraga Sumatera Barat memang benar di tangan Irwan Prayitno, ungkap Syaiful.

Bukti lainnya, selama lima tahun Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat, tiga kali Porprov dilaksanakan. Di Porwil 2011, Sumatera Barat memperoleh ranking III dan target tercapai, atlit dapat bonus Rp50 juta. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Pada PON 2012 di Pekan Baru Provinsi Riau, target  12 mendali emas juga tercapai, ditambah 12 perak dan 25 perunggu. Atlit mendapat bonus Rp150 juta. Semua ini terlaksana karena ada kebersamaan dengan seluruh stakeholder.
Demikian juga pelatih dan termasuk pengurus-pengurus mendapatkan honor atas keberangkatannya, baik ke Porwil maupun ke PON. Pekan Olahraga Remaja di Surabaya pada penghujung anggaran tahun 2014, mendapat bantuan Rp4 miliar, dan dikirim tim PON remaja Surabaya, Sumatera Barat memperoleh ranking 5 dengan perolehan medali, 7 emas, 8 perak dan 10 perunggu.

Ini adalah fakta yang diketahui oleh seluruh pengurus KONI dan insan olahraga di daerah ini. Fakta yang tidak bisa didustai sama sekali, karena tercatat sebagai sejarah pembangunan keolahragaan di daerah ini. Makanya, tidak ada alasan bagi sebagian pengurus KONI gerah kepadanya, sebab tidak pula ada aturan atau Undang-Undang yang terlanggar dengan bergabungnya dirinya ke dalam tim Relawan IP-NA dan dipercaya sebagai sekretaris tim.

 

Justru, karena keseriusan Irwan Prayitno membina dan memajukan olahraga, membuat hati Syaiful tergugah dan menerima tawaran Sengaja Budi Syukur (Ketua Tim Relawan IP-NA, red) untuk menjadi sekretaris Tim Relawan IP-NA. Di mata Syaiful, Irwan Prayitno merupakan pemimpin muda yang enerjik dan serius dalam mengembangkan olahraga di daerah ini. Di samping, Irwan Prayitno sendiri juga orang olahraga.
Apatah lagi, program Irwan Prayitno untuk kemasyarakatan sangat jelas dan tidak muluk-muluk, baik dari sisi ekonomi, kebudayaan, maupun agama. Program yang dapat dicerna masyarakat lapisan bawah. Program nyata, bukan retorika menjelang pilkada. Demikian penegasan Syaiful tentang sosok Irwan Prayitno.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 14 September 2015

 

Dijatah Kelas Bisnis, Malah Pilih Kelas Ekonomi

Dijatah Kelas Bisnis, Malah Pilih Kelas Ekonomi
PEMIMPIN di negeri ini berlomba-lomba untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan negara kepadanya. Biasanya, mereka mengambil fasilitas maksimal yang disediakan, pertanda mereka adalah seorang pejabat yang harus dihormati dengan segala kebesaran yang dimiliki. Salah satu fasilitas itu adalah terbang dengan pesawat dalam rangka melaksanakan perjalanan dinas ke daerah lain, terutama Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan daerah kunjungan lainnya.

Sesuai standarnya, mereka diberikan fasilitas kelas bisnis setiap menaiki pesawat. Namun, tidak menutup kemungkinan mereka duduk pada bangku kelas ekonomi, karena itu diperbolehkan, tidak pula dilarang. Tapi jarang pejabat yang disediakan bangku kelas bisnis mau pindah ke kelas ekonomi dalam rangka penghematan uang negara. Irwan Prayitno memberikan contoh yang baik tentang ini. Sejak menjadi anggota DPR RI sampai menjabat Gubernur Sumatera Barat, ia selalu membiasakan diri duduk pada bangku kelas ekonomi, tidak seperti kebanyakan pejabat lainnya yang membiasakan diri duduk di bangku bisnis.

Dalam melakukan perjalanan ke luar provinsi, ia tak pernah memilih maskapai penerbangan. Apapun jenis pesawat dan maskapai penerbangannya, asalkan jadwalnya cocok dan bisa menghemat waktu, baginya tak masalah. Dan ia selalu memilih dan merasa nyaman duduk di kelas ekonomi.

“Perilaku pejabat publik serta pegawai negeri sipil (PNS) jangan sampai menerapkan pola hidup mewah, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat. Apalagi, pejabat berhadapan langsung dengan masyarakat harus peka terhadap kondisi kehidupan ekonomi masyarakat.” (KH Baijuri, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Kabupaten Lebak, Banten).

Menurut KH. Baijuri, sebagaimana dikutip Republika Online tanggal 7 Januari 2012, ajaran Islam menganjurkan pola hidup sederhana dan tidak memamerkan kekayaannya kepada publik yang bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Gaya hidup mewah yang dianut kalangan pejabat publik, karena ada dua hal, yakni pertama semakin kuatnya budaya materialistis yang mengumbar nafsu konsumtif dan kedua hedonisme atau pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Sebagaimana umum diketahui publik Sumatera Barat, Irwan Prayitno merupakan tipe pemimpin yang ketat dalam melaksanakan ajaran agamanya. Kader PKS dan orang-orang yang dekat dengannya mengetahui persis tentang ini. Salah satunya pola hidup sederhana dan tidak bermewah-mewahan, termasuk dalam memilih bangku ekonomis ketika menaiki pesawat walau ia dijatah kelas bisnis.

Baginda Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan, “Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana.” (HR. Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah)

Jika seminggu sekali saja Irwan Prayitno menggunakan fasilitas negera, yaitu naik pesawat dan ia lebih memilih bangku ekonomis, maka PP berarti dua kali naik pesawat. Dalam sebulan berarti delapan kali PP, setahun 96 kali, dan lima tahun 480 kali. Tentu saja harga tiket kelas bisnis dan ekonomi jauh bedanya, harga tiket kelas bisnis dua kali lipat harga kelas ekonomi. Jika harga tiket Garuda Padang – Jakarta Rp2,5 juta untuk kelas bisnis, maka untuk kelas ekonomi separohnya dari itu, bahkan bisa lebih murah lagi. Anda bayangkan, berapa hematnya penggunaan uang negara yang dilakukan Irwan Prayitno hanya melalui selisih harga tiket saja.

Ada kejadian menarik ketika beberapa orang ingin bertemu Irwan Prayitno. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Suwirman Gucci, temannya Irwan Prayitno. Dulu pernah tiga orang tamu berkunjung ke rumah dinas gubernur. Waktu itu Suwirman Gucci lagi bertadang pula kepada sahabatnya itu. Irwan Prayitno, ngobrol dan bercerita tentang berbagai hal. Setelah cukup lama bercerita, kebetulan Irwan Prayitno ada keperluan masuk ke dalam rumah. Saat Irwan Prayitno berada di dalam, setengah berbisik tamu tadi bertanya kepada Suwirman, “Sudah hampir satu jam kami menunggu, kok Pak Gubernur belum juga keluar,” tanyanya sang tamu
.
“Lho, yang barusan bercerita dengan kita tadi kan Pak Gubernur,” ujar Suwirman. Tamu tadi terkejut dan baru sadar atas kekeliruannya. Dalam fikirannya, gubernur itu adalah sosok yang sangat berwibawa, penuh atribut dan bahkan cenderung menakutkan. Yang ia temui ternyata adalah Irwan yang bersahaja , santai, dan penuh keakraban. “Maaf Pak, maaf Pak,” ujarnya berkali-kali dan segera minta permisi pulang karena malu.

Pola hidup sederhana ini, tentu tidak semua pejabat bisa melakukannya. Tergantung kebiasaan dan itikad masing-masing. Orang yang sudah terbiasa sedari kecil, tidak akan canggung melakukan pola hidup sederhana seperti ini. Contohnya Presiden Jokowi, kemana-mana pergi, minuman wajibannya adalah temulawak, bukan minuman berkelas dan bermerek, tapi minuman orang kampung untuk kesehatan yang biasa diminum petani pada malam hari sebelum tidur.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Bentengsumbar.com, 14 September 2015

Irwan Prayitno Ustadz Politisi?

Irwan Prayitno Ustadz Politisi?

KATA “ustadz” sebenarnya bukan berasal dari bahasa Arab. Ia adalah kata ‘ajami (non-Arab) persisnya bahasa Parsi/Farisi/Persia (sekarang wilayah negara Iran) yang kemudian dijadikan serapan ke dalam bahasa Arab (muarrob). Asal kata dari ustadz (ﺃﺳﺘﺎﺫ) adalah ustad. Dalam kamus Al-Mu’jamul Wasith (ﺍﻟﻤﻌﺠﻢ ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ), kata ustadz memiliki beberapa makna : 1. Guru/Pengajar, 2. Orang yang ahli dalam suatu bidang industri dan mengajarkan pada yang lain, dan 3. Gelar akademis level tinggi di universitas.  Konon, orang Islam pertama yang mendapat gelar ustadz adalah Kafur Al Ikhsyidi Al Isfirayini. Di negara Arab sendiri, istilah ustadz merujuk pada dosen/ahli/akademisi/imuwan yang memiliki keahlian di bidang tertentu.

Kata “politisi” berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites – warga negara) dan πόλις (polis – negara kota). Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik itu erat kaitannya dengan politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Sebagai agama yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur persoalan ibadah, seperti sholat, haji, qurban, zakat, shadaqah, waqaf, puasa, munakahat (hukum perkawinan), tetapi Islam juga mengatur tentang politik. Dalam kajian keislaman, dikenal istilah fiqh siyasah, yaitu materi yang membahas mengenai ketatanegaraan Islam (Politik Islam). Secara bahasa Fiqh adalah mengetahui hukum-hukum Islam yang bersifat amali melalui dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan siyasah adalah pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan.

Secara terminologis dalam lisan Al-Arab, siyasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan di dalam Al-Munjid disebutkan, siyasah adalah membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan. Dan siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik dalam negeri dan politik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur kehidupan atas dasar keadilan dan istiqomah.

 

“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS. An Nur: 90). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kamu sedang kamu mengetahuinya.” (QS. Al Anfal: 27)
Kembali kepada pokok pembahasan, Irwan Prayitno Ustadz Politisi. Belakangan ungkapan tersebut muncul di tengah-tengah hiruk pikuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat 2015 ini. Beberapa kalangan yang tidak ingin Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat kembali untuk periode kedua, memberikan stigma, “Irwan Prayitno Ustadz Politisi.” Stigma ini diberikan tentu dengan tujuan negatif, yaitu penggambaran yang jelek, karena politisi sendiri sudah terlanjur dipandang jelek oleh umat.

Mereka menuding kepiawaian Irwan Prayitno dalam berdakwah dimanfaatkan untuk kepentingan politiknya, tidak lagi murni untuk memberikan siraman rohani kepada umat. Seakan mereka ingin mengatakan, umat Islam telah teracuni oleh dakwah-dakwah Irwan Prayitno yang mengundang simpati. Makanya Irwan Prayitno diberi label ustadz politisi, agar umat menjauhinya. Agar umat tidak lagi memilihnya sebagai gubernur untuk lima tahun mendatang. Padahal, isi ceramah Irwan Prayitno lebih banyak berkutat pada syahadatain, fiqh, pentingnya iktikaf, dan jarang memberikan ceramah yang berbau politik kekinian. Dan Irwan Prayitno pun hobi berdakwah sudah sejak muda, jauh hari sebelum terjun ke dunia politik.

Merujuk pada makna kata ustadz tadi, tidak salah memang kalau Irwan Prayitno dipanggil ustadz, karena dia memang seorang guru. Semasa kuliah dia telah menjadi guru pada bimbingan belajar (Bimbel), dan saat ini pun dia tercatat sebagai Guru Besar Bidang HRD di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jadi tidak salah orang memanggilnya ustadz dalam pengertian ini. Sebagai orang yang gemar berdakwah pun, Irwan Prayitno juga pantas dan layak dipanggil ustadz.

Jika dikatakan Irwan Prayitno adalah seorang politisi, memang benar dia adalah politisi Partai Keadilan yang saat ini menjelma menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Karirnya di dunia politik terbilang cemerlang, sebab tiga kali periode menjadi anggota DPR RI, sebelum dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat pada 15 Agustus 2010. Bahkan, sempat dipercaya menjadi Ketua Komisi.

Sebagai seorang politisi Islam, tentu Irwan Prayitno sadar akan tugasnya sebagai  pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membela kepentingan umat secara keseluruhan. Baik ketika berada di legislatif maupun ketika berada di pemerintahan. Dan orang yang mengamati perjalanan karir politiknya tentu paham akan hal ini.

Sejarah mencatat, memasuki tahun 2003, pemerintah mengumumkan kenaikkan TDL, tarif telepon, dan BBM secara serentak. Fraksi Reformasi menyatakan desakan pembatalan tiga agenda ini. Irwan Prayitno bahkan mengancam akan keluar dari DPR bersama enam orang anggota Partai Keadilan lainnya jika kenaikan tarif serentak tetap diberlakukan. Mengingat masyarakat tidak mampu menanggung beban akibat krisis, maka alternatif pembatalan adalah yang paling tepat. Ini salah satu bukti, sesuai pengertian politik atau siyasah itu, bahwa Irwan Prayitno membela kepentingan rakyat atau berusaha mewujudkan kemaslahatan umat.

Semasa menjabat Gubernur Sumatera Barat pun, Irwan Prayitno menunjukan itikad baiknya sebagai seorang pemimpin. Memimpin Sumatera Barat pascagempa bukan suatu hal yang mudah. Negeri yang hancur, tak hanya infrastruktur jalan, jembatan, dan kantor-kantor pemerintahan yang luluh lantak dan rusak berat, tetapi lebih dari 200 ribu rumah masyarakat yang rusak terkena gempa. Tetapi dengan dana gelondongan Rp2,4 triliun dari BNPB di tangannya, bukannya pembangunan kantor yang dia utamakan, tetapi rumah-rumah masyarakat, jalan, jembatan, rumah sakit, pasar, sarana ibadah dan fasilitas publik lainnya yang dia bangun terlebih dahulu. Baru pada September 2014, dia melakukan retrofit atau penguatan dan pembangunan kembali kantor Gubernur Sumatera Barat yang dikenal dengan sebutan Rumah Bagonjong. Ini menandakan, Irwan Prayitno sebagai pemimpin yang mengutamakan kemaslahatan umat.

Gedung escape building selesai pada tahun 2012 dan diresmikan pemakaiannya pada tahun 2013, namun Irwan Prayitno tetap berkantor di Istana Gubernur, dan tidak pindah ke gedung escape building nan mewah itu. Lagi-lagi Irwan Prayitno menunjukan jiwa kepemimpinannya, dia menginstruksikan beberapa biro yang berkantor di aula untuk pindah ke ruangannya di gedung escape building. Irwan Prayitno tidak tega melihat anak buahnya bekerja di aula yang tak layak, sementara dirinya berkantor di kantor mewah yang serba lengkap fasilitasnya.

Akal sehat mengatakan, Irwan Prayitno melakukan semua ini bukan karena pencitraan, tetapi murni karena panggilan jiwa sebagai politisi yang memahami ajaran agamanya secara komprehensif, dimana kemaslahatan umat dan anak buah harus didahulukan ketimbang untuk kepentingan diri sendiri. Dan semuanya terserah Anda, apakah Anda akan termakan issu tak sedap yang sengaja dihembuskan saat pilgub digelar, atau Anda cerdas dalam melihat persoalan.

 

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api Neraka.” (QS.Hud: 113). Dan pesan Rasulullah saw, “Sesungguhnya sejahat-jahat pemimpin adalah pemimpin yang zalim. Maka janganlah kamu termasuk daripada golongan mereka.” (HR. Muttafaq’alaih)
Kita patut bertanya bagi orang-orang yang mencoba memisahkan Islam dengan politik, apa tujuan mereka? Sebab, Islam dan politik atau siyasah tidak bisa dipisahkan. Perkara pertama yang dibahas sepeninggal Rasulullah saw adalah perkara politik di Saqifah Bani Sa’adah. Dan mazhab-mazhab yang dianut umat Islam sekarang, apakah itu mazhab yang berafiliasi kepada Sunni maupun Syiah, pada dasarnya adalah mazhab politik. Dan salah satu agenda terbesar Barat saat ini adalah memecah belah umat Islam dan menjadikan Islam agama yang tidak berbicara politik. Padahal, jika kita membaca kitab-kitab fiqh dari mazhab mana pun, akan kita temui para ulama membahas pilitik secara panjang lebar. Dan dalam buku-buku fiqh standar yang dikarang ulama Indonesia pun, bab politik itu ditarok pada bagian akhir dengan judul Bab Imamah atau Imarah. Berarti, politik adalah bagian dari ajaran Islam.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/ Alumnus Jinayah Siyasah IAIN Imam Bonjol Padang

Menangis Ketika Bicara tentang Amanah

Menangis Ketika Bicara tentang Amanah

SECARA bahasa amanah bermakna al-wafa (memenuhi /menyampaikan) dan wadiah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Segala sesuatu yang ada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT. Agama adalah amanat Allah, bumi dan segala isinya adalah amanat Allah, keluarga dan anak-anak adalah amanat Allah, bahkan jiwa dan raga manusia bersama potensi yang melekat pada dirinya adalah amanat Allah SWT. Semua harus dipelihara dan dikembangkan.

Salah satu indikator keimanan seseorang adalah kemampuannya dalam mengemban amanah yang diberikan. Sebab, amanah berarti kepercayaan atau bisa dipercaya. Amanah berasal dari akar kata yang sama dengan iman. Jadi, amanah itu implikasi dari iman. Amanah, dari satu sisi dapat diartikan dengan tugas, dan dari sisi lain diartikan kredibilitas dalam menunaikan tugas. Sehingga amanah sering dihubungkan dengan kekuatan. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah khianat dan melalaikan amanah-amanahnya.

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal 27).
Namun, tidak semua orang yang mampu menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Misalnya, amanah jabatan. Dalam ajaran Islam, jabatan itu adalah amanah. Makanya, Islam melarang umatnya untuk meminta-minta jabatan, apatah lagi jika tujuannya adalah untuk mendapatkan berbagai fasilitas dari jabatan yang akan disandangnya. Bahkan, ajaran Islam dengan tegas mengatakan, orang yang melalaikan amanah akan berujung ke dalam api neraka. Dan didunia mungkin saja akan berujung ke kandang Situmbin karena menyia-nyiakan amanah yang diberikan dengan melakukan tindak pidana korupsi.

Banyak orang yang lurus, ketika amanah itu dipercayakan kepadanya, dia malah menangis menerimanya, bukan malah bergembira. Sebab, dia sadar, tanggungjawab mengemban amanah adalah berat. Jika salah-salah, dia bisa menyebabkan kehancuran dan kegagalan. Dan dia sendiri sebagai pengemban amanah diancam azab dari Allah swt.

Penulis masih ingat, pada Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) 2010, saat itu Irwan Prayitno tidak lagi disebut-sebut akan mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Barat setelah gagal pada Pilkadagub 2005. Namun menjelang detik-detik terakhir, ternyata PKS, partai tempat dia meniti karir politik, mencalonkan dia sebagai Gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan Muslim Kasim. Sontak publik Sumatera Barat terkejut dan peta politik pun berubah dratis.

Setelah resmi dicalonkan partainya waktu itu, Irwan Prayitno pun terpaksa mengemban amanah itu. Dia ditugaskan partai, maka mau tidak mau, dia harus menerima penugasan itu, walau dianggap sangat mendadak dan jauh dari kesiapan. Sosialisasi ke daerah-daerah pun dilakukan. Baliho dipasang, bahkan dia sendiri langsung terjun memasang baliho di jalanan umum daerah ini.

Pada suatu kesempatan, Irwan Prayitno diundang ke Pesantren Darul Jannah Payakumbuh. Pertemuan itu dihadiri oleh semua guru-guru, pengurus, dan tokoh masyarakat. Irwan Prayitno didaulat memberikan kata sambutan. Dia memberikan kata sambutan, tanpa dibumbui kampanye sedikit pun. Usai memberikan kata sambutan, Irwan Prayitno ditanya salah seorang tokoh masyarakat, yaitu Tamrin Manan, tokoh Dewan Dakwah. Apa sebab Irwan Prayitno mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Barat? Padahal sebelumnya namanya tak disebut-sebut akan maju.

Irwan Prayitno pun menjelaskan, dirinya maju karena ditugaskan partai. Dia diberi amanah oleh partai untuk maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat. Dia sendiri tidak pernah minta kepada partai untuk dicalonkan kembali, tetapi partai rupanya melihat dirinya lah yang mampu mengemban amanah itu.

 

“Sebetulnya, amanah ini berat. Apalagi untuk menjadi gubernur. Saya ini belum tentu mampu menjalani amanah. Pada masa Rasulullah saw., para sahabat tidak mau berebut amanah jabatan. Bahkan jika berebut, itu merupakan pertanda kelemahan. Pernah salah seorang sahabat meminta amanah jabatan kepada Rasulullah saw, tetapi tidak diberi oleh Rasulullah saw. Dari Abu Dzar berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)? Abu Dzar berkata: Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda: Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar. (HR Muslim). Amanah itu jika tidak diberikan kepada ahlinya akan menimbulkan kehancuran. Puncaknya, jika salah dalam menjalankan amanah, bisa masuk neraka.”
Usai membacakan hadis itu, Irwan Prayitno terdiam. Bibirnya tak mampu berkata-kata lagi. Dari raut wajahnya, hadirin tahu dia sedang menahan tangis, namun dia berusaha menyembunyikannya. Hadirin pun terdiam. Baru beberapa saat kemudian, Irwan Prayitno mulai berkata-kata kembali dengan terbata-bata. Irwan Prayitno tentu memahami makna hadits itu secara mendalam, sehingga di benaknya terbayang, betapa susahnya menjaga amanah itu.

Kepemimpinan dalam pandangan Al Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.

 

“Tak ada iman bagi yang tak amanah,” demikian sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadis yang riwayatkan Imam Ahmad dalan sunannya. Ini berarti, kalau ada iman, maka ada amanah. Makin kuat iman semakin kuat pula sifat amanah pada seseorang. Amanah juga memiliki implikasi sosial. Wujudnya berupa rasa aman dan kedamaian pada masyarakat. Kata al amn yang diindonesiakan menjadi rasa aman dan damai berasal dari akar kata yang sama dengan amanah.
Ini juga mengandung makna bila pemimpin amanah, bisa dipercaya, lantaran dapat melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab, maka kehidupan masyarakat akan aman dan damai. Semakin pemimpin amanah, semakin rakyat aman dan sejahtera. Dalam bahasa modern, amanah itu disebut trust (kepercayaan) atau trustworthiness (layak dan bisa dipercaya).

Pemimpin amanah harus memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan atau kompetensi. Ini diukur antara lain, melalui kepandaian dan ilmu, keterampilan mengelola dan memimpin. Manusia secara umum sulit atau tidak bisa memberi kepercayaan kepada orang yang bodoh atau tidak kompeten.

Selain itu, pemimpin yang amanah harus memiliki integritas, yakni kualitas moral dan keluhuran budi pekerti. Integritas menunjuk pada satunya kata dan laku perbuatan. Dalam intergirtas itu terdapat karakter. Dalam integritas, juga terdapat kejujuran, yang berarti berkata benar atau mengatakan apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dikatakan. Integritas sangat  penting karena masyarakat tidak mungkin bisa mempercayai orang yang tidak memiliki integritas tinggi. Apalagi orang yang sudah nyata-nyata cacat secara moral, karena korupsi, menyuap, dan berbagai tindak kejahatan lainnya.

Berikutnya, pemimpin yang amanah harus mampu melihatkan bukti dan hasil. Pada akhirnya, pemimpin disebut amanah saat sanggup membuktikan kepada rakyat dan dunia, kepemimpinan yang diembannya membawa perubahan bagi kemajuan bangsa dan peradaban.

Sudah menjadi tugas pemimpin untuk mengingatkan anak buahnya agar melaksanakan amanah jabatan yang diberikan dengan sebaik-baiknya. Sebab, jika anak buahnya lalai dalam menunaikan amanah tugas yang diberikan, maka tentu akan berujung kepada kehancuran dan kegagalannya sebagai seorang pemimpin. Makanya, seorang pemimpin yang cerdik, tidak akan mau memberikan amanah jabatan kepada anak buah yang meminta jabatan itu, karena itu menunjukan kelemahannya. Ini berkaca kepada hadits tentang Abu Dzar di atas.

Satu lagi cerita menarik tentang Irwan Prayitno. Cerita ini masih seputar amanah jabatan. Pada 17 Januari 2011, Ia melantik Suprapto menggantikan Dodi Ruswandi sebagai Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar yang baru di Aula Kantor Gubernur Sumbar. Sementara Dodi Ruswandi sendiri telah menempati posnya yang baru sebagai Direktur Logistik BNPB di Jakarta. Usai melantik Suprapto, Irwan Prayitno memberikan kata sambutan.

 

“Bapak-bapak jangan senang dengan pelantikan ini. Karena yang sekarang bapak-bapak sandang adalah amanah. Kalau tidak mampu menjalankan amanah, pekerjaan kita bisa hancur dan kita bisa gagal. Saya pada malam hari, ketika melaksanakan sholat tahajud, jika mengingat amanah yang sada jalani, saya pun menangis. Kalaulah boleh saya menolak, maka saya tidak akan menerima amanah ini.”
Sampai pada kalimat itu, Irwan Prayitno pun terdiam. Baru beberapa menit kemudian dia terbata-bata melanjutkan kata sambutannya.

 

“Untuk itu, jalankanlah amanah dengan sebaik-baiknya. Amanah ini berat. Oleh karena itu jangan berhenti bekerja, harus 7 x 24 jam bekerja. Amanah ini melekat pada diri kita. Saya perintahkan eselon II, 7 x 24 jam telepon selularnya tidak boleh mati. Rapat itu bisa kapan saja, bisa pagi, bisa siang, bisa malam. Dan saya sudah mewakafkan diri saya untuk masyarakat dan inilah amanat dari partai saya.”
Semua hadirin yang hadir waktu itu, termasuk wartawan yang meliput pun terharu mendengar kata sambutan Irwan Prayitno ini. Namun, beberapa media sempat membikin heboh publik Sumatera Barat dengan berita pelantikan tersebut. Mereka tulis Irwan Prayitno menyesal menjadi gubernur dan cukup sekali saja menjadi gubernur. Padahal, kalimat, “Kalaulah boleh saya menolak, maka saya tidak akan menerima amanah ini,” adalah semacam tahqiq atau penguatan dalam bahasa Arab terhadap apa yang dimaksud tadi, yaitu amanah. Bahwa amanah itu teramat berat untuk dipikul, untuk itu pengemban amanah harus hati-hati dalam mengemban dan menjalankan amanah itu.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 16 September 2015

 

Memohon Pertolongan Allah Dengan Sabar dan Sholat

Memohon Pertolongan Allah Dengan Sabar dan Sholat

SECARA etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Sabar dalam bahasa berarti mengurung dan meletakkan jiwa dalam keterbatasan dan kesempitan. Begitu pula sabar memiliki arti menahan diri dari menunjukkan kepanikan dan ketidaktenangan. Sabar diri untuk melakukan amal perbuatan yang dituntut oleh akal dan syariat dan mencegah diri dari melakukan amal perbuatan yang dilarang akal serta syariat.

Sabar adalah kekuatan motivasi religius di hadapan dorongan-dorongan nafsu setani. Dengan kata lain, sabar adalah suatu daya yang membuat manusia tetap teguh dalam menjalankan tugas-tugas agamanya meskipun hawa nafsu dan godaan setan terus mendorong serta menyelewengkannya. Diri manusia dalam keadan tersebut bagaikan medan tempur antara pasukan akal dan kebodohan.

 

Sabar dalam menghadapi masalah, musibah dan seterusnya adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena itu dalam Al Quran disebutkan bahwa orang-orang yang sabar adalah kecintaan Tuhan. Allah swt berfirman, “Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146). “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,…” (QS. Ali Imran: 200).
Dengan memperhatikan beberapa makna di atas, jelas bahwa sabar adalah suatu sifat bagi jiwa yang dapat mencegah, yang mana di satu sisi kesabaran mengurung nafsu dan dorongan setan lalu mengarahkan manusia untuk berjalan di jalan yang benar, dan juga mencegah diri manusia agar tak lari dari tanggung jawab terhadap akal dan agamanya lalu mendorongnya untuk mengerjakan amal perbuatan yang diwajibkan Ilahi meski seperti apapun susahnya. Jika kekuatan tersebut dimiliki oleh seseorang dan dengan mudah digunakan olehnya, orang tersebut dikatakan sebagai orang yang penyabar.

Seorang pemimpin harus memiliki sifat sabar dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang diembannya. Setiap hari, bahkan dalam hitungan detik, berbagai persoalan dihadapinya. Mulai dari persoalan yang kecil sampai kepada persoalan yang besar. Mulai dari pujian atas keberhasilannya dalam menyelesaikan persoalan rakyat, sampai kepada caci maki atas kegagalannya dalam mengatasi suatu persoalan. Baik terhadap pujian maupun caci maki, dirinya harus bersabar.

 

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dari empat Khulafaur Rasyidin pernah ditanya tentang makna sabar. Beliau menjawab, “Sabar itu ada dua; sabar atas apa yang kau cintai (yang kau dapatkan), dan sabar pada sesuatu (orang) yang kau benci/tidak sukai.” Pada kesempatan lain, Imam Ali juga ditanya, apakah kehinaan yang besar di dunia ini? Beliau menjawab, “Seseorang yang selalu mencari kesalahan orang lain, sedangkan dirinya penuh dosa dan kesalahan.”
Sabar terhadap apa yang didapat bermakna luas, salah satunya pujian atas keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin, jika dianggap berhasil oleh rakyatnya dalam melaksanakan program yang dia canangkan, maka tentu saja akan menuai pujian. Tetapi pujian itu sejatinya adalah ujian. Apabila tidak sabar dalam menghadapi pujian itu, maka bisa tergelincir kepada sikap ria, sombong, dan sifat-sifat tercela lainnya.

Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin seringkali mengancam dan memarahi anak buahnya pada berbagai kesalahan tidak prinsip yang dilakukan oleh anak buah di organisasi tersebut, sehingga menimbulkan iklim kerja yang mencekam dan kemudian mematikan keberanian anak buah untuk melakukan inovasi-inovasi dalam berbagai kegiatan di organisasi tersebut. Tentu saja, pemimpin yang pemarah, dan suka bersikap kasar kepada anak buah akan menyebabkan trauma kepada anak buahnya. Anak buahnya selalu dituntut berkata: “siap dan siap.” Sehingga yang terjadi adalah anak buah akan selalu berusaha memberikan laporan yang menyenangkan ‘induk samangnya’ walau pada kenyataannya pekerjaan yang dia lakukan tidak beres. Anak buah akan dijadikan kucing penangkap tikus, dan bagi pemimpin seperti ini, biar kucing kurap sekali pun, kalau bisa menangkap tikus dengan banyak, baginya itu sudah cukup.

Ada cerita menarik dari sosok Irwan Prayitno, mantan Gubernur Sumatera Barat. Cerita ini penulis dapat dari beberapa orang mantan anak buahnya. Selama menjadi Gubernur Sumatera Barat dalam jangka waktu lima tahun, 15 Agustus 2010 – 15 Agustus 2015, Irwan Prayitno tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor kepada bawahannya. Perkataan yang selalu meluncur dari bibirnya hanyalah kata-kata nasehat agar anak buahnya sadar akan pentingnya menjalankan amanah jabatan yang dia pikul. Sebab, jika salah dalam menjalankan amanah, alamat kegagalan dan kehancuran yang timbul, dan diancam neraka oleh Allah swt.

 

Tak jarang, Irwan Prayitno terbawa perasaan ketika bercerita tentang amanah jabatan kepada bawahannya. Setidaknya itu terekam dalam beberapa kali pelantikan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dan peristiwa yang paling menghebohkan adalah ketika pelantikan Suprapto sebagai Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar menggantikan Dodi Ruswandi pada tanggal 17 Januari 2011. Pada kesempatan itu, Irwan Prayitno sempat terhenti memberikan kata sambutan. Lama dia terdiam, baru kemudian dia melanjutkan kata sambutannya dengan terbata-bata.
Ia selalu menekankan agar pejabat yang baru dilantik tidak bersenang hati dan bersuka ria, sebab amanah jabatan itu teramat berat. Bahkan dia memberikan penekanan pada ucapannya, “Kalaulah boleh saya menolak, maka saya tidak akan menerima amanah ini.” Penekanan pada perkataannya ini yang kemudian disalahtafsirkan beberapa kalangan dengan menuding Irwan Prayitno menyesal menjadi gubernur dan Irwan Prayitno cukup sekali saja menjadi gubernur.

Rata-rata pejabat Pemprov Sumatera Barat yang pernah berdiskusi dengan penulis mengatakan, Irwan Prayitno tipikal pemimpin penyabar. Dia lebih memilih diam ketika isu-isu miring dialamatkan kepadanya. Sesekali dia berusaha meluruskan isu itu dalam beberapa kesempatan, dan tidak pernah sekalipun keluar dari mulutnya kata-kata serangan kepada orang yang melontarkan isu tersebut.

Paling banter, jika isu miring itu berlarut-larut, maka Irwan Prayitno mengambil air wudhu, melaksanakan sholat malam, dan berzikir kepada Allah swt, memohon petunjuk kehadirat Ilahi. Dan sering kali, isu miring yang dilontarkan kepadanya bak senjata memakan tuan, melukai si pelempar isu itu sendiri. Bagi Irwan, jika jalan keluar tidak ada lagi, pasrah kepada Ilahi adalah jalan satu-satunya.

 

“Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat,..” (Al-Baqarah: 153). Imam Ali pernah ditanya, apa hakikat mengabdi (berbakti)? Beliau menjawab, “Setiap kali engkau melaksanakan bakti maka kesukaran akan datang.  Sebab di balik kesulitanlah terletak pengabdian.” Ia pun pernah ditanya, dengan apa tujuan tercapai? Ia menjawab, “Tujuan tercapai dengan ketenangan hati, ketekunan dan kerja keras.” Oleh karena itu, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur.”
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 16 September 2015

 

Pemimpin Itu Harus Tokoh, Takah, dan Takih

Pemimpin Itu Harus Tokoh, Takah, dan Takih

TAK bisa dipungkiri, masih saja ada Anak Nagari Pauh IX yang merasa kecewa dengan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa selama menjadi Gubernur Sumatera Barat. Kekecewaan itu tentu dengan berbagai alasan, salah satunya adalah perhatian Irwan Prayitno kepada nagari dirasa kurang oleh mereka. Ditambah alasan pribadi yang mereka rasakan selama ini.

Sebagai seorang pemimpin, tentu saja Irwan Prayitno memiliki kelebihan dan kekurangan, tak hanya di mata Anak Nagari Pauh IX, tetapi di mata publik Sumatera Barat secara keseluruhan. Irwan Prayitno bukan tidak memperhatikan pembangunan di kampung halamannya. Kalau di data satu persatu, cukup banyak pembangunan yang diarahkan ke Nagari Pauh IX. Di antaranya menggelontorkan dana APBD Provinsi Sumatera Barat untuk pembangunan kantor Balai Adat Pauh IX, pelebaran jalan Alai-Bypass, pelebaran jalan Bypass Padang, normalisasi Batang Belimbing, pembangunan jembatan Simpang Koto Tingga ke Simpang Kuranji dan lain sebagainya.

 

Namun perlu disadari, Irwan Prayitno bukanlah Gubernur Pauh IX, tetapi dia merupakan milik masyarakat Sumatera Barat. Tak hanya Kuranji atau Pauh IX yang diurusnya, tetapi jauh lebih besar adalah pembangunan Ranah Minang secara menyeluruh. Kekecewaan-kekecewaan yang dialamatkan kepadanya tentu akan menjadi bias, jika dikaitkan dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Misalnya, selama Irwan Prayitno menjadi gubernur, tidak ada satupun orang kampungnya yang dia angkat menjadi pejabat eselon II. Tetapi perlu juga diingat, selama menjabat Irwan Prayitno juga tidak pernah memberhentikan orang kampungnya sebagai eselon II yang telah diangkat gubernur sebelumnya.
Apatah lagi, Irwan Prayitno lebih mengutamakan profesionalitas dan kinerja dalam mengangkat pejabat, bukan faktor sekampung. Selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno boleh dikata tidak mengganti pejabat eselon II yang sudah diangkat gubernur sebelumnya. Dia hanya menonjobkan pejabat eselon II sebanyak dua kali. Alasannya murni kesalahan yang bersangkutan.

Irwan Prayitno tidak memiliki kesukaan mengangkat seseorang atau memberhentikan seseorang karena alasan tidak suka kepadanya. Apatah lagi dia memiliki latar belakang keilmuan yang berhubungan dengan human resource. Buktinya, pejabat yang ada di kantor gubernur sekarang adalah orang-orang yang dulu diserahterimakan dari Gubernur Marlis Rahman kepadanya lima tahun silam, dan tidak ada yang dia bawa dari luar. Mencermati rekam jejak Irwan Prayitno selama lima tahun menjadi Gubernur Sumatera Barat, jelas sekali dia melakukan pergantian pejabat karena faktor kinerja, profesionalisme dan pensiun.

 

Pertanyaanya, jika Gubernur Sumatera Barat berikutnya bukan Irwan Prayitno, apakah akan ada Anak Nagari Pauh IX yang akan diangkat menjadi pejabat eselon II? “Mancalik contoh ka nan sudah, mancaliak tuah ka nan manang,” jangan tuan terayu angin surga yang dihembuskan dalam proses Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumbar 2015 ini. Menjelang dapat, iya dia merayu dengan jurus maut rayuan pulau kelapa, setelah itu, kenal pun tidak dia dengan tuan. Sedangkan Irwan Prayitno adalah buah dari kebun tuan sendiri, bukan kebun orang lain. Tuan rusuk-rusuk lah kembali, apakah padi di sawah tuan begitu “ampo” sehingga tuan membeli padi dari sawah ladang orang. Di manakah letak muka tuan nantinya jika ditanya oleh anak kemenakan tuan, apa sebab tuan membeli padi dari luar, sedangkan padi di sawah sendiri lebih boneh.
Pada suatu kesempatan, penulis pernah berdiskusi panjang lebar dengan sesepuh Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V), H. Emzalmi. Panjang lebar kami berdiskusi, mulai dari persoalan pembangunan di nagari sampai merembet kepada persoalan politik Pilkadagub Sumatera Barat 2015. Ketika berbicara Pilkadagub ini, terlihat mimik serius dari wajahnya. Dia berkata, “Kalau di Minangkabau ini ada prinsip, “Sadanciang bak basi, saciok bak ayam.” Kemudian ada juga sebagian daerah, “Rasan aia ka aia, rasan minyak ka minyak.” Ada juga yang mengatakan, “Kalau sadang parang kampung, tinggaan dulu parang suku, kalau sadang parang nagari, tinggaan dulu parang kampung.” Tapi masing-masing daerah berbeda karakter masyarakatnya.

Menurutnya, kalau di Basa Si Ampek Baleh, menurut tambo si Ampek Baleh, maka Pauh (Pauh IX dan Pauh V), Koto Tangah dan Nanggalo tidak bisa dipisahkan. Karena menurut adatnya, “Bapak Pauh, Mande Koto Tangah, Anak Nanggalo.” Tapi ada kunci terakhir satu lagi, “Tiang tabuk, gantiang putuih, itu di Pauh.” Sebagai contoh pada masa dahulunya, jika ada orang pagang gadai, maka hitungannya kulak Pauh. Demikian juga di bidang beladiri, dinamakan Silek Pauh. Kalau pada kesenian ada pula dendang Pauh, tuturnya.

 

“Kalau Bapak Pauh, Mande Koto Tangah, dan Anak Nanggalo, apa saja hitungan yang akan dibuat di Nanggalo, begitu juga di Koto Tangah, maka tiang tabuk, gantiang putuihnya di Pauh. Kalau kita kaji lebih dalam, urang Pauh ini ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. Artinya, jika kita kaji menurut adat, orang pada tiga nagari ini berdunsanak. Kalau dalam pilgub ini ada orang Koto Tangah, ada orang Pauh, baiyo-iyo selah,” terangnya waktu itu.
Tapi, tentu kalau dibawa babilik ketek, tegas Emzalmi lagi, karakter Urang Pauh sejak dulu, iyo memang bagak sakandang. Kalau ada masalah di Pauh atau Kuranji, biasanya sekampung keluar. Walau pun sesama mereka lago pagai pula di dalam. Tapi ketika ada perang, maka sekampung mereka keluar. Apakah karakter bagak sakandang ini berlaku untuk pilgub? Tapi ketika pilkada walikota, ini terbukti. Kalau bukan karena suara Pauh dan Kuranji dulunya, maka wallahua’lam nomor urut 10 (Mahyeldi – Emzalmi, red) ini menang. Sebab, 80 persen lebih, masyarakat Pauh – Kuranji itu memilih pasangan nomor 10. Ini indikator atau salah satu bukti, bahwa pada saat pilwako Padang kemaren, urang Pauh ini masih bagak sakandang.

Dia melanjutkan, bahwa proses pilkada tidak bisa dipisahkan dengan berbagai kepentingan. Apakah itu kepentingan pembangunan? Apakah itu kepentingan bersama? Atau kepentingan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu, di Minangkabau, seorang pemimpin yang patut didukung itu memiliki kriteria tertentu. Di antaranya adalah ketokohan, ketakihan, dan ketakahan. Ketiga syarat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Pertama, ketokohan. Apakah ketokohan calon pemimpin tersebut pada tingkat Sumatera Barat sudah diakui oleh masyarakat banyak? Kemudian, ketokohan pada tingkat Sumatera Barat ini akan lebih sempurna jika juga diakui secara nasional. Atau paling tidak, di tingkat nasional dia sudah pernah berkiprah dan membuktikan prestasinya.

Kedua, takah. Menurut Emzalmi, takah itu peformancenya, intelektualnya, dan pengalamannya. “Baurek ka bawah, bapucuk ka ateh, ditangah indak digirik kumbang.” Ukuran intelektual seseorang, bisa juga diukur dari pendidikannya. Kalau seseorang pendidikannya lebih tinggi, pasti kapasitas intelektualnya lebih tinggi.

 

 

Pengalaman dalam berbagai hal, apakah di bidang politik, birokrasi, di bidang organisasi-organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, akan semakin banyak pengalaman, maka ketakahannya itu semakin diakui. Kenapa? Karena dia begitu berbicara, maka orang bisa menilai dia itu takah. Tampak intelektualitasnya, tampak nilai spritualitasnya, akan kelihatan nilai-nilai emosionalnya dan kematangan emosional. Kematangan emosional itu sangat penting, karena seorang pemimpin itu harus bisa menyelesaikan semua persoalan dengan cara-cara yang elegan dan menyelesaikan masalah dengan tidak menimbulkan masalah.
Tetapi, ketakahan itu tidak performance saja. Ambil contoh di Amerika Serikat, persyaratan seseorang menjadi presiden, disamping intelektualitasnya, postur tubuhnya menentukan juga. Orang kalau lebih tinggi, maka tingkat kesabarannya juga lebih tinggi. Sebab, kalau orang yang emosional, tentu akan berbahaya terhadap organisasi.

Ketiga, takih, yaitu amanah. Pemilih harus yakin bahwa calon yang akan dipilihnya mampu memegang amanah. Apatah lagi, ke semua pasang calon, pernah menjadi kepala daerah. Ini dapat dilihat dari track record sebelumnya. Ukuran amanah itu, tentu berupa keberhasilan kepemimpinan di bidang-bidang tertentu yang bermanfaat untuk orang banyak dan masyarakat. Lantas tidak ada terkait dengan persoalan-persoalan hukum. Atau pun mungkin tidak banyak mengecewakan masyarakat. Ukuran kecewa itu secara kasat mata dapat dilihat dari komentar-komentar masyarakat, walau pun tidak perlu disurvai.

 

“Kalau amanah menurut agama adalah orang yang bisa dipercaya. Apakah bisa dia dipercaya menjalankan tanggungjawab sebagai pimpinan? Apakah dia mendiskriminasi kelompok tertentu? Atau mungkin saja mengutamakan kelompok-kelompok tertentu? Atau hanya mengutamakan kelompok-kelompok keluarga? Atau mungkin juga hanya mengutamakan kolega-kolega dia saja?,” ungkap Emzalmi.
Pemimpin yang amanah itu adalah pemimpin yang adil. Dalam artian pemimpin yang bisa memperlakukan semua orang sama. Tidak ada diskriminasi. Kemudian tentu harus bisa dilihat buktinya. Kalau sebagai kepala daerah, tentu bisa dilihat dari prestasi-prestasi yang diakui secara nasional. Apakah di bidang pembangunan, di bidang sosial kemasyarakatan, atau mungkin juga di bidang politik dan pemerintahan? Tentu banyak hal yang bisa dinilai. Artinya prestasi nasional itu yang secara sistematis telah bisa dijadikan ukuran sebagai kinerja seorang kepala daerah.

Masih menurut Emzalmi, kalau seorang pemimpin yang amanah itu, pasti disukai semua orang. Kalau pemimpin punya bawahan, bawahan pasti menyenanginya. Karena dia pemimpin yang adil. Kalau dia punya hubungan dengan pimpinan yang lebih tinggi, maka pimpinan akan menyeganinya dan menghargai dia. Itu ukurannya sangat relatif, tetapi bisa dilihat secara kasat mata.

Ketiga syarat ini tidak bisa dipisahkan, sebab merupakan satu kesatuan.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 16 September 2015

 

Pemimpin yang Selalu Mengingatkan Soal Akhirat

Pemimpin yang Selalu Mengingatkan Soal Akhirat

SELAMA lima tahun menjadi Gubernur Sumatera Barat, hampir empat tahun lamanya Irwan Prayitno memberikan siraman rohani bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Bagi Irwan Prayitno, sudah menjadi kewajibannya untuk selalu memberikan pemahaman beragama yang benar kepada ASN Pemprov Sumatera Barat. Sebab, ia merupakan pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah swt di akhirat nanti terhadap apa yang dipimpinnya.

Karena itu selain sebagai gubernur, ia juga sering didaulat menjadi dai yang mampu memberikan siraman rohani yang menyejukkan, baik di masjid atau mushalla, di majelis taklim, melalui  TV atau radio. Dalam berbagai kesempatan kunjungan ke daerah beliau sering didaulat menjadi khatib Jumat atau sebagai pembicara pada tabligh akbar. Juga sudah tak terhitung jumlahnya beliau didaulat untuk memberikan nasihat perkawinan. Dan memang dalam Islam, salah satu tugas pemimpin adalah membina akhlak rakyatnya sehingga mereka memahami ajaran agamanya dengan baik.

 

Rasulullah saw bersabda, “Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.” (HR Bukhari – Muslim).
Sebagaimana diungkapkan berkali-kali oleh Irwan Prayitno sendiri, amanah jabatan dan kepemimpinan itu sangat berat. Jika salah-salah dalam menunaikan amanat tersebut, maka tantangannya adalah azab Allah swt dan balambin masuk neraka. Pemimpin yang khianat, jangankan akan masuk surga, mendapat bau surga pun tidak.

Di pundak pemimpin terletak tanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Amanah kepemimpinan dalam Islam tidak hanya menjadi urusan manusia dengan manusia, tetapi pertanggungjawabannya kepada Allah swt. Pemimpin yang amanah menurut Islam adalah pemimpin yang jika diteguhkan kedudukannya, maka mereka akan menegakkan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf, dan mencegah perbuatan mungkar.

 

“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41).
Menyadari beratnya tugas sebagai seorang pemimpin, Irwan Prayitno selalu mengingatkan dirinya sendiri, dan anak buahnya akan pentingnya menjaga amanah kepemimpinan itu. Irwan Prayitno selalu mengulang-ulang kaji soal kehidupan akhirat dalam setiap penyampaian nasehat dan ceramahnya dengan harapan agar pejabat dan ASN di lingkungan Pemprov Sumatera Barat memahami dengan benar konsekuensi amanah yang diembannya, tak hanya dipertanggungjawabkan kepada negara, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan kepada Allah swt kelak di akhirat.

Tak hanya mengingatkan pejabat dan ASN, Irwan Prayitno pun tak henti-hentinya mengingatkan rakyatnya tentang kehidupan akhirat ini. Bahkan, setelah berhenti menjadi gubernur pun, Irwan Prayitno tetap memberikan nasehat tentang akhirat kepada umat, sebagaimana rutin dia lakukan sebelum menjadi gubernur.

Misalnya saja ketika memberikan ceramah tabligh akbar di Masjid Ikhlas Pilakut Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji, Kamis malam (17/9/2015). Di hadapan jamaah dan tokoh masyarakat yang hadir, seperti Ketua Karang Taruna Ikhlas Setia Kecamatan Kuranji, Fadhli, Ia kembali mengingatkan untuk berpegang teguh kepada tali agama Allah swt. Irwan Prayitno pun mengutip surah Ali Imran ayat 103:

 

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Di hadapan jamaah, Irwan Prayitno mengingatkan betapa pentingnya berpegang teguh kepada tali Allah ini, yaitu berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Jika umat mempedomani kedua pusaka Nabi Muhammad saw ini, alamat badan akan selamat hidup di dunia dan diakhirat. Untuk itu, Irwan Prayitno mengajak umat untuk rajin beribadah, berbuat baik kepada sesama manusia, berprasangka baik kepada Allah swt, berbuat baik kepada orang tua, masyarakat dan lingkungannya.

Nasehat Irwan Prayitno tentang kehidupan akhirat ini tentu memiliki makna yang dalam. Sebagai seorang dai dan pemimpin, apa yang dia sampaikan merupakan aplikasi dari perintah Allah swt untuk selalu mengingatkan umat tentang kebaikan.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 18 September 2015

 

Jadwal Padat dan Tak Ingin Riya

Jadwal Padat dan Tak Ingin Riya

 

BEBERAPA waktu lalu, penulis sempat berdiskusi dengan salah seorang tokoh masyarakat. Ia merupakan pengurus mesjid di lingkungannya. Diskusi kami membahas seputar berbagai persoalan, mulai dari basa basi menanyakan kondisi keluarga sampai merembet kepada persoalan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat.

Ia mengutarakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (paslon) dan alasan dia memilih calon itu. Ternyata alasan yang dia gunakan cukup sederhana, ia mendukung paslon tersebut karena mendengar informasi dari timsesnya kalau paslon tersebut lebih merakyat, dermawan alias doyan memberikan sumbangan pada setiap acara atau kegiatan, dan tidak terburu-buru meninggalkan lokasi acara, tetapi menyempatkan diri duduk bersama warga untuk mendengarkan keluhannya. Namun, ia sendiri belum pernah bertemu langsung dengan paslon ini.

Sebaliknya, di mata dia, pasangan Irwan Prayitno-Nasrul Abit (IP-NA), terutama Irwan Prayitno lebih bersikap eksklusif. Ia mendapat informasi, Irwan Prayitno hanya mau menghadiri undangan kegiatan yang berasal dari kader-kader partainya, dan tidak mau menghadiri undangan kegiatan yang diadakan oleh masyarakat kebanyakan. Ia pun mendapat informasi, kalau Irwan Prayitno terbilang pelit dalam memberikan sumbangan dan ketika menghadiri acara suka tergesa-gesa pergi setelah memberikan kata sambutan, tidak meluangkan waktu untuk masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan kepadanya selama menjadi Gubernur Sumatera Barat.

 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).
Lantas, apakah informasi yang diterima orang tersebut salah? Maybe yes, maybe no.

Dalam suatu kesempatan, penulis pernah menanyakan informasi semacam ini kepada Irwan Prayitno, apa benar dia bersikan eksklusif, yaitu hanya mengkhususkan dirinya untuk kader-kader partainya. Dengan senyum dia menjelaskan, tuduhan tersebut tidak benar. Menurutnya, dalam sehari dia rata-rata menghadiri tujuh sampai 10 undangan kegiatan dari masyarakat dan tidak semuanya undangan yang dia hadiri tersebut berasal dari kader partainya.

Sebagai Gubernur Sumatera Barat, kata Irwan Prayitno lagi, dirinya bukan hanya milik kader partai, tetapi seluruh rakyat Sumatera Barat. Bahkan, ia telah mewakafkan dirinya untuk rakyat Sumatera Barat ketika partai mencalonkan dirinya pada Pilkadagub 2010 dan terpilih sebagai Gubernur Sumatera Barat. Seluruh jabatan struktural yang diembankan partai dia tanggalkan.

 

“Saya ini sudah mewakafkan diri saya untuk rakyat Sumatera Barat. Jadi bukan lagi milik partai semata, tetapi milik seluruh masyarakat Sumatera Barat. Isu miring semacam itu sengaja disebarkan dalam suasana Pilkadagub ini, tetapi saya tidak akan membalasnya karena bagi saya biar masyarakat yang menilai. Masyarakat punya hati nurani dan akal sehat menilai isu miring tersebut. Semakin difitnah, dukungan masyarakat semakin mengalir kepada saya,” ujar Irwan Prayitno waktu itu.
Irwan Prayitno mengakui, dalam menghadiri suatu acara, dirinya memang memanfaatkan waktu seefektif mungkin karena sekian banyaknya undangan yang harus dihadiri. Makanya, dalam suatu acara, selesai memberikan kata sambutan dan acara inti, dia pun paling cepat meninggalkan kegiatan. Ini dilakukannya karena dirinya ingin memenuhi seluruh jadwal agendanya dalam satu hari tepat waktu. Dirinya tidak ingin membuat undangan yang hadir resah dan gelisah hanya demi menunggu dirinya seorang.

Namun, selama menjadi Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno sangat jarang datang terlambat menghadiri berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan rapat, menghadiri kegiatan peresmian, berkunjung ke tengah masyarakat maupun undangan dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan karena gerak cepatnya datang dan pergi dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain, dari daerah satu ke daerah lain, membuat banyak SKPD di lingkungan Pemprov Sumbar yang ikut kegiatan dan wartawan yang ingin meliput, kewalahan dan tidak sanggup mengiringi gerak langkahnya.

Karakter Irwan Prayitno memang seperti itu. Ingin serba cepat. Segala sesuatu dilakukan secara serius dan cepat. Jika ada masalah, maka akan diselesaikan dengan cepat saat itu juga, tanpa menunda-nunda. Menurutnya, jika tidak langsung diselesaikan saat itu juga, nanti akan datang lagi kegiatan baru dan seterusnya. Akhirnya menumpuk dan seluruh jadwal berantakan.
Soal sumbangan, Irwan Prayitno mengaku tidak suka memberikan sumbangan secara riya dan pamer. Kalau toh ada bantuannya secara pribadi pada acara tersebut, dirinya lebih suka memberikannya secara diam-diam kepada panitia dan tidak ingin namanya disebutkan atau ditulis dipapan sumbangan. Cukup ditulis hamba Allah saja. Setidaknya, ini juga terungkap ketika Nofrianto Lublin, anak kemenakan suku Jambak Kuranji, menyampaikan undangan lisan kegiatan peletakan batu pertama pembangunan mushalla kaum di Lubuk Lintah. Irwan Prayitno meminta kepadanya agar sumbangan yang dia berikan nantinya tidak dituliskan namanya, tetapi cukup hamba Allah semata.

Penulis yang ikut mendampingi Nofrianto Lublin saat itu merasa terharu. Ternyata, Irwan Prayitno bukanlah tipikal pemimpin yang riya dan suka pamer pemberian bantuan. Dalam suasana Pilkadagub ini, biasanya calon pemimpin memberikan sumbangan karena ada maunya secara politis, sehingga wajib disebutkan namanya dalam pemberian sumbangan. Tetapi Irwan Prayitno tidak demikian, dia tidak suka namanya disebut atau ditulis sebagai pemberi sumbangan. Tujuannya tentu saja agar keikhlasan dan nilai ibadahnya tidak “terbakar api” perbuatan riya.

 

“Sebelum menghukumi seseorang, seharusnya diadakan suatu penelitian yang cermat, tidak hanya dengan modal mendengar berita. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kezaliman dan permusuhan di antara sesama.” (As Syaikh Ali As Shabuni).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 19 September 2015

 

Jangan Berandai-Andai

Jangan Berandai-Andai

DISKUSI yang menarik pagi ini, antara penulis dengan salah seorang tokoh masyarakat yang sudah gaek, tetapi masih sibuk dalam mengurusi persoalan sosial kemasyarakatan di tengah-tengah umat. Mulai dari ngurusin Rukun Tetangga (RT) sampai kepada persoalan politik di negeri ini. Bahkan, dia berkali-kali menjadi pengurus RT, seakan tidak ada lagi yang lain yang sanggup mengurusnya.

Banyak persoalan yang kami diskusikan, termasuk kecenderungan masyarakat dalam menentukan pilihannya dalam pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat. Tokoh gaek ini mengaku sudah melakukan survei kecil-kecilan di tengah-tengah warganya. Katanya, banyak warga yang ingin perubahan dan pembaharuan kepemimpinan di Sumatera Barat.

Dia pun mulai memuji-muji salah satu pasangan calon (paslon), dan mulai ‘sedikit nakal’ memburuk-burukan salah satu paslon. Hal yang terasa bagi dirinya pribadi adalah program salah seorang mantan walikota yang memberikan dana operasional bagi RT/RW. Dan baginya, manfaat dana itu sangat terasa sekali, makanya dia betah menjadi pengurus RT, kalau dapat seumur hidup.

 

Dia pun mulai berandai-andai, jika sang mantan walikota menjadi pemimpin di Sumatera Barat ini, tentulah perubahan mendasar akan dirasakan oleh masyarakat Sumatera Barat, dibanding lima tahun kepemimpinan Gubernur Irwan Prayitno yang membawa Sumatera Barat pada kondisi yang tidak bergerak dari segi pembangunan alias stagnan.
Penulis pun sempat tersenyum manis mendengar penjelasannya. Secara berapi-api dia menjual jagoannya. Seharusnya, sebagai seorang pengurus RT, dia bersikap netral dan tidak memihak kepada salah satu pasangan calon. Setidaknya dia sebaiknya bersikap diam dan melaksanakan tugasnya semata sebagai pengurus RT, jika dia tidak mampu memberikan pencerahan yang benar kepada warganya. Dia semestinya mengajak warganya datang ke TPS pada tanggal 9 Desember 2015 mendatang dan tidak melakukan kampanye terselubung seperti itu.

Penulis tidak ingin berbantah-bantahan dengan dia, sebab tidak ada gunanya. Lagian penulis tak ingin terjebak pada black campaign. Penulis hanya mengingatkan dia, bahwa sebagai pengurus RT dia seharusnya memberikan pemahaman yang benar kepada warganya tentang sosok kedua pasangan calon kepala daerah tersebut, tanpa harus terjerembab pada black campaign. Sebab, jika itu dilakukan, semua pasangan calon punya sisi positif dan negatif, tergantung dari sudut pandang mana dia memandangnya. Apatah lagi masyarakat sudah cerdas sejak keterbukaan informasi. Televisi sudah masuk ke ruangan kamar warga, demikian juga portal berita online dengan mudah diakses melalui handphone android dan sejenisnya. Tanpa harus membeli koran, warga dengan mudah mendapatkan informasinya melalui televisi dan portal berita online.

 

Dua pasang calon yang maju pada Pilkadagub Sumatera Barat 2015 ini merupakan mantan kepala daerah. Muslim Kasim merupakan mantan Bupati Padang Pariaman dua kali periode sebelum menjadi Wakil Gubernur Sumatera Barat mendampingi Irwan Prayitno. Fauzi Bahar merupakan mantan Wali Kota Padang dua kali periode, sedangkan Irwan Prayitno merupakan mantan Gubernur Sumatera Barat yang bertabur prestasi. Pasangan Irwan Prayitno, yaitu Nasrul Abit juga mantan kepala daerah, Bupati Pesisir Selatan dua kali periode. Rekam jejak mereka dapat dengan mudah diketahui selama memimpin daerah masing-masing.
Tidak mudah menjadi pemimpin suatu daerah, apalagi pada saat dilantik pada 15 Agustus 2010 silam, Irwan Prayitno harus menerima kenyataan daerah yang dia pimpin dalam kondisi hancur secara fisik karena dihoyak gempa pada tanggal 30 September 2009. Tentulah, persoalan ini dulu yang dia selesaikan, yaitu melakukan rehab rekon rumah warga dan sarana prasarana publik. Alhamdulillah kerja keras, keseriusan serta doa tersebut tidak sia-sia. Upaya serius dan kerja keras dan doa tersebut  membuat berbagai pihak bersimpati dan turun tangan membantu. Dengan dana APBD atau dana masyarakat Sumatera Barat sendiri semua kerusakan itu tak mungkin bisa dipulihkan.

Pemerintah pusat mengucurkan dana sebesar Rp2,7 trilyun lebih untuk rehab rekon Sumatera Barat. Para perantau tak kurang mengucurkan pula dana untuk kampungnya, begitu juga pihak lain, negara sahabat, perusahaan, donatur dan berbagai pihak yang tak mungkin disebutkan satu per satu. Kerja keras dan profesional, serta saling bahu membahu multi stake holders ini mendapat apresiasi dari pemerintah pusat, yaitu mendapat empat penghargaan sekaligus: terbaik I Nasional dalam pelaksanaan Tanggap Darurat, terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Rehab Rekon pasca bencana, terbaik II Kategori Akuntabilitas Bidang Kebencanaan dan terbaik III bidang Mitigasi.

Penghargaan ini diterima pada tahun 2011. Pada tahun 2013 diperoleh lagi penghargaan Rehab Rekon Tercepat. Sumbar berhasil menyelesaikan rehab rekon sebanyak 197.636 rumah masyarakat yang menelan dana sebesar Rp2,714 triliun tepat waktu. Berkali-kali Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif mengatakan bahwa Sumatera Barat patut dijadikan contoh bagi daerah lain dalam pelaksanaan penanganan pasca bencana. Beliau juga mengatakan Pemerintah Pusat tidak ragu-ragu mengucurkan dana dalam jumlah besar ke Sumbar, karena yakin dana tersebut pasti dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan bisa dipertanggungjawabkan.

 

Kini pemandangan seperti 3 atau 4 tahun lalu itu tak nampak lagi, bahkan nyaris tak berbekas. Kantor-kantor yang dulu rubuh telah dibangun lagi dan diganti dengan yang lebih baik dan lebih kokoh. Begitu juga rumah masyarakat dan fasilitas-fasilitas umum yang dulu luluh lantak telah dibangun lagi dan kembali berfungsi normal. Hotel-hotel dan aktifitas ekonomi lainnya kembali menggeliat.
Semasa menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno berhasil meraih penghargaan sekitar 204 penghargaan. Semua penghargaan disumbangkan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Tak mudah untuk mendapat penghargaan itu, mestilah penilaiannya keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan di daerah yang dia pimpin, yaitu Sumatera Barat. Apatah lagi dia menerapkan sistem manajemen kepemimpinan yang mengedepankan otoritas masing-masing Kepala SKPD, sehingga Kepala SKPD memiliki inovasi dan kreatifitas dalam melaksanakan amanah jabatan yang diembannya.

Penulis menyarankan tokoh gaek tersebut untuk berhenti berandai-andai, karena berandai-andai membuka tipuan setan. Sosok pemimpin yang memenuhi kriteria tokoh, takah, dan takih (amanah), akan dia anggap lemah dan tidak layak melanjutkan kepemimpinannya, dan dia akan terjebak dengan informasi yang keliru tentang sosok pemimpin tersebut. Dia sah-sah saja memuji pemimpin yang dia kenal dengan baik, tetapi tidak mesti memberikan citra yang keliru terhadap sosok pemimpin yang lain. Harusnya kritik itu dilakukannya ketika Irwan Prayitno masih menjabat Gubernur Sumatera Barat, sehingga bisa menjadi masukan yang konstruktif, bukan melemahkan.

 

“Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim).
Penulis juga termasuk orang yang acap melakukan kritik keras kepada Irwan Prayitno ketika dia menjabat Gubernur Sumatera Barat. Sebagai orang yang pernah terlibat aktif mendorong Irwan Prayitno pada Pilkadagub 2010, penulis punya kewajiban untuk mengingatkan dia pada saat kekuasaan sudah berada di tangannya agar jangan sampai kekuasaan itu dipergunakan dengan sewenang-wenang. Namun, setelah dia mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur Sumatera Barat dan penetapan nomor urut dilakukan KPU Sumbar, maka sudah semestinya kita mendorong Pilkadagub ini berjalan damai dan lancar, tanpa membenturkan satu pihak dengan pihak yang lain. Apatah lagi, Pilkadagub ini head to head, tentu saja sangat mudah terjebak pada budaya politik yang tidak bagus dan saling melempar isu panas yang mengarah pada black campaign (kampanye hitam).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 19 September 2015

 

Warga Kampuang Jambak Terharu, IP Fasilitasi Pembangunan Mesjid

Warga Kampuang Jambak Terharu, IP Fasilitasi Pembangunan Mesjid

BentengSumbar.com — Warga Kampuang Jambak RT 04 RW 02 Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji Kota Padang, mengaku terharu. Pasalnya, keinginan mereka untuk bertemu dengan Irwan Prayitno (mantan Gubernur Sumbar) akhirnya terwujud. Apatah lagi, Irwan Prayitno memfasilitasi pembangunan mesjid yang selama ini mereka idamkan.

“Memang bukan dari uang pribadi saya dan tidak ada sangkut-pautnya dengan APBD. Tapi Insya Allah, akan saya bantu semaksimal mungkin. Orangnya sudah ada, tapi dia tidak mau namanya disebutkan. Pokoknya, bapak-bapak dan ibu-ibu di sini tidak usah repot-repot memikirkan biayanya. Tinggal terima kunci saja nanti,” ungkap Irwan Prayitno Datuak Rajo Bandaro Basa, saat memberikan sambutan pada acara peletakan batu pertama pembangunan mushalla kaum Suku Jambak Lubuk Lintah, Minggu (20/9) pagi.

Ia menyebutkan, kehadiran dirinya datang ke acara tersebut adalah untuk memenuhi undangan warga bukan dalam rangka kampanye politik. Sebab, dalam ajaran Islam memenuhi undangan itu hukumnya wajib. Apalagi, dirinya juga termasuk salah seorang ninik mamak di Nagari Pauh IX (Kuranji). Artinya, secara emosional dirinya tentu akan lebih terpanggil dibanding memenuhi undangan di tempat lain.

“Selama ini ada yang beranggapan saya tidak peduli dengan orang Kuranji. Sebenarnya itu adalah pemahaman yang keliru. Jujur saja, saya kalau diundang oleh siapa pun pasti selalu datang. Sedangkan ke kampung orang saja saya pergi, masa memenuhi undangan dari masyarakat kampung sendiri saya abaikan? Tapi kalau saya tidak diundang, mana mungkin saya tahu acara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Kuranji ini? Jadi perlu saya sampaikan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu semua, manfaatkanlah diri saya untuk kemajuan kampung halaman,” tutur Irwan Prayitno dengan jujur.

Sementara itu, Ketua RT 04 RW 02 Kelurahan Lubuk Lintah, Jhony yang mewakili warga setempat dalam sambutannya mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya atas kedatangan Irwan Prayitno beserta rekan-rekan sejawatnya. Apalagi, pernyataan secara spontanitas yang dilontarkan mantan orang nomor satu Sumbar itu sungguh di luar perkiraan warga sebelumnya.

“Ini betul-betul di luar perkiraan kami semua. Iko ibarat mamintak, awak mintak mushalla beliau kasih masjid. Dan seluruh biaya pembangunan juga beliau jamin. Ini perlu kita syukuri dan mungkin sebuah rahmat dari Allah SWT. Sekali lagi, kita ucapkan terimakasih kepada mamak nagari kita, Irwan Prayitno. Mari kita doakan beliau selalu sukses dan diberi kemudahan oleh Allah dalam memimpin negeri ini,” ucap Jhony yang diamini hadirin.

Sebelumnya, Jamril selaku mamak kepala waris kaum suku jambak Lubuk Lintah dalam laporannya menyampaikan, berdasarkan kesepakatan sejumlah keluarga di kaum suku jambak, akan mewakafkan sebidang tanah seluas 200 meter persegi untuk dimanfaatkan sebagai tempat pembangunan rumah ibadah (mushalla, red). Alasannya, selama ini warga kaum jambak Lubuk Lintah belum memiliki rumah ibadah sendiri. Sementara lokasi rumah ibadah yang ada seperti masjid dan mushalla berada cukup jauh, sehingga cukup merepotkan bagi jamaah, khususnya yang sudah tua-tua untuk pergi melaksanakan ibadah sholat lima waktu.

“Atas dasar itulah, kami bersepakat mewakafkan sebidang tanah kepada masyarakat untuk dibangun mushalla di kampung kami ini. Dengan diwakafkannya tanah tersebut, artinya mushalla tersebut nantinya menjadi milik masyarakat,” jelas Jamril.

Sebelum diakhiri dengan peletakan batu pertama oleh Irwan Prayitno, dilakukan prosesi serah terima amanah wakaf tersebut secara simbolis. Diawali penyerahan dari mamak kepala waris kaum suku jambak kepada penghulu Suku Jambak Lubuk Lintah, Edijon Datuak Rajo Perak. Kemudian diteruskan kepada Camat Kuranji yang diwakili Kasi Pemerintahan, Arlis selaku pihak pemerintah. Selanjutnya, dari Camat diserahkan amanah tersebut kepada Irwan Prayitno sebagai mamak nagari Pauh IX. Terakhir amanah itu diserahkan lagi kepada panitia pembangunan mushalla setempat yang diwakili Arnim, yang juga rang sumando Kampung Jambak.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pauh IX Kecamatan Kuranji Zulhendri Ismed Rajo Bungsu, Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Zamri Yahya, SHI, Ketua MPI PK KNPI Kuranji Zul Akmal Rajo Jambi, dan segenap tokoh masyarakat lainnya. (by/nof)

 

Bentengsumbar.com, 20 September 2015

IP-NA Dapat Restu Warga Koto Tangah

IP-NA Dapat Restu Warga Koto Tangah

PASANGAN calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat H. Irwan Prayitno – H. Nasrul Abit mendapat restu dari waga Nagari Koto Tangah. Dukungan itu tak hanya dinyatakan dalam beberapa kegiatan yang dihadiri IP-NA di daerah tersebut, tetapi juga diutarakan langsung oleh warga Koto Tangah dengan mendatangi posko relawan IP-NA yang terletak di Jalan Rokan No. 8 depan GOR H. Agus Salim.

Sekretaris Tim Relawan IP-NA, Syaiful, SH, MHum, kepada penulis menceritakan, kedatangan warga Koto Tangah tersebut bukan sekedar menyatakan dukungan, tetapi mereka juga ingin terlibat aktif menggalang dukungan untuk paslon IP-NA. Mereka dengan sukarela mendaftarkan diri sebagai relawan IP-NA, dan tentu saja disambut dengan penuh kehangatan oleh Tim Relawan IP-NA lainnya.

Menurut Syaiful, antusiasnya warga Koto Tangah mendukung paslon IP-NA, sebagaimana diutarakan mereka sendiri, karena selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat terbukti mengedepankan profesionalisme dalam kepemimpinannya. Selain itu, Irwan Prayitno dinilai lebih mengutamakan kepentingan rakyat, ini terbukti dengan kebijakan yang diambil Irwan Prayitno, yaitu lebih mengutamakan rehab rekon rumah rakyat yang terkena gempa dan pembangunan kembali sarana prasarana publik yang terkena gemba, ketimbang mendahulukan pembangunan kantor Gubernur Sumatera Barat.
Disamping itu, warga memberikan dukungan disebabkan mereka melihat sosok Irwan Prayitno yang religius ketimbang paslon lainnya. Apatah lagi, sebagian besar rakyat Sumatera Barat adalah orang Minangkabau yang taat dalam menjalankan ajaran agama Islam, sehingga faktor kesalehan pribadi dan kesalehan sosial Irwan Prayitno menjadi pertimbangan utama dalam memberikan dukungan kepada pasangan ini.

Tak hanya itu, ungkap Syaiful lagi, Irwan Prayitno juga seorang datuk di kaumnya dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa. Di Minangkabau, seorang pemangku adat sangat dihormati, apalagi jika pemangku adat tersebut dirasakan lekat tangannya dalam membina anak kemenakan. Irwan Prayitno bukan hanya penghulu suku di kaumnya, tetapi juga Ninik Mamak Nagari di Kenagarian Pauh IX yang merupakan bagian dari Nagari Pauh Basa Ampek Baleh.

Secara historis, antara Nagari Koto Tangah, Nanggalo dan Pauh Basa Ampek Baleh tidak bisa dipisahkan. Setidaknya ini terlihat dari pepatah di ketiga nagari itu, “Abak di Pauh, Mande Koto Tangah, Anak di Nanggalo.” Ini mengisyaratkan, ikatan historis itu sudah terjalin sejak lama, sehingga anak kemenakan yang ada di Nagari Koto Tangah dengan penuh kesadaran memberikan dukungan kepada tokoh masyarakat dan ninik mamak mereka yang maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat pada pilkada 2015 ini.
Dukungan yang sama, setidaknya juga terungkap ketika calon Wakil Gubernur H. Nasrul Abit menghadiri acara Bagurau Masyarakat Koto Tangah pada tanggal 19 September 2015 kemaren. Kehadiran H. Nasrul Abit pada acara tersebut disambut meriah oleh warga, walau warga mengharapkan Irwan Prayitno juga menghadiri kegiatan tersebut. Irwan Prayitno batal menghadiri kegiatan tersebut karena harus menghadiri undangan di Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, H. Nasrul Abit mengungkapkan rasa harunya karena mendapat restu dan dukungan dari warga Koto Tangah. Dukungan yang tidak dia duga, berasal dari kampung calon Wakil Gubernur Fauzi Bahar yang berpasangan dengan calon Gubernur Muslim Kasim. Apatah lagi, acara hiburan rakyat tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat dari Pauh IX Kuranji, di antaranya Ketua FKAN Pauh IX Evi Yandri Rajo Budiman, dan Khalil Chaniago, salah seorang pemuda yang aktif dalam kegiatan sosial di Kuranji. Tokoh lainnya yang hadir adalah Hidayat, Sekretaris Partai Gerindra Sumbar, dan Muzni Zen, anggota Fraksi Partai Gerindra Kota Padang.

Evi Yandri Rajo Budiman kepada penulis mengatakan, dukungan dan restu dari warga Koto Tangah tersebut baru sebagian kecil. Masih banyak warga Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, Pauh, Lubuk Kilangan, Bungus Teluk Kabung, Padang Utara, Lubuk Begalung, Padang Timur, Padang Selatan, dan Padang Barat yang bersimpati kepada paslon IP-NA. Simpati, doa restu, dan dukungan tersebut terungkap dari pembicaraan Evi Yandri dengan beberapa tokoh di daerah tersebut. Bahkan, mereka ingin sekali mengundang Irwan Prayitno atau Nasrul Abit untuk datang ke tempat mereka.

Namun Evi Yandri memberikan pemahaman kepada warga, bahwa jadwal paslon IP-NA sangat padat sekali, sehingga harus diatur terlebih dahulu jadwalnya dengan timses IP-NA. Evi Yandri mengaku bukan timses IP-NA, namun sama dengan warga lainnya, dia termasuk orang yang menaruh simpati kepada pasangan ini.

“Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun cinta kepada kamu, kamu menghormati mereka dan mereka pun menghormati kamu. Sejelek-jelek pemimpin kamu, adalah yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu, kamu melaknat mereka, mereka pun melaknat kamu.” (HR. Muslim, Ahmad dan AdDarim).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 21 September 2015

 

Pemimpin Profesional dan Terbuka Menerima Masukan

Pemimpin Profesional dan Terbuka Menerima Masukan

SEBAGAI seorang profesor di bidang Human Resources Development, Irwan Prayitno dikenal sebagai pakar yang handal. Dia terbilang berhasil di bidang ini, setidaknya dapat dilihat dari berbagai buku yang dia karang tentang Human Resources Development dan buku-buku tersebut menjadi salah satu rujukan bagi pencari ilmu yang menggeluti psikologi dan Human Resources Development.

Sekedar memberikan pemahaman singkat, Human Resources Development (Sumber Daya Manusia/SDM) adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia juga dapat diartikan sebagai suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.

Sering masyarakat keliru menyebut gelar akademis Irwan Prayitno, yang paling sering adalah beliau disebut sebagai insinyur pertanian.  Soalnya saat memberikan sambutan di bidang pertanian atau peternakan. Ia  terlihat sangat paham dengan bidang tersebut dan sangat menguasai masalah. Menurutnya masalah pertanian sangat urgen, karena mayoritas penduduk Sumatera Barat adalah petani.
Hal ini menurut  Yongki Salmeno, salah seorang sahabat Irwan, merupakan salah satu keistimewaan dari Irwan.  Jika tidak paham dengan suatu masalah, Irwan akan getol bertanya ke orang yang dianggap menguasai masalah tersebut.  Setelah diterangkan, dengan  cepat beliau  menguasai malasah tersebut, bahkan  menganalisa dan mengembangkannya.  Sesaat kemudian topik tersebut sudah bisa beliau sampaikan berupa  sambutan, pengarahan atau makalah, seolah-olah ia adalah pakar dan sangat berpengalaman di bidang tersebut. Karena itu banyak yang bingung menilai, Pak Irwan itu profesor di bidang agama, pemerintahan, pertanian atau ekonomi?

Apa sebab Irwan Prayitno begitu menguasai suatu bidang dengan mendetail? Kepada penulis, Irwan Prayitno mengemukakan, kuncinya adalah terbuka menerima masukan dari siapa pun, sehingga masukan tadi dapat dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan. Sebagai contoh, selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, ternyata Irwan Prayitno sering meminta masukan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sebab, menurut Irwan Prayitno, Kepala SKPD tentu sangat memahami persoalan teknis yang ada di instansi yang mereka pimpin.

Sebagai seorang pakar di bidang HRD, untuk menganalisa suatu persoalan dan menyimpulkannya, Irwan Prayitno terbiasa menerima masukan dari mana pun. Nah, ketika menjadi Gubernur Sumatera Barat, hal ini juga dia terapkan. Sebagai orang yang baru di pemerintahan, Irwan Prayitno sadar ilmunya tentang birokrasi masih sangat kurang. Untuk menganalisa suatu persoalan, Irwan akan memanggil Kepala SKPD yang menguasai persoalan itu. Irwan akan bertanya panjang lebar kepadanya sampai dia betul-betul paham terhadap persoalan tersebut.

Ini juga diakui oleh beberapa orang Kepala SKPD semasa Irwan Prayitno menjadi Gubernur Sumatera Barat. Sebut saja Abdul Gafar, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. Kepada penulis, Gafar bercerita dirinya sering diajak Irwan Prayitno makan siang, hanya sekedar bertanya tentang persoalan yang tidak dia pahami. Bahkan, Abdul Gafar termasuk salah seorang teman curhat dan berbagi cerita Irwan Prayitno. Dan sering masukan yang diberikan Gafar dijadikan bahan oleh Irwan Prayitno dalam menyimpulkan suatu persoalan.
Cerita yang sama juga penulis dapat dari Asben Hendri, Kepala Biro Umum Provinsi Sumatera Barat ketika penulis bersilaturahmi baru-baru ini ke kantornya. Asben mengatakan, Irwan Prayitno itu pintar dalam memecahkan permasalahan yang ada karena dia sering bertanya kepada anak buahnya. Sebagai seorang gubernur, dia tak sungkan mengakui kalau dirinya tidak memahami semua persoalan dengan baik, makanya dia selalu meminta masukan dari kepala-kepala SKPD untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijakan yang akan diambil sebagai gubernur. Boleh dikata, dalam memutuskan suatu persolan dan mengambil kebijakan selama memimpin Sumatera Barat, Irwan selalu meminta masukan dari Kepala SKPD dan orang-orang yang memahami persoalan dengan baik.

Ali Musri, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sumatera Barat mengaku sering dipanggil Irwan Prayitno untuk menjelaskan persoalan yang terkait dengan Sumber Daya Air (SDA). Ia pun memberikan penjelasan secara panjang lebar, dilengkapi dengan data yang komplit, sehingga Irwan Prayitno pun dapat memahaminya dengan baik. Dan ketika memberikan kata sambutan atau seminar, Irwan Prayitno tampil bak pakar handal di bidang SDA. Maka pantas saja sebagian masyarakat yang mendengarkan pemaparan Irwan Prayitno menganggap politisi PKS ini sebagai seorang insinyur teknik pengairan.

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Barat Ali Asmar mengaku kagum dengan Irwan Prayitno. Sebagai salah seorang guru di SMA Negeri 3 Kota Padang dulunya, ia merasa bangga dengan Irwan Prayitno. Walau jabatannya Sekdaprov dan Irwan Prayitno adalah gubernur, Irwan Prayitno tetap menghormati Ali Asmar sebagai gurunya. Sangat sering Irwan Prayitno meminta masukan dari Ali Asmar, bahkan sempat diisukan, BA 5 merasa iri kepada Ali Asmar, karena dalam mengambil kebijakan, masukan Ali Asmar lebih didengar Irwan Prayitno ketimbang BA 5 waktu itu.

Ali Asmar pun mengaku, Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat dengan mengutamakan profesionalitas. Irwan memberikan kewenangan penuh bagi kepala-kepala SKPD untuk mengelola institusinya dengan baik. Selaku gubernur waktu itu, Irwan Prayitno berusaha menegakkan otoritas masing-masing Kepala SKPD. Mereka punya otoritas untuk melakukan manajemen kepemimpinan dia terhadap bawahannya, yaitu pada eselon III dan eselon IV. Sehingga gubernur itu cukup sebagai pemimpin yang mengendalikan sekda dan kepala dinasnya. Dengan demikian gubernur akan dapat mengendalikan seluruh pegawai pemprov dan seluruh Sumatera Barat.

Sebagai seorang dai yang hafal Al Quran, tentu Irwan Prayitno tahu pengajaran Tuhan agar bertanya kepada orang-orang yang berilmu dan lebih tahu dibanding dirinya terhadap suatu persoalan yang belum dia pahami dengan baik. Allah swt berfirman dalam Al Quran surah Al Anbiya ayat 7, “… maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
Maka aneh saja rasanya, kalau ada orang yang menuding Irwan Prayitno adalah termasuk orang yang tidak bisa menerima masukan dari siapapun. Apatah lagi, tudingan tersebut dilemparkan pada saat pelaksanaan Pemilihan Gubernur Sumatera Barat dan Irwan Prayitno maju lagi sebagai celon gubernur berpasangan dengan Nasrul Abit. Sebab, kenyataanya Irwan Prayitno sering meminta masukan dari kepala-kepala SKPD dan orang-orang yang ahli di bidangnya. Mungkin saja, orang yang menuding seperti itu, pernah memberikan masukan kepada Irwan Prayitno, namun tidak ditanggapi oleh Irwan dengan baik, karena masukan yang diberikan sudah diberikan orang lain atau bisa juga masukan itu nyeleneh atau orang yang memberikan masukan lagi cari muka dan sedang melakukan pedekate? Bisa saja kan?

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 22 September 2015

 

PKS Wakafkan Irwan Prayitno untuk Membangun Sumbar

PKS Wakafkan Irwan Prayitno untuk Membangun Sumbar

Satu hal yang menjadi kritik kepada Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa adalah selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, di rumah dinasnya maupun di kantor, tamu Irwan Prayitno lebih banyak dari kalangan partainya sendiri, ketimbang masyarakat lainnya. Kritik ini pun aneh dan janggal menurut penulis, karena tak sesuai fakta yang sebenarnya.

Ketika Irwan Prayitno terpilih sebagai Gubernur Sumatera Barat pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2010, sebelum dilantik sebagai gubernur, Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) KH. Hilmi Aminuddin mengatakan, dengan terpilihnya Irwan Prayitno sebagai gubernur, maka PKS mewakafkan Irwan Prayitno untuk Sumatera Barat. Semua jabatan yang dipegang Irwan Prayitno di partai harus dilepas, dan sebagai gubernur, Irwan Prayitno harus fokus memegang amanah jabatan untuk membangun dan mensejahterakan rakyat Sumatera Barat.

 

Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An Nisa: 58). Di ayat lainnya, Allah swt berfirman, “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al Mu’minun: 8).
Sejak saat itu, Irwan Prayitno resmi sebagai kader biasa PKS, tidak lagi memegang jabatan struktural di partai. Nasib yang sama juga dialami oleh Tifatul Sembiring Datuk Tumanggung yang diangkat menjadi menteri di era Presiden SBY, Ahmad Heryawan yang terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat, dan Mahyeldi Ansharullah ketika terpilih menjadi Walikota Padang. Sedangkan bagi kader partai yang terpilih memegang jabatan struktural, harus mundur dari jabatan yang dipegangnya di pemerintahan atau legislatif, seperti Anis Matta yang mundur sebagai anggota DPR RI.

Irwan Prayitno pun fokus membangun Sumatera Barat yang porak poranda akibat digoncang gempa dahsyat 30 September 2009. Sekitar 200 ribu lebih rumah masyarakat harus direhab, dan sarana-prasarana publik harus dibangun kembali karena hancur terkena gempa. Dia tidak lagi memikirkan partai dan terlibat dalam mengurus partai. Rapat-rapat di partai pun tidak lagi melibatkan Irwan Prayitno. Paling dia dilibatkan hanya sebagai narasumber atau pembicara dalam seminar-seminar dan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kader-kader PKS.

Kalau ada orang yang mengatakan selama menjabat Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno disibukkan mengurus partai dan keder PKS, di rumah dinasnya maupun di kantor, tamu Irwan Prayitno lebih banyak dari kalangan partainya sendiri, ketimbang masyarakat lainnya, maka dengan senyum geli penulis katakan, itu tidaklah benar. Orang tersebut boleh bertanya langsung kepada bagian rumah tangga gubernur, yaitu Chandra, karena tamu yang berkunjung catatannya ada sama dia.

 

Menurut pengakuan Chandra, kalau pun ada kader PKS yang berkunjung ke kantor dan rumah dinas gubernur, mereka hanya sekedar mengantarkan undangan. Paling banyak tamu Irwan Prayitno adalah Kepala SKPD, staf kantor gubernur, dan masyarakat kebanyakan yang memiliki hajat dengannya. Orang Kuranji sebagai orang kampung Irwan Prayitno pun sangat jarang berkunjung ke kantor dan rumah dinas gubernur untuk urusan dan keperluan pribadi.
Fokus membangun Sumatera Barat yang hancur, mengantarkan Irwan Prayitno sebagai gubernur yang terbilang berprestasi. Ia berhasil melakukan rehab rekon terhadap rumah masyarakat yang rusak terkena gempa dalam waktu singkat. Begitu juga pembangunan sarana prasarana publik, seperti rumah sakit, pasar, jalan, jembatan, kantor dinas dan lainnya berhasil dia selesaikan tepat waktu. Setelah itu dia baru melakukan retrofit (penguatan dan pembangunan kembali) Rumah Bagonjong, kantor Gubernur Sumatera Barat. Keberhasilannya membangun Sumatera Barat berbuah penghargaan. Sekitar 204 penghargaan berhasil diraih Pemerintah Sumatera Barat selama kepemimpinan Irwan Prayitno. Semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyumbangkan penghargaan tersebut.

Sebagai kader partai, Irwan Prayitno memegang teguh terhadap amanah yang diberikan. Dirinya sudah diwakafkan partai kepada rakyat Sumatera Barat. Dia harus membangun dan mensejahterakan masyarakat. Amanah itu berhasil dipegangnya, dari tahun ke tahun angka kemiskinan terus menurun. Ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu pada tahun 2010 angka kemiskinan 9,44 persen, tahun 2011 sebesar 8,99 persen, tahun 2012 sebesar 8 persen, tahun 2013 sebesar 7,56 persen, dan tahun 2014 sebesar 7,41 persen.  APBD murni Provinsi Sumatera Barat pun berhasil ditingkatkan. Pada tahun 2010, APBD murni sebesar Rp1,6 triliun dan pada tahun 2015 sebesar Rp3,9 triliun. Laporan keuangan daerah pun berhasil meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk pertama kalinya pada tahun 2013, kemudian 2014, dan 2015.

Tunjangan daerah PNS Pemrov Sumatera Barat naik tiga kali selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat. Kenaikan terjadi pada tahun 2011, 2013, dan 2014 dengan rata-rata kenaikan 235 persen dan tertinggi dibanding PNS Kota/Kabupaten se Sumbar. Untuk pelayanan publik, Irwan Prayitno juga berhasil membawa Pemprov Sumatera Barat memperoleh 37 buah penghargaan dari Ombudsman RI sebagai prestasi atas pelayanan publik yang baik untuk 30 SKPD Pemprov Sumbar. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama empat tahun mencapai Rp4,234 triliun dengan capaian 235,52 persen, sedangkan penanaman modal asing (PMA) 301,6 juta dolar AS selama empat tahun dengan capaian 335,17 persen. Ini sebagian kecil bukti, Irwan Prayitno fokus membangun dan mensejahterakan rakyat Sumatera Barat. Ia berhasil menjalankan amanah jabatan, sebagaimana diharapkan rakyat dan partainya.

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfaal: 27).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 23 September 2015

 

Pemuda Harus Kembali Ke Surau

Pemuda Harus Kembali Ke Surau

PEMUDA adalah kekuatan sekaligus kebanggaan suatu umat atau negara. Untuk mengetahui nasib masa depan sebuah umat atau sebuah bangsa adalah dengan melihat generasi muda saat ini. Bila generasi mudanya baik, maka masa depan umat dan bangsa tersebut adalah baik. Sebaliknya bila generasi mudanya rusak maka masa depan umat dan bangsa itu adalah suram.

Berbicara tentang kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Minangkabau, maka sisi religiusitas masyarakatnya tak dapat kita pisahkan dari kesehariannya. Ada hal yang unik dari masyarakat Minangkabau. Kalau kita mengenal surau pada umumnya adalah sebagai tempat beribadah (sholat) semata, ternyata bagi masyarakat Minangkabau surau tak hanya sebagai tempat ibadah saja. Namun surau waktu dulunya telah menjadi tempat tinggal bagi anak laki-laki yang mulai beranjak remaja.

Di suraulah dulunya anak laki-laki yang mulai menginjak masa remajanya lebih banyak menghabiskan waktunya setiap hari. Di surau mereka belajar mengaji Al Quran dan juga tafsirnya, ilmu hadis, aqidah, ibadah, muamalah, dan materi keislaman lainnya. Di surau juga mereka belajar tentang petatah-petitih adat Minangkabau, beladiri, randai, dan berbagai kesenian serta adat budaya Minangkabau lainnya. Di surau jugalah mereka ditempa dan dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang siap menanggung beban dan amanah di kemudian harinya.

“Al Fityah adalah para pemuda, mereka (para pemuda) adalah orang yang lebih mudah untuk menerima kebenaran serta mengikuti jalan petunjuk dibandingkan orang-orang yang sudah lanjut usia yang telah dimakan usia dan lenyap terjerumus dalam agama yang bathil. Karena itu yang paling banyak menerima seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam adalah para pemuda. Adapun orang-orang tua dari suku Quraisy kebanyakan tetap kekal di atas agama nenek moyang mereka, tidak ada yang memeluk Islam kecuali sedikit, demikian pula yang Allah ceritakan tentang ‘Ashabul Kahfi’ bahwa mereka adalah para pemuda.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/74).
Menyadari hal tersebut, Irwan Prayitno, Ninik Mamak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji, dalam berbagai kesempatan menghimbau pemuda untuk kembali ke surau. Himbauan itu kembali disampaikannya ketika memberikan kata sambutan pada penutupan acara Semarak Idul Adha 1436 H Remaja Mushalla Abrar Kampung Marapak, Selasa (22/9/2015). Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Evi Yandri Rajo Budiman.

Irwan Prayitno mengapresiasi remaja Mushalla Abrar yang telah mengangkat kegiatan positif tersebut. Sebagai ninik mamak, Irwan Prayitno memang mempunyai kewajiban membina anak kemenakannya agar kembali ke surau. Sebab surau di Minangkabau berfungsi sebagai tempat mendidik generasi muda, baik secara lahir maupun bathin. Secara lahir, pemuda Minangkabau belajar silat sebagai bekal beladiri bagi mereka. Secara bathin, mereka diajarkan berbagai ilmu agama dan adab sebagai orang Minangkabau.

Irwan Prayitno juga mengingatkan anak kemenakannya agar untuk menjauhi narkoba dan pergaulan bebas. Kedua hal ini adalah penyebab kehancuran masa depan generasi muda.  Bahaya narkoba dan seks bebas, akan merusak mental generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, hindari diri dari seks bebas, minuman keras dan kecanduan narkoba. Untuk menghindari hal-hal tersebut, diperlukan iman yang kuat dan taat kepada agama. Oleh sebab itu, generasi muda harus kembali ke surau untuk mempelajari ilmu agama, sehingga imannya tak mudah goyah.

Seks bebas semakin bayak dilakukan karena kurangnya pemahaman terhadap tuntunan Islam, sebaliknya lebih tertarik meniru gaya hidup orang Barat yang mengutamakan pergaulan bebas. Manusia yang melanggar larangan Allah ialah golongan yang mengikuti dorongan hawa nafsu syahwat liar mereka dan juga diperbudak syetan. Karena iblis selalu menggoda anak Adam sehingga tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji yang membawa kepada kerusakan.” (QS. Al Isra: 32). Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berzina seorang yang berzina ketika dia berzina itu dalam keadaan iman. Dan tidaklah mencuri seorang pencuri ketika mencuri itu dalam keadaan iman. Dan tidak pula meminum khamr (seorang peminum khamr) ketika meminumnya itu dalam keadaan iman. (HR. Muslim).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Bentengsumbar.com, 24 September 2015

 

Anak Muda Sudah Pasti Dukung Pemimpin Multi Talenta

Anak Muda Sudah Pasti Dukung Pemimpin Multi Talenta

MANUSIA multi talenta adalah manusia yang mempunyai semua keahlian di bidang olahraga, musik, pelajaran dan keahlian lainnya. Jika dia seorang pemimpin, maka tentulah dia sosok yang lengkap di mata masyarakat karena memiliki bakat dan keahlian di segala bidang. Multi talenta atau memiliki kemampuan di banyak bidang ilmu pengetahuan dengan kualitas keterampilan terbaik adalah syarat utama untuk menjadi pemimpin sukses di abad ini.

Tak semua pemimpin yang dianugerahi keahlian di berbagai bidang sehingga menyandang predikat sebagai pemimpin multi talenta. Apatah lagi, untuk menjadi pemimpin yang multi talenta tersebut sangatlah sulit. Butuh bakat dan hobi, butuh proses dan pembelajaran. Biasanya, bakat itu sudah dia sandang sedari kecil, bukan bakat yang dibuat-buat.

Irwan Prayitno, mantan Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015 yang saat ini mencalonkan diri lagi sebagai calon gubernur berpasangan dengan Nasrul Abit, mantan Bupati Pesisir Selatan dua kali periode, termasuk pemimpin multi talenta. Dia sosok pemimpin multi talenta yang lahir dari rahim Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan di tangannya pula partai ini dikenal luas di Sumatera, terutama Sumatera Barat. Anak didiknya saat ini sudah banyak yang menjadi kepala daerah dan wakil rakyat. Dan rata-rata mereka memanggil Irwan Prayitno abang, bukan ustadz sebagaimana kebanyakan kader PKS lainnya yang dipanggil ustadz.

Panggilan abang kepada Irwan Prayitno dari kader PKS lainnya tentu memiliki makna tersendiri. Panggilan abang tersebut menandakan Irwan Prayitno tidak ada jarak dengan kader-kadernya. Dia bisa memainkan peran sebagai kakak yang selalu mengayomi adik-adiknya. Bahkan, menurut Budiman Datuk Malano Garang, mantan Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Irwan Prayitno tidak hanya dianggap kakak sebagian besar kader PKS, tetapi juga ayah dan guru.

 

Anda tak usah heran, jika suatu saat melihat Irwan Prayitno menabuh drum. Dia memang piawai memainkan alat musik yang satu ini. Penulis sendiri pernah melantunkan tembang kesukaan penulis, dan Irwan Prayitno bertindak sebagai pemain drumnya. Kenangan itu tak pernah penulis lupakan, seorang gubernur yang mahir memainkan alat musik anak muda dan itu jarang terjadi. Menurut Irwan Prayitno, dia sudah mahir memainkan alat musik tersebut semasa muda.

Irwan Prayitno juga seorang pencipta lagu. Lagu-lagu yang dia ciptakan bertemakan religi. Sudah puluhan lagu yang dia ciptakan, sebagian besar dia sendiri yang membawakan. Video clipnya bisa Anda tonton di youtube. Lagu-lagu religinya yang cukup popular adalah Kau Istriku, Ayahku, Anakku Penyejuk Hatiku, dan masih banyak yang lain.

Kalau soal olahraga, Irwan Prayitno itu penyuka olahraga ekstrim dan keras. Sedari bujang dia menyukai olahraga motor trail. Sebagai pembalap, selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno mengunjungi daerah terpencil dan terisolir dengan motor trailnya. Irwan Prayitno juga seorang karateka. Saat ini dia pemegang sabuk hitam dan IV.

Irwan Prayitno terbilang cerdas, sejak duduk di bangku Sekolah Dasar sampai merampungkan kuliahnya untuk gelar PhD dengan IPK cumlaude 3,97 di Universiti Putra Malaysia pada tahun 2000. Sejak tahun 2003, ia mengajar program pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta dan dikukuhkan sebagai guru besar pada 1 September 2008. Sampai ia menjadi Gubernur Sumatera Barat sejak 2010, ia masih menyempatkan mengajar 12 kali dalam satu semester.

 

Irwan Prayitno juga pernah menjadi guru kursus. Irwan Prayitno memilih mendirikan bimbingan belajar dengan hanya modal bermodalkan uang Rp15 ribu. Di Kota Padang, saat itu tidak banyak bimbingan belajar berdiri. Kecenderungan masyarakat masih menempuh pendidikan formal, dia melihat peluang cukup besar di bidang itu. Untuk menjalankan rencananya mendirikan lembaga bimbingan belajar tersebut, Irwan Prayitno mengajak kawan-kawannya yang dapat bekerjasama. Semangatnya bersama teman-teman, lalu akhirnya terdorong untuk membangun lembaga pendidikan Adzkia (yang artinya kecerdasan) untuk dakwah pendidikan, serta Yayasan Al-Madani untuk mengurusi dakwah sosial.

Secara perlahan tapi pasti, Yayasan Pendidikan Islam Adzkia terus tumbuh seiring tingginya kesadaran masyarakat di Kota Padang pentingnya pendidikan. Tahun 1990 Adzkia membuka Taman Kanak-Kanak Adzkia yang sampai sekarang berkembang menjadi tujuh cabang yang tersebar di Kota Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh. Kemudian Yayasan Adzkia mendirikan SDIT, SMPIT, SMAIT dan SMK. Kemudian juga melanjutkan dengan mendirikan perguruan tinggi.

Seiring pengukuhan Partai Keadilan pada 20 Juli 1998, Irwan Prayitno membentuk dan mengetuai perwakilan PK di Malaysia. PK yang sekarang berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera telah mengantar Irwan Prayitno duduk di parlemen hasil pemilihan umum 1999. Irwan Prayitno terus terpilih untuk dua periode berikutnya. Ia memimpin Komisi VIII yang di antaranya membidangi masalah energi dan sumber daya mineral. AM Fatwa menyebut Irwan satu-satunya pimpinan komisi di DPR yang tak tergantikan selama lima tahun. Dia juga pernah menjabat Ketua Komisi X yang membidangi pendidikan.

Irwan Prayitno juga dikenal sebagai aktivis. Dirinya bergabung dan aktif dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta semasa kuliah di Universitas Indonesia. Pada 1984, ia naik sebagai Ketua HMI Komisariat Fakultas Psikologi UI. Ia juga aktif mengikuti pergerakan Islam dalam skala yang lebih kecil, beralih ke masjid di kampus-kampus lewat kelompok-kelompok tarbiyah yang lebih berorientasi pada pembinaan aqidah dan akhlaq. Aktivitas tarbiyah berpusat di masjid-masjid kampus seperti Masjid Arif Rahman Hakim, UI; Masjid Salman, ITB; dan Masjid Al-Ghifari, IPB.

Irwan Prayitno juga dikenal sebagai ustadz panggilan. Sebagai pendakwah, dia sering memberikan ceramah di berbagai mesjid. Selama bulan Ramadhan, jadwal ceramahnya selalu penuh. Demikian juga untuk khatib Jum’at dan khatib Idul Fitri serta Idul Adha. Irwan Prayitno juga merupakan penghulu di Suku Tanjuang Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji. Dia diangkat sebagai penghulu pada tahun 2004 dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa.

 

Sebagai pemimpin multi talenta, Irwan Prayitno disukai banyak kalangan, tua dan muda. Esy Mayasari, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di kota ini mengaku mengagumi sosok Irwan Prayitno. Kekagumannya kepada Irwan Prayitno karena sang idola piawai memainkan alat musik drum. Dia juga mengaku pernah menyaksikan Irwan Prayitno dalam pertunjukannya.

Senada dengan itu, Cici, warga Aia Pacah Koto Tangah nan cantik ini juga mengaku kagum kepada sosok Irwan Prayitno. Disamping seorang dai, ternyata Irwan Prayitno juga seorang pembalap. Dua sisi yang selalu dianggap kontradiktif oleh banyak orang, tetapi mampu disatukan dalam dirinya oleh Irwan Prayitno. Cici mengaku tak salah menjatuhkan pilihannya mendukung Irwan Prayitno dalam pilgub kali ini.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 25 September 2015

Maju dengan Penuh Percaya Diri

Maju dengan Penuh Percaya Diri

SEBAGAI politisi senior Partai Keadilan Sejahtera, karir politik Irwan Prayitno terbilang mulus. Seiring pengukuhan Partai Keadilan pada 20 Juli 1998, Irwan membentuk dan mengetuai perwakilan PK di Malaysia. PK mengantar Irwan duduk di parlemen hasil pemilihan umum 1999. PK mendudukkan tujuh kader di DPR RI, termasuk dirinya. Bersama Partai Amanat Nasional yang mengumpulkan 37 kursi DPR, kedua partai bergabung membentuk Fraksi Reformasi dengan Hatta Rajasa sebagai ketua dan Irwan Prayitno sebagai wakil. Fraksi mengantar nama Irwan sebagai Ketua Komisi VIII. Ia memimpin Komisi VIII yang di antaranya membidangi masalah energi dan sumber daya mineral. AM Fatwa menyebut Irwan satu-satunya pimpinan komisi di DPR yang tak tergantikan selama lima tahun.

 

Pada pemilihan umum legislatif April 2004, ia diusung partai yang telah berganti nama PKS sebagai calon anggota legislatif DPR. Daerah pemilihan Sumatera Barat mengirimkan dua wakil ke DPR dari PKS, dirinya dan Refrizal. Pada periode keduanya di DPR, ia kembali mengetuai komisi yang sama sampai 2005 sebelum berpindah komisi dan diangkat sebagai Ketua Komisi X sejak 2007.
Dalam pemilihan umum 2009, Irwan dan Refrizal terpilih kembali mewakili Sumatera Barat. Irwan tak menyelesaikan periode ketiganya setelah maju sebagai Gubernur Sumatera Barat dan terpilih sebagai gubernur. Irwan resmi ditetapkan sebagai gubernur terpilih setelah meraup 32,44% suara. Ia tercatat sebagai Gubernur Sumatera Barat pertama yang berasal dari partai politik. Bersama wakilnya Muslim Kasim, Irwan dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada Minggu, 15 Agustus 2010 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI. Pelantikan berlangsung di bekas ruangan garasi mobil DPRD Sumatera Barat karena gedung utama rusak berat akibat gempa.

Kini Irwan kembali maju untuk periode kedua sebagai calon Gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan Nasrul Abit, mantan Bupati Pesisir Selatan dalam pilkada 2015. Dengan penuh percaya diri, pasangan calon nomor urut dua ini yakin akan memenangkan pilkada dengan meraih dukungan rakyat Sumatera Barat. Apatah lagi, pasangan ini didukung dua partai besar, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal dengan kader-kader militannya dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang kental dengan figur Prabowo Subiantonya. Pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun kemaren, Prabowo Subianto meraih 78 persen suara di Sumatera Barat dan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta waktu itu adalah Irwan Prayitno.

 

Sebagai politisi nasional yang matang dalam dunia politik dan dakwah, sosok Irwan dikenal dekat oleh masyarakat kelas bawah. Selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan tercatat mengunjungi daerah-daerah di Sumatera Barat sebanyak 840 kali lebih. Kebanyakan adalah daerah-daerah terpencil dan jarang dikunjungi pejabat sekelas bupati, apalagi gubernur. Bahkan ada pemuka masyarakat di daerah terpencil itu mengatakan, sejak Indonesia merdeka, baru kali itu ada gubernur yang berkunjung ke daerah mereka.

 

Irwan adalah sosok yang penuh percaya diri dalam menempuh karir politiknya. Sejak terjun dalam dunia politik, dalam setiap pemilu legislatif, Irwan terlihat percaya diri. Setidaknya ini tampak dari Alat Peraga Kampanye (APK) yang dipasangnya, tak pernah tampak dia memasang tanda gambar tokoh, baik tokoh nasional maupun tokoh daerah. Pada APK tersebut, dia hanya memasang tanda gambarnya seorang, kalau pun ada tanda gambar orang lain, itu adalah calon anggota legislatif yang separtai dengannya.

Demikian juga pada pilkada gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat pada tahun 2005 dan 2010, Irwan adalah calon gubernur yang tampil beda. Jika calon lainnya memasang tanda gambar tokoh masyarakat yang mendukungnya, Irwan hanya memasang tanda gambar dirinya dan pasangannya. Pada pilkadagub 2015 ini, Irwan kembali tampil apa adanya. Pada APK miliknya, hanya terpasang tanda gambar dirinya dan Nasrul Abit.

 

Penulis sempat bertanya kepada Irwan, kenapa dirinya tidak mau memasang tanda gambar tokoh Minang atau tokoh masyarakat lokal pada APK, seperti baliho, spanduk, dan banner miliknya. Irwan menjawab, sebagai calon pemimpin, dirinya harus percaya diri dan tidak ingin memanfaatkan ketokohan seseorang. Dia menghormati semua tokoh Minangkabau, baik di tingkat nasional maupun daerah, tetapi dirinya juga tidak ingin memanfaatkan kedekatannya dengan tokoh tersebut untuk kepentingan politik praktis. Tokoh Minang adalah milik bersama orang Minangkabau, bukan milik sebagian kelompok politik. Irwan tidak ingin menciderai ketokohan Tokoh Minang tersebut, sebab itu akan merugikan mereka sendiri dan menyebabkan terkotak-kotaknya Tokoh Minang akibat kepentingan politik.
Apatah lagi, dalam kenyataanya, tokoh Minang yang dimanfaatkan oleh pasangan calon sebagai salah satu bentuk dukungan, justru mengurangi kekaguman masyarakat kepadanya. Banyak kasus, tokoh-tokoh yang selama ini dihormati oleh masyarakat Minang, setelah menyatakan dukungan kepada calon tertentu dalam pilkadagub ini, malah menuai hujatan dari masyarakat. Irwan sendiri bukan tidak ada tokoh Minang yang mendukungnya, secara langsung sudah banyak sesepuh dan tokoh Minang yang menyatakan dukungan kepadanya. Tetapi Irwan tidak ingin memanfaatkan dukungan tersebut dengan memasang tanda gambar mereka, karena boleh jadi akan ada yang pro dan kontra, sehinga sesepuh dan tokoh Minang tersebut akan menuai hujatan.

Bagi Irwan, dukungan sesepuh dan tokoh Minang cukup disampaikan secara pribadi kepadanya, tanpa harus diumbar ke ruang publik. Dukungan dari sesepuh dan tokoh Minang tersebut setidaknya menjadi energi tersendiri bagi pasangan IP-NA, karena mereka tidak hanya memberikan dukungan lisan, tetapi juga mendorong anak kemenakannya memilih pasangan IP-NA. Tak hanya sesepuh dan tokoh Minang, beberapa pimpinan partai politik, baik di tingkat nasional maupun lokal, juga menyatakan dukungannya secara pribadi kepada Irwan Prayitno.

 

Dalam ilmu psikologi politik, yaitu bidang ilmu interdisiplin yang tujuan substantifnya menyingkap saling keterkaitan antara psikologi dan politik, seseorang yang tidak percaya diri maju sebagai calon kepala daerah dapat dilihat dari APK yang digunakan. Jika pada APK itu menampilkan dukungan tokoh masyarakat sebanyak mungkin, berarti dia kurang percaya diri. Pasangan calon kepala daerah yang memasang tanda gambar tokoh pada baliho, spanduk, dan banner APK-nya tidak mungkin untuk gagah-gagahan, pastilah bertujuan untuk mendapatkan dukungan. Sebab, tidak ada jawaban lain selain itu.
Menurut hemat penulis, calon pemimpin yang tidak percaya dengan potensi yang dimilikinya, maka dia akan kurang percaya diri, sehingga memanfaatkan ketokohan seseorang melalui tampilan di baliho, spanduk dan banner untuk meraih simpati rakyat. Kalau mereka percaya diri, tidak mungkin mereka melakukan itu. Tentu kita patut bertanya, pemimpin semacam apakah mereka? Kalau mereka tidak memiliki kepercayaan diri, jika terpilih, tentu mereka tidak bisa mengambil keputusan sendiri, karena tidak percaya diri dan tidak memiliki kemampuan. Bisa saja dia nanti menjadi petugas partai, karena dalam setiap mengambil keputusan tidak percaya diri dan tidak memiliki kemampuan, sehingga harus bertanya kepada orang lain, terutama dari kalangan partai politik yang mendukungnya. Apatah lagi, jika partai pengusung dan pendukungnya banyak, maka mereka akan kerepotan mengakomodir kepentingan semua partai yang banyak tersebut.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 26 September 2015

 

Perpaduan Sosok Ulama dan Umara

Perpaduan Sosok Ulama dan Umara

DALAM beberapa kajian keislaman yang pernah Anda ikuti, misalnya di kampus atau seminar-seminar keislaman, pasti pernah mendengar untaian kata, “Ulama dan Umara.”  Para pengkhotbah Jumat atau dai yang memberikan pengajian di mesjid dan mushalla pun, sering menyebut-nyebut kedua predikat prestisius tersebut jika materi ceramahnya terkait dengan politik dan pemerintahan.

Predikat ulama, sering diberikan kepada seseorang yang mendalami ilmu-ilmu keilslaman atau agama. Sebuah label yang dianggap suci, sehingga seseorang yang dipanggil ulama ‘diharamkan’ melakukan kesalahan sekecil apa pun, baik disengaja maupun tidak disengaja. Dia mesti terlihat alim di depan publik. Ibadahnya mestilah lebih dan itu terlihat nyata di tengah masyarakat.

Padahal, Al Quran sendiri menjelaskan, ulama itu tidak hanya orang yang paham secara mendalam tentang ilmu agama, tetapi juga orang yang menguasai ilmu pengetahuan umum. Makanya, dalam Islam tidak dibedakan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum tersebut. Seorang ahli fisika pun disebut ulama, demikian juga ahli nuklir juga disebut ulama. Semua cabang ilmu dalam Islam merupakan cara bagi orang yang mempelajarinya untuk mengenal keagungan Tuhan.

 

“Allah memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa diberi hikmah, ia telah memperoleh kebaikan melimpah; tetapi yang dapat mengambil pelajaran hanya orang yang arif.” (QS. Al Baqarah: 269). “Dan demikian pula di antara manusia, binatang melata dan hewan ternak, terdiri dari berbagai macam warna. Sungguh yang benar-benar takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama; mereka yang berpengetahuan. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28).
Sedangkan umara adalah pemimpin pemerintahan. Mereka disebut juga ulil amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atau orang yang bertanggung jawab, yang dapat mengambil keputusan, mereka yang menangani pelbagai persoalan. Oleh karena di dalam Islam tidak ada pemisahan yang tajam antara soal-soal yang sakral dengan yang sekular, maka adanya suatu pemerintah biasa diharapkan dapat berjalan di atas kebenaran, dan dapat bertindak sebagai Imam yang shalih, benar dan bersih pula.

Umara yang saleh, yaitu umara yang adil, amanah, dan bertakwa kepada Tuhannya. Ia bekerja di siang hari untuk kepentingan rakyatnya. Pada malam hari ia bermunajat kepada Tuhannya dan menyerahkan beban kekuasaan itu kepada-Nya untuk dimudahkan. Umara yang saleh menganggap rakyatnya merupakan keluarga besarnya. Yang lebih tua bagaikan orang tuanya dan lebih muda adalah anaknya. Yang sebaya dianggap saudaranya. Umara semacam ini jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya, lahir dan batin.

Kekuasaan adalah amanat yang harus ditunaikan dengan jujur, adil dan ikhlas, bukan untuk dibangga-banggakan dan disalahgunakan. Penguasa tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, melakukan penyimpangan dan menganiaya rakyat. Di antara kewajiban umara adalah menerapkan pemerintahan yang berkeadilan.

 

“Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya. Apabila kamu mengadili di antara manusia, bertindaklah dengan adil. Sungguh Allah mengajar kamu dengan sebaik- baiknya. Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. An Nisaa‘: 58).
Islam sebagai agama yang sempurna dari Tuhan Yang Maha Sempurna menghendaki perpaduan antara ulama dan umara. Perpaduan yang saling isi mengisi. Umat Islam jika ditanya soal ini, pastilah mereka mengharapkan pemimpin yang di dalam dirinya berpadu dua predikat ini, ulama dan umara. Namun mencari pemimpin yang ulama dan umara itu teramat sulit, apatah lagi di zaman sekarang.

Pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat 2015 ini, isu ulama dan umara ini kembali diangkat oleh sebagian kalangan. Bagi kelompok yang antipati kepada Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa yang maju sebagai calon gubernur (Cagub) berpasangan dengan Nasrul Abit (pasangan IP-NA), menghendaki kepemimpinan ulama dan umara harus dipisahkan. Mereka sering menyorot Irwan Prayitno yang sering memberikan tausiyah kepada umat dan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sewaktu menjabat Gubernur Sumbar.

 

Posisi Irwan Prayitno sebagai pemimpin (gubernur pada waktu itu) sekaligus ustadz mereka sorot dengan tajam, karena Irwan Prayitno dianggap ‘merampas’ peran ulama. Irwan Prayitno dianggap tidak lagi memberikan kesempatan kepada ulama lain untuk berceramah di depan ASN Pemprov Sumbar karena ‘pekerjaan’ itu diborongnya langsung. Mereka seakan lupa, tugas seorang pemimpin dalam Islam adalah menjaga akidah dan akhlak orang-orang yang dipimpinnya.
Kelompok yang bersimpati kepada Irwan Prayitno terus memberikan dukungan kepadanya. Bagi mereka, sosok Irwan Prayitno adalah sosok ulama dan umara yang sulit mereka temukan saat ini. Maka sudah selayaknya, rakyat Sumatera Barat memberikan kepercayaan sekali lagi kepada Irwan Prayitno, sehingga pekerjaan yang terbengkalai selama dia memimpin Sumatera Barat dapat diselesaikan.

Jika kita amati, ada empat kelompok yang memberikan dukungan kepada Irwan Prayitno. Pertama, dukungan dari orang-orang politik. Dukungan ini berasal dari kader partai, baik PKS maupun Gerindra yang mengusung pasangan IP-NA. Kedua, Anak Nagari Basa Si Ampek Baleh (Pauh-Kuranji) dan Pesisir Selatan. Mereka mendukung pasangan IP-NA dengan alasan sekampung. Di antara mereka juga terdapat pengkritik IP-NA selama memimpin daerah masing-masing. Ketiga, masyarakat Sumbar yang bersimpati karena Irwan Prayitno adalah pemimpin yang bersih, jujur, dan sosok ulama-umara terdapat pada dirinya. Nasrul Abit pun dipandang sebagai pemimpin yang berhasil membangun Pesisir Selatan. Keempat, kalangan anak muda yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang melihat Irwan Prayitno sebagai sosok multi talenta.

 

“Dua golongan manusia, jika mereka baik, akan baik seluruh manusia, dan jika ia rusak, akan rusak seluruh manusia. Mereka adalah para ulama dan umara.” (HR Ibnu Nu’aim).
Irwan Prayitno melaksanakan tugasnya sebagai pendakwah jauh hari sebelum terjun ke dunia politik. Berdakwah sudah menjadi bagian utama dalam hidupnya. Tiada hari tanpa berdakwah, itulah prinsip hidupnya. Baik diundang secara tertulis melalui undangan resmi atau sms maupun lisan atau melalui telepon, jika itu menyangkut dakwah, Irwan Prayitno akan memastikan dirinya hadir.

Makanya, ketika Partai Keadilan dideklarasikan pada 20 Juli 1998, Irwan Prayitno langsung bergabung dengan partai ini. Awal pendiriannya, Partai Keadilan yang sekarang berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai dakwah. Tujuan pendiriannya adalah untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam di kancah politik, tanpa meninggalkan perannya sebagai partai dakwah. Kita pun melihat, rata-rata politisi PKS merupakan dai yang siap terjun berdakwah ke tengah-tengah umat, kapan pun diperlukan.

 

Jadi, jauh hari sebelum bergabung dalam dunia politik praktis, Irwan Prayitno adalah ustadz muda yang berdakwah dari masjid ke masjid, mushalla ke mushalla dan kampus ke kampus. Setelah terjun ke dunia politik Irwan Prayitno tidak melupakan tugas pokoknya sebagai dai. Dia tetap berdakwah ke tengah-tengah umat. Ketika menjadi gubernur, ia pun rutin memberikan ceramah empat kali sebulan kepada pegawai Pemprov Sumbar. Dan isi-isi ceramahnya pun tidak menyinggung persoalan politik secara eksklusif atau menyampaikan pesan-pesan agar memilih partai tertentu. Semua orang yang pernah mendengarkan ceramahnya, pasti tahu itu. Kecuali ceramah itu ditujukan khusus untuk kader partainya.
Irwan Prayitno bukan ustadz dadakan, yang menjadi ustadz ketika musim kampanye saja. Seperti kebanyakan dilakukan oleh calon pemimpin yang ingin mengambil hati rakyat, mereka pun tiba-tiba berlagak seperti ustadz. Bahkan rela tidur bersama jamaah di masjid dan berdiskusi soal ilmu-ilmu agama. Pendekatan secara agama yang hanya dia lakukan untuk meraih simpati rakyat. Setelah berkuasa mereka pun dipanggil ustadz, namun sering pesan agama yang dia sampaikan membuat umat bingung. Umat terpaksa menerima materi yang disampaikan karena kebetulan ia penguasa atau pemimpin partai politik.

Menurut Abu Al-Hasan Al-Mawardi, pengarang kitab Al-Ahkam Al-Sultaniah (kitab tentang ilmu pemerintahan), kewajiban pemimpin meliputi 10 poin: (1) menjaga penerapan agama yang benar; (2) menerapkan hukum dalam setiap permasalahan yang terjadi dengan cara yang adil; (3) melindungi keamanan negara sehingga rakyat dapat beraktivitas dengan bebas dan tidak dihantui ketakutan; (4) menegakkan hukum pidana sehingga akhlak warga terlindungi; (5) menjaga perbatasan negara dengan sistem keamanan yang baik sehingga dapat menangkal serangan musuh; (6) jihad untuk memerangi musuh; (7) mengambil pajak dan zakat dari warga sesuai dengan ketentuan syariat; (8) mendistribusikan dana baitul mal dengan baik dan tepat pada waktunya; (9) mempekerjakan orang-orang yang amanah dan kapabel dalam bidangnya; (10) memantau langsung perkembangan yang terjadi pada warganya dan tidak hanya memercayakannya kepada wakilnya agar dapat memiliki lebih banyak waktu untuk menikmati dunia atau untuk beribadah.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 27 September 2015

 

Sosok Pemimpin Inovator, Motivator, dan Berpengalaman

Sosok Pemimpin Inovator, Motivator, dan Berpengalaman

MENJADI kepala daerah di Sumatera Barat tidaklah mudah. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memahami betul kondisi daerah yang dipimpinnya, baik secara geografis, sosial budaya, agama, dan politik. Biasanya, pemimpin yang tidak memahami kondisi daerah akan berujung kepada kegagalan dalam melaksanakan amanah kepemimpinan yang dia emban.

Sebaliknya, pemimpin yang memahimi kondisi riil daerah yang dipimpinnya, maka dia akan melahirkan program matang untuk mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya. Dia akan melahirkan ide inovatif dalam pengambilan kebijakan pembangunan, sehingga betul-betul tepat sasaran. Bukan sekedar melahirkan kebijakan untuk “maantokan tangih” warganya, tetapi kebijakan yang berpandangan jauh ke depan.

 

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar . Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajadah: 24).
Bagi pendukung Irwan Prayitno Datuk Bandaro Basa, calon Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang berpasangan dengan Nasrul Abit dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2015 ini, sosok yang satu ini adalah sosok yang multi talenta, sebagaimana telah kita bahas pada tulisan sebelumnya (baca : Anak Muda Sudah Pasti Dukung Pemimpin Multi Talenta). Lebih dari itu, menurut mereka, Irwan Prayitno adalah sosok pemimpin yang inovator dan selalu memotivasi generasi muda untuk selalu berkarya sesuai kemampuan di bidangnya.

Di mata Syahrul Fadhli Islami, Sekretaris Umum Pemuda Kuranji misalnya, Irwan Prayitno adalah sosok pemimpin yang inovator. Banyak ide-ide yang dilahirkannya selama memimpin Sumatera Barat. Namun ide-ide itu, tidak semua orang yang bisa mencernanya dengan baik, justru dijadikan semacam bahan tertawaan. Ini diakibatkan bukan karena ide-ide tersebut kurang bagus, tetapi orang yang menanggapi sudah terlanjur antipati dari awal kepada sosok Irwan Prayitno dengan berbagai alasan.

Syahrul mencontohkan, untuk menggerakan pemuda agar berkarya seni sesuai nafas ajaran Islam, Irwan Prayitno terjun langsung dengan menciptakan lagu-lagu religi. Bahkan, dia langsung menyanyikan lagu-lagu ciptaannya. Semua orang dengan mudah mengakses lagu-lagunya dalam bentuk video clip di YouTube. Untuk memotivasi giat belajar, dia pun mengajak pemuda untuk rajin membaca dan mengaji, efeknya tentu saja generasi muda akan terjauh dari narkoba dan pergaulan bebas jika sudah disibukkan dengan kegiatan belajar dan mengaji di surau.
Nilai lebih lainnya, menurut Syahrul Fadhli Islami, Irwan Prayitno merupakan tokoh yang telah mempunyai pengalaman di kancah nasional. Dan tentu saja ini akan menguntungkan secara nasional, sebab melalui jaringan yang dimilikinya, Irwan Prayitno akan mampu menembus sekat-sekat yang ada untuk memuluskan anggaran pusat untuk daerah, bukan saja anggaran yang bersifat normatif, tetapi juga anggaran yang bersifat tambahan.

Bagi Syahrul Fadhli, sosok Irwan Prayitno merupakan pemimpin yang memiliki kredibilitas. Kredibilitas seorang pemimpin adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Dari segi kualitas kepemimpinan, sosok Irwan Prayitno menerapkan manajemen kepemimpinan secara mandiri terhadap masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kapabilitas kepemimpinan Irwan Prayitno dengan manajemen kepemimpinan yang dia terapkan mampu mengantarkan Provinsi Sumatera Barat meraih berbagai penghargaan di segala bidang. Masing-masing SKPD menyumpangkan penghargaan sebagai bukti keberhasilan pelaksanaan program pembangunan.

Kredibilitas yang dimiliki Irwan Prayitno dimotivasi oleh ajaran agama yang dia pahami. Amanah jabatan yang dia terima betul-betul dilaksanakan dengan baik, sebab jika amanah itu dilalaikan, maka akan berujung kepada azab Allah swt kepada diri dan keluarganya. Bahkan, amanah kepemimpinan yang disia-siakan akan berujung pada nerakanya Allah swt. Pemimpin yang menipu rakyat, jangankan masuk surga, mencium bau surga saja tidak akan bisa. Inilah ancaman dari Allah swt.

“Tidak seorang hamba pun yang mendapat amanah dari Allah untuk memimpin rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dalam keadaan mengkhianati rakyatnya kecuali Allah haramkan atasnya surga.” (HR. Bukhari)
Menurut Syahrul Fadhli Islami, sosok Irwan Prayitno adalah sosok yang inovator, motivator, kredibel, dan amanah. Untuk itu, Irwan Prayitno masih layak diberikan kepercayaan oleh masyarakat Sumatera Barat untuk melanjutkan kepemimpinannya di Sumatera Barat lima tahun ke depan. Sebab, beda gubernur akan beda lagi program yang akan dilaksanakannya.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 27 September 2015

 

Benarkah Irwan Prayitno Gagal Memajukan Sumbar?

Benarkah Irwan Prayitno Gagal Memajukan Sumbar?

AGAKNYA, kawan diskusi penulis pagi ini sudah mulai galau. Dia mengatakan, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa gagal memajukan Sumatera Barat. Indikasinya terlihat dari angka kemiskinan yang makin bertambah, tidak adanya usaha yang berskala besar, tidak adanya industri padat karya yang menyerap ribuan tenaga kerja, tidak adanya kehidupan malam, dan lain sebagainya.

Benarkah demikian? Jika indikator kemajuan yang dia sebutkan adalah itu, maka penulis pun membenarkan apa yang dia katakan. Namun, kita tentu harus cerdas melihat setiap persoalan yang dikemukakan. Sebab, untuk membangun Sumatera Barat bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Tentunya harus dilihat karakteristik suatu daerah dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga pembangunan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik, sehingga kehidupan masyarakat sejahtera, tetapi tidak merusak tatanan yang telah ada.

“Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nur: 55).
Dalam sebuah diskusi dengan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, pria berkacamata yang akrab disapa Irwan ini mengatakan, dalam membangun Sumatera Barat, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Ketiga hal tersebut harus menjadi pertimbangan dalam membangun Sumatera Barat, kalau tidak maka akan berujung pada kegagalan.

Pertama, geografi. Sumatera Barat terletak di tepi pantai barat Sumatera dan tidak temasuk jalur ekonomi internasional. Sumatera Barat merupakan daerah agraris atau pertanian, namun di sisi lain petani di daerah ini hanya menguasai lahan 1/3 hektar per orangnya. Kondisi lahan pertanian pun berjenjang-jenjang, sehingga tidak bisa memakai sistem mekanisasi. Selain itu, Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, seperti gempa dan tsunami.

Kedua, agama, adat istiadat, dan budaya. Penduduk Sumatera Barat sebagian besar adalah etnis Minangkabau yang menganut agama Islam. Bahkan secara adat, agama Islam adalah agama resmi orang Minangkabau. Jika ada orang Minangkabau tidak beragama Islam maka dianggap bukan lagi orang Minangkabau. Falsafah adat Minangkabau menyatakan, “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” merupakan pedoman hidup orang Minangkabau sehari-hari. Maka, pembangunan yang akan dilaksanakan pun harus berpedoman kepada agama dan adat orang Minangkabau.

Ketiga, karakter orang Minangkabau. Orang Minangkabau tidak mudah puas dengan apa yang dia capai. Dia akan terus berusaha lebih untuk melakukan peningkatan dalam kehidupannya. Orang Minangkabau pun bukan tipikal pekerja kasar, mereka lebih mengandalkan otak ketimbang otot. Makanya, jika mereka sudah berpendidikan tinggi, maka mereka akan jarang pulang ke kampung halamannya untuk bertani, tetapi lebih memilih pekerjaan kantoran atau membangun usaha sendiri.

Tudingan bertambahnya angka kemiskinan selama Irwan Prayitno menjadi Gubernur Sumatera Barat merupakan ungkapan sakit hati dari lawan-lawan politiknya. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, kemiskinan di Sumatera Barat, sejak dipimpin Irwan Prayitno justru mengalami penurunan. Pada tahun 2010 angka kemiskinan 9,44 persen, tahun 2011 sebesar 8,99 persen, tahun 2012 sebesar 8 persen, tahun 2013 sebesar 7,56 persen, dan tahun 2014 sebesar 7,41 persen.
Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat mencatat jumlah penduduk miskin di provinsi itu turun dari 384.100 jiwa pada September 2013 menjadi 354.700 jiwa pada September 2014. Dengan kondisi tersebut, persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 7,6 persen menjadi 6,9 persen. Demikian diungkapkan Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko. (silahkan bacas: BI : Penduduk Miskin Sumbar Berkurang).

Kondisi tersebut mengacu pada hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Sumatera Barat triwulan II 2015. Perbaikan kesejahteraan terjadi baik di masyarakat perkotaan maupun pedesaan tercermin dari sejumlah indikator yaitu menurunnya jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Selama setahun terakhir, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun 17.500 jiwa dan pedesaan turun 11.900 jiwa.

Ini membuktikan, angka kemiskinan di provinsi itu dalam lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Dalam menghitung angka kemiskinan harus menggunakan patokan dari tahun ke tahun pada bulan yang sama sehingga terukur dengan jelas. Sebab, jika dihitung hanya dari bulan tertentu wajar akan terlihat penambahan, namun yang harus diingat angka tersebut sifatnya berfluktuasi. Pada 2010 kemiskinan di Sumbar berdasarkan pendataan Maret 9,50 persen, 2011 9,04 persen, 2012 8,19 persen, 2013 8,14 persen, 2014 7,14 persen dan 2015 tinggal 7,31 persen.

Terkait data BPS yang menyebutkan jumlah penduduk miskin di provinsi itu pada Maret 2015 mencapai 379.609 jiwa atau bertambah 24.871 orang dibandingkan September 2014, persoalan itu harus dilihat secara utuh, karena penghitungan tidak dilakukan dari tahun ke tahun. Ini juga terjadi merata di seluruh Indonesia karena perlambatan ekonomi, namun untuk mengambil kesimpulan per tahun harus dihitung dalam jangka 12 bulan.

Mengenai tidak adanya usaha berskala besar di Sumatera Barat selama Irwan Prayitno menjadi Gubernur Sumatera Barat pun harus dilihat dengan cermat.  Berdasarkan data yang ada, 80 persen pengusaha Sumbar bergerak pada bidang mikro yang modal awalnya dibawah Rp5 juta, 14 persen pengusaha kecil yang modalnya dibawah Rp50 juta, dan 0,8 persen pengusaha menengah yang modalnya di bawah 100 juta. Tidak ada pengusaha besar. Kalau ada orang Minang mengelola usaha besar dan menjadi pengusaha besar, mereka berinvestasi bukan di Sumatera Barat, tetapi di luar Sumbar.
Menurut Irwan Prayitno, di Sumatera Barat tidak mungkin dibangun industri padat karya yang menyerap ribuan tenaga kerja dengan gaji di atas Upah Minimum Regional (UMR). Disamping karakter orang Minang yang tidak suka menjadi buruh kasar, investor pun berfikir ulang untuk berinvestasi pada industri padat karya, karena biaya yang mereka keluarkan sangat tinggi. Mereka akan mengalami kerugian, dan memang semua industri padat karya di Sumbar menemui kegagalan, dan yang tersisa hanya PT Semen Padang. Sementara itu, Sumatex tutup, pabrik triplek kayu, pabrik biskuit juga tutup karena tidak produktif.

Orang Minang lebih suka berindustri dan berdagang sendiri yaitu industri rumahan seperti keripik, rendang, tenun, bordir, songket. Dengan budayanya yang egaliter, orang Minang lebih suka menjadi pemimpin, pengelola, sekaligus pekerja di bisnisnya sendiri. Daripada digaji Rp1,4 juta yaitu UMR Kota Padang dan hidup diatur dari jam 9 pagi sampai 5 sore, orang Minang lebih suka kerja berdagang, membuat produk industri rumahan, atau pekerja dengan skema bagi hasil–bukan upah atau gaji.

Melihat pengalaman industri di Sumatera Barat, Irwan yakin bahwa strategi dan kebijakan yang mengupayakan kemandirian ekonomi harus memperhatikan aspek-aspek budaya dan kebiasaan setempat. Sebab etnik Minang itu modalnya bukan otot, tapi otak. Dengan populasi hanya 5 juta atau 2 persen dari nasional, tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Sumbar adalah 15 persen. Mereka banyak sukses menjadi diplomat, pedagang, pengusaha, dan politisi.

Ini sebabnya untuk Sumbar, Irwan menegaskan bahwa industri yang akan sukses adalah industri kreatif dan industri teknologi informasi komunikasi (TIK), selain industri rumahan. Untuk merealisasikan upaya pengembangan sektor industri kreatif dan TIK, sewaktu menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan merencanakan pembangunan kota industri baru di Padang Pariaman. Dalam hal ini, selaku gubernur waktu itu, ia meminta dukungan dari Pemerintah Pusat lewat Kementerian Perindustrian.
Orang sering membandingkan Sumatera Barat dengan Pekanbaru. Pekanbaru dianggap lebih maju dari Sumatera Barat. Jika kemajuan yang dimaksud adalah kehidupan 24 jam dan banyaknya tempat hiburan, maka Sumatera Barat tidak mungkin seperti itu. Apa sebab? Orang Minang sebagian besar adalah pedagang. Mereka akan menolak, jika di daerah ini dimasukan Alfamart atau yang semacamnya, karena akan memetikan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Apatah lagi tempat hiburan yang berbau-bau maksiat, maka sudah pasti orang Minangkabau akan ribut karena tentu saja tidak sesuai dengan adat dan agama mereka.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 28 September 2015

 

Harapan Lembaga Silek Pauh terhadap Irwan Prayitno

Harapan Lembaga Silek Pauh terhadap Irwan Prayitno

MALAM ini, Senin (28/9/20015), penulis kembali terlibat diskusi menarik dengan Ketua Umum Lembaga Silek Pauh Muhammad Yusuf Rajo Bungsu dan Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang Evi Yandri Rajo Budiman. Diskusi kami bertemakan sejarah, budaya dan silek Pauh (salah satu aliran silat tradisional Minangkabau yang terkenal dengan jurus-jurusnya yang mematikan).

Ketika mendengar nama Pauh, dalam benak Anda mungkin akan langsung tertuju kepada Kecamatan Pauh, salah satu daerah yang termasuk bagian wilayah Kota Padang. Anggapan itu sebenarnya tidak salah, karena nama Pauh memang menjadi nama kecamatan yang daerahnya terdiri dari Kenagarian Pauh V dan Limau Manih. Tetapi, Pauh yang kami bahas dalam diskusi kali ini adalah Pauh Basa Si Ampek Baleh yang daerah kekuasaanya secara adat terdiri dari beberapa dua kenagarian, yaitu Kenagariannya Pauh IX dan Kenagarian Pauh V.

Kedua wilayah kenagarian ini dulunya masuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak 21 Maret 1980 menjadi wilayah administrasi kota Padang. Sebagian besar wilayah Kenagarian Pauh IX masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kuranji, dan sebagian kecil masuk ke dalam wilayah Kecamatan Padang Timur dan Padang Utara. Sedangkan wilayah Kenagarian Pauh V masuk seluruhnya ke dalam wilayah Kecamatan Pauh.

 

Dalam sejarahnya, Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V) merupakan daerah yang tidak pernah menyatakan tunduk kepada penjajah Belanda. Menurut Van Bazel, sejarawan Belanda, antara 1665 dan 1740 tidak kurang dari 20 kali memberontak rakyat Pauh terhadap kekuasaan Belanda. Orang Pauh dianggap sebagai orang-orang pemberani dan ditakuti. Pada tahun 1665 terjadinya perang Rupit, perang Rupit adalah peperangan masyarakat Pauh melawan Belanda. Antara tahun 1665 – 1740 rakyat Pauh selalu memberontak terhadap kekuasaan Belanda.
Walau Kota Pauh selalu dibumi hanguskan oleh Belanda, tetap rakyat kembali dan menyusun pemberontakan dari tanah pusakonya. Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.

Menurut Muhammad Yusuf, Ketua Umum Lembaga Silek Pauh, Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh dikuasai oleh 14 suku berdasarkan pembagian tapian adat, yaitu sembilan di Pauh IX dan lima di Pauh V. Sekitar abad ke-8 M, Pauh Basa Si Ampek Baleh dipimpin oleh seorang raja yang berasal dari Pesisir Selatan atas kesepakatan Kerajaan Pagaruyung dan Kerajaan Indrapura. Raja pertamanya bernama Sutan Firmansyah Datuk Rajo Putih bersuku Melayu. Kuburannya terdapat di Gunung Rajo Kampung Pinang, Kelurahan Lambung Bukit. Setidaknya, ada delapan raja yang ditunjuk untuk berkuasa di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Namun, untuk menggali sejarahnya masih dibutuhkan waktu yang panjang.

Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh sering dikenal melalui Silek Pauh yang merupakan salah satu beladiri perang yang digunakan pandeka-pandeka (pendekar) Pauh melawan penjajah Belanda. Beladiri tradisional ini sudah terkenal di dunia internasional. Tidak hanya dipelajari oleh Anak Nagari Pauh, tetapi juga dipelajari oleh orang dari luar. Di luar negeri, Silek Pauh dipelajari di Belanda, Belgia, Vietnam, Amerika, dan negara lainnya.

 

Bahkan, di Arab Saudi, Silek Pauh pernah diajarkan oleh Inyiak Arang, penghulu suku Koto yang pergi naik haji ke Mekkah. Inyiak Arang pun tidak pernah kembali ke Pauh Basa Ampek Baleh, karena wafat dan dimakamkan di tanah Arab. Sebelum berangkat haji ke Mekkah, Inyiak Arang membangun surau yang kemudian menjadi cikal bakal Mesjid Jamik Pauh di Pasar Ambacang. Karena jasa-jasa Inyiak Arang ini, Arab Saudi pernah membantu pengembangan dan pembangunan surau tersebut senilai US$ 14.000. Bantuan tersebut diberikan sekitar tahun 70-an, ujar Muhammad Yusuf bercerita.
Sekedar diketahui, ujar Muhammad Yusuf lagi, Prabowo Subianto yang merupakan pendekar dari Satria Muda Indonesia (SMI) dan Ketua Umum Partai Gerindra, mengaku kalau gurunya adalah orang Pauh Basa Si Ampek Baleh, yaitu almarhum Darwis Sutan Sulaiman Datuk Rajo Putih. Belanda sendiri mengakui, kalau Darwis Sutan Sulaiman Datuk Rajo Putih adalah grand master silat tradisional Indonesia.

Untuk menggali nilai-nilai sejarah Pauh Basa Ampek Baleh ini, jelas Muhammad Yusuf, tentu hanya dapat dilakukan oleh Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Dorongan pemerintah pun dibutuhkan. Makanya, besar harapan Muhammad Yusuf, jika Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, penghulu suku Tanjung Tapian Ampang Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji terpilih lagi menjadi Gubernur Sumatera Barat pada pilkada 2015 ini.

Jika Gubernur Sumbar adalah Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, maka langkah ke arah itu akan semakin mudah. Dan dia yakin, Irwan akan mau mendorong ke arah itu. Apatah lagi ini terkait dengan sejarah nagari dan kampung halamannya sendiri. Kelalaian Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, menurut Muhammad Yusuf, selama Irwan menjabat gubernur dari 2010 sampai 2015, Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh kurang bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki Irwan untuk menggali kembali nilai sejarah ini. Seakan-akan ada jarak antara Irwan dengan Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh.

 

Muhammad Yusuf tidak meragukan pengkajian nilai-nilai sejarah dan Silek Pauh semakin mudah dilakukan, jika Irwan Prayitno kembali menjadi gubernur. Keyakinan itu semakin besar, mengingat Irwan Prayitno sendiri adalah seorang pemangku adat dan Ninik Mamak Nagari di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Sebagai pemangku adat, Irwan Prayitno memiliki tanggung jawab moral untuk melakukannya.
Saat ini, kata Muhammad Yusuf, Lembaga Silat Pauh terus berupaya melakukan pengkajian, pengembangan, dan pelestarian Silek Pauh. Langkah yang dilakukan adalah dengan menyusun kurikulum Silek Pauh bekerjasama dengan IPSI Kota Padang. Kurikulum Silek Pauh sudah dilaunching oleh Kemenpora Roy Suryo setahun yang lalu. Langkah selanjutya adalah membangun Padepokan Silek Pauh. Rencana ke arah itu sudah dimulai, dimana rencananya Padepokan Silek Pauh tersebut akan dibangun di Gunung Rajo Lambung Bukit, persis di dekat makam raja pertama Pauh Basa Si Ampek Baleh.

Irwan Prayitno diharapkan dapat berperan besar dalam mewujudkan Padepokan Silek Pauh ini. Sebab arti penting keberadaan padepokan ini nantinya adalah sebagai tempat belajar Silek Pauh bagi Anak Nagari Minangkabau. Mereka tidak hanya belajar Silek Pauh secara fisik, tetapi juga akan diajarkan filsafat Silek Pauh, termasuk soal pembinaan aqidah agama. Beberapa perguruan Silek Pauh dari luar negeri, seperti Belanda, Belgia, dan Vietnam juga berencana untuk mendapatkan legalitas dari perguruan-perguruan Silek Pauh yang ada di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Tapi sebelumnya, tentu harus ada wadahnya, berupa Padepokan Silek Pauh.

 

Evi Yandri Rajo Budiman berjanji kepada Muhammad Yusuf untuk membicarakan hal tersebut. Menurutnya, sejarah Pauh Basa Si Ampek Baleh harus digali dan dibukukan, termasuk pelestarian Silek Pauh itu sendiri. Sebagai Ninik Mamak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, Evi Yandri yakin Irwan Prayitno merespon dengan baik wacana tersebut.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

bentengsumbar.com, 29 September 2015

 

Ikhlas Pimpin Sumbar, Dianugerahi Kesehatan oleh Allah SWT

Ikhlas Pimpin Sumbar, Dianugerahi Kesehatan oleh Allah SWT

SECARA bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Pada prinsipnya, ikhlas merupakan keharusan hakiki yang mesti ada dalam diri setiap orang. Ketika ikhlas itu ada, akan kuat dan tangguhlah dirinya. Sebaliknya ketika ikhlas telah hilang, maka akan rapuh dan lemahlah dirinya. Hal itu karena manusia itu sendiri diciptakan dari fitrah. Fitrah itu dalam perkembangan hidup di dunia, tidak selalu suci karena dikotori oleh berbagai faktor eksternal. Semakin kotor fitrah itu, manusia akan semakin lemah dan rapuh sampai pada gilirannya merana dan sengsara. Sebaliknya, bila fitrah itu terus terpelihara, disucikan, dimurnikan, dan dirawat, maka pemiliknya akan semakin kuat, tegak berdiri, dan kokoh. Ikhlas berfungsi memelihara fitrah itu agar terus bersih dan murni.

 

“Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” (Imam Ali ra).
Seorang yang ikhlas dalam melaksanakan pekerjaanya, senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Dalam sebuah kesempatan, penulis pernah bertanya kepada Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, apa sebab dia tidak pernah sakit selama memimpin Sumatera Barat?  Dengan tersenyum dia menjawab, “Kuncinya adalah ikhlas dalam mengemban amanah jabatan.” Irwan mengaku tidak pernah mengeluh selama memimpin daerah ini. Walau tugas seorang kepala daerah cukup berat.

Apatah lagi, sebagai seorang Gubernur Sumbar, hampir seluruh waktunya diluangkan untuk mengurus masyarakat. Seorang Gubernur Sumbar juga harus siap tempur. Mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk membangun Sumbar. Gubernur dalam melaksanakan tugasnya siang dan malam, harus bepergian dari satu daerah ke daerah lain. Bertemu dan melihat kondisi masyarakatnya, meninjau, melaksanakan dan mengevaluasi berbagai program pembangunan di daerah. Gubernur juga harus siap sedia menghadiri undangan acara dan kegiatan berbagai elemen masyarakat.

Tidak jarang, seorang gubernur juga harus pulang balik ke pemerintah pusat, melobi dan menjemput berbagai program pembangunan pemerintah pusat, untuk dapat direalisasikan di daerah. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, kepala daerah rentan menderita kelelahan dan bahkan sampai sakit. Namun, tidak demikian halnya dengan Irwan Prayitno, dia tetap fit dalam setiap kondisi. Sementara ajudan dan sopir yang mendampinginya, meski dengan sistem aplusan, sudah bergiliran sakit dan terpaksa beristirahat total (bed rest).

 

Dalam melaksanakan amanah jabatan sebagai Gubernur Sumatera Barat, tujuan yang hendak dicapai oleh Irwan adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, dia senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha Melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun. Sikap ikhlas ini mengantarkan Irwan terjaga dari apa yang diharamkan Allah swt.
Anda boleh bertanya kepada semua Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), selama menjabat gubernur, Irwan menolak segala bentuk gratifikasi terkait dengan pengurusan izin. Tak hanya itu, dalam setiap pengusulan pejabat, tidak ada uang setoran. Jika ketahuan ada uang setoran, walaupun yang bersangkutan yang terbaik, takkan akan diterima, dan tetap akan diproses sebagaimana mestinya.

Sikap ikhlas akan berbuah manis. Orang yang ikhlas atau mukhlis akan selalu berfikiran positif. Dia tak akan pernah terjebak kepada nafsu amarah, tidak akan terjebak sikap riya, tidak akan terjebak oleh hasad dan dengki. Dia akan selalu berpikiran positif dalam memandang suatu persoalan. Dia akan cenderung memaafkan setiap kesalahan orang kepadanya.

Seorang yang mukhlish akan mengabdi tanpa mempedulikan apakah dia seorang pemimpin pasukan ataukah dia prajurit biasa yang berbeda di garis front paling belakang, selama di dalam memainkan kedua peran itu masih mengharapkan keridhoan sehingga kalbunya tidak dikuasai oleh ambisi untuk menonjolkan diri, membanggakan solidaritas satu korps, ambisi pada kekuasaan serta jabatan dan jenjang tertinggi dalam pos kemiliteran. Dengan kata lain, dalam menjalankan tugas tidak dilatarbelakangi oleh ambisi maupun mengejarnya demi kepentingan pribadinya.

Oleh karena itu, Ibn Hazm menyebutkan bahwa ikhlas ibarat ruh dalam jasad. Jasad akan mati tak bertenaga ketika kehilangan ruh. Itulah maka kenapa para generasi salaf dan para mujahid dapat mengantarkan umat Islam menuju kejayaannya. Karena mereka hidup, memiliki ruh, dan bangkit. Mereka bekerja dan berjuang semata ikhlas lillahi ta’ala. Amal perbuatan mereka bergizi, penuh makna, dan kekuatan, karena ada ruhnya, yaitu ikhlas. Amal yang demikian mengantarkan umat mencapai masa kejayaannya.

 

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan jiwanya dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An Naziat: 40-41). “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi: 28).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 30 September 2015

 

Lebih 840 Kali Kunjungan ke Daerah Selama 5 Tahun

Lebih 840 Kali Kunjungan ke Daerah Selama 5 Tahun

IRWAN Prayitno bukanlah tipe pemimpin yang senang bekerja di depan meja. Sebagian besar waktunya tersita untuk rakyat dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke daerah. Selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, sejak dilantik pada tanggal 15 Agustus 2010 sampai berakhir masa jabatannya pada tanggal 15 Agustus 2015, tercatat lebih dari 840 kali Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa mengunjungi daerah-daerah di Sumatera Barat.

Kebanyakan Irwan berkunjung ke daerah-daerah terisolir yang selama ini belum pernah dikunjungi pejabat lainnya. Seperti daerah Garabak Data di Kabupaten Solok, dan Air Bangis di Kabupaten Pasaman Barat. Tak menunggu waktu lama, setelah daerah yang kaya potensi itu dikunjungi, semua SKPD terkait dikerahkannya, memacu pembangunan di daerah-daerah terisolir tersebut.

 

Dalam doanya, Rasulullah saw memohon kepada Allah swt, “Ya Allah, barangsiapa yang memegang urusan umatku (memimpin rakyat) lalu ia bersikap kejam, maka kejamilah dirinya. Dan barang siapa memegang urusan umatku dan ia bersikap sayang, maka sayangilah dirinya.” (HR Muslim)
Dalam melakukan kunjungan Irwan selalu memiliki energi besar menyambangi rakyatnya. Tak bisa dengan kendaraan, terkadang dia berjalan kaki. Tak bisa dengan mobil dinas, terkadang Irwan menggunakan motor trabas. Tak bisa jalan darat, jalan laut dan sungai pun ditempuhnya. Tak jarang, air mata rakyat meleleh ke pipi ketika disapa Irwan dalam setiap kunjungannya. Betapa tidak, sebagai rakyat kecil yang belum pernah ditegur sapa, apatah lagi disalami pejabat setingkat gubernur, membuat rakyat terharu, dan meluapkan keharuannya tersebut dengan air mata.

Mereka selama ini merasa tidak pernah “merdeka”, dalam artian sering terabaikan dari segi pembangunan. Mereka selama ini seakan hidup bak anak piatu, tanpa bapak yang mengayomi. Mereka bak hidup sebatang kara, karena pejabat yang semestinya membuat mereka bahagia dan tersenyum, justru menangis karena tingkah polah yang mereka benci: hidup mewah, doyan korupsi, doyan

menambah istri, benggo terpasang lengkap dengan dasi, dan sering membawa pengawal kemana pergi, seakan ada jarak antara mereka dengan rakyatnya sendiri.

 

Irwan menghapus image tersebut. Dia tampil sederhana, baju yang dikenakan merupakan baju rakyat kebanyakan. Dia merupakan pejabat yang tidak suka bermewah-mewahan, tampil apa adanya, makan seenaknya, di warung nasi pinggiran jalan pun jadi. Tak jarang dalam setiap kunjungannya, dia makan bersama dengan rakyat, ngopi di warung bersama mereka, berbagi cerita tentang kehidupan.
Dalam setiap kunjungannya, Irwan menghindari penyambutan formal. Tak perlu disambut dengan tari gelombang segala, karena dia bukanlah tipikal pemimpin yang selalu menjaga wibawa semu di mata rakyatnya. Kadang kedatangannya hanya disambut di tanah lapang, kadang disambut di bawah rumpun pisang, saat berkunjung ke sawah ladang. Kadang disambut di pinggir kolam saat memberikan bantuan bibit ikan. Makanan pun tak usah dihidangkan mewah-mewah, karena sebagai orang Kuranji, perutnya terbiasa makan gulai cubadak, makanan orang kebanyakan.

Hebatnya lagi, Irwan tak suka dikawal berlebih-lebihan dalam setiap kunjungannya. Dia ingin tidak ada batas antara dirinya dengan rakyat. Hanya tiga orang yang selalu mengiringi kunjungannya; satu orang sopir, satu orang ajudan, dan satu lagi staf kepercayaan. Selebihnya hanyalah pejabat teknis yang terkait dengan tema daerah kunjungan. Jika dia mengunjungi masyarakat dalam rangka memberikan bibit ikan, maka yang diajak adalah pejabat Dinas Perikanan dan Kelautan. Pejabat yang tidak berkepentingan tak usah ikut, karena mereka masih banyak memiliki tanggung jawab pekerjaan yang harus diurus dan dirunut.

 

Seringkali rakyat tidak tahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan seorang gubernur, orang nomor satu di daerah mereka. Jangankan rakyat, pejabat setingkat camat pun ragu, apa benar pemuda yang kurus murah senyum ini gubernur? Kalau iya, mana benggo dan atribut lainnya? Ya, Irwan memang tidak suka memakai benggo kemana pergi, tak pula suka memakai dasi. Baginya, cukup SK sebagai Gubernur Sumatera Barat dari sang Presiden RI. Atribut lainnya hanya dipakai jika memang diharuskan, seperti mendampingi presiden dan menteri.
Irwan tipikal pejabat yang setia dengan istri. Sampai saat ini, belum terdengar oleh kita Irwan beristri lagi. Walau anak 10 dan membutuhkan biaya yang sangat besar dalam mengurus keluarga, sampai detik ini, belum pernah kita dengar, Irwan diterpa isu korupsi. Istri dan anak-anaknya malah memakai fasilitas kendaraan pribadi. Mereka tidak suka memakai kendaraan dinas plat merah, karena mereka tahu, semua fasilitas itu diberikan negara kepada suami dan ayah mereka untuk mengurus rakyat, bukan untuk acara keluarga. Apatah lagi membawa kendaraan dinas ke kebun milik pribadi, mobil rusak, pemda ditagih orang dengan kwitansi, itu jauh dari sikap hidup mereka yang taat menjalankan agamanya.

Itulah sekelumit cerita tentang Irwan Prayitno yang selama menjabat Gubernur Sumatera Barat melakukan kunjungan 840 kali lebih ke daerah. Dan walau pun sibuk dengan berbagai kunjungan tersebut, yang rata-rata seminggu 3-4 kali, Irwan masih diberi kesehatan. Tidak pernah sakit dalam mengemban amanah jabatan. Kuncinya adalah ikhlas, menurut Irwan. Sikap ikhlas akan berbuah manis. Orang yang mukhlis akan selalu berfikiran positif.

Dia tak akan pernah terjebak kepada nafsu amarah, tidak akan terjebak sikap riya, tidak akan terjebak oleh hasad dan dengki. Dia akan selalu berfikiran positif dalam memandang suatu persoalan. Dia akan cenderung memaafkan setiap kesalahan orang kepadanya. Sebab ikhlas mendatangkan energi positif yang menggerakan semua persendian. Itulah rahasia energi terbesar Irwan tetap sehat menjalankan amanah jabatan, sehingga dia mampu berkunjung ke daerah-daerah di luar kemampuan pejabat kebanyakan.

 

“Kembangkan sifat kasih sayang dan cintailah rakyatmu dengan lemah lembut. Jadikanlah itu sebagai sumber kebijakan dan berkah bagi mereka. Jangan bersikap kasar dan jangan memiliki sesuatu yang menjadi milik dan hak mereka.” (Imam Ali ra)
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 30 September 2015

 

Irwan Prayitno Pemimpin yang Demokratis

Irwan Prayitno Pemimpin yang Demokratis

BERMACAM-macam pendapat ahli untuk mengartikan siapa yang dimaksud pemimpin itu. Tergantung sudut pandang yang mereka gunakan. Namun, pada dasarnya dapat ditarik kesimpulan, bahwa pemimpin itu adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Maka pemimpin dapat dikatakan sebagai seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi atau zaman, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbung bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakan bawahan kearah tujuan tertentu.

 

“Sesungguhnya Aku (Allah) akan menciptakan khalifah (pemimpin) di muka bumi…” (QS. Al Baqarah: 30). “Sesungguhnya pemimpin kalian hanyalah Allah dan Rasul-nya serta orang-orang Mukmin yang mendirikan sholat, dan memberikan zakat ketika dalam keadaan rukuk.” (QS. Al Maidah: 55).
Ketika suatu masyarakat membutuhkan seorang pemimpin, maka seorang yang paham akan realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut. Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang sesungguhnya. Watak manusia yang bermasyarakat ini merupakan kelanjutan dari karakter individu yang menginginkan perkembangan dirinya menuju pada kesempurnaan yang lebih.

Dalam realita kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, banyak tipe kepemimpinan yang kita lihat, dan jika kita rumuskan, akan bermuara kepada empat tipe, yaitu; Otoriter (Auhoritarian), Laizess Faire (gaya kepemimpinan yang bebas), Pseudo-Demokratis (gaya kepemimpinan otoriter, tetapi seolah-olah demokratis), dan demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.

Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sebaliknya, kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab:21).
Jika dilihat dari tipe-tipe kepemimpinan tersebut dan dengan mempelajari rekam jejaknya selama lima tahun memimpin Sumatera Barat, maka Irwan Prayitno termasuk pemimpin yang demokratis. Ciri-ciri pemimpin yang demokratis tersebut setidaknya juga dimiliki Irwan Prayitno.

Pertama. Wewenang pimpinan tidak mutlak, yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan, bukan sebagai bentuk intervensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah, Dalam menentukan kebijakan yang diambil, Irwan Prayitno selaku gubernur selalu bermusyawarah dengan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sudah menjadi kebiasaan Irwan dalam setiap rapat-rapat staf yang dia pimpin, dia akan membuka rapat tersebut, dan meminta Kepala SKPD untuk bicara sesuai tema. Dia selalu mendengarkan sumbang saran mereka, lantas baru kemudian diakhir rapat menyimpulkan tindakan yang akan diambil.

Kedua. Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan. Dalam hal ini, semua keputusan tidak bergantung pada Irwan semata. Bawahan memiliki wewenang untuk membuat keputusan, namun masih berada dalam batas sewajarnya. Masing-masing SKPD memiliki otoritas dan wewenang. Misalnya dalam menentukan pejabat eselon III dan IV di SKPD tersebut, semuanya adalah usulan Kepala SKPD. Jika persyaratannya sudah cukup dan sudah melalui Badan Pertimbangan Jabatan (Baperjakat), maka Irwan tinggal mengeluarkan SK jabatan dan melantik mereka.

Ketiga. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. Setiap keputusan yang diambil tidak mutlak berasal dari Irwan, namun telah dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama Sekda dan Kepala SKPD. Semua kebijakan yang dilahirkan dibuat secara bersama antara Irwan selaku gubernur dengan Sekda, dan Kepala SKPD. Komunikasi antara gubernur dan Sekda serta Kepala SKPD berlangsung dengan baik, tanpa adanya rasa takut atau canggung karena jabatan. Prakarsa suatu kegiatan yang bermanfaat tidak hanya berasal dari Irwan, tetapi juga dari Sekda dan Kepala SKPD, mereka diberikan hak yang seluas-luasnya untuk memprakarsai sesuatu yang berdampak positif bagi pemprov tersebut.

 

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. As Syuura: 38).
Keempat. Pengawasan dilakukan secara wajar. Sebagai gubernur, Irwan tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over protective, sehingga tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan kegiatannya, bawahan pun menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan atasannya. Pengawasan dilaksanakan secara bersama-sama, tak jarang Irwan melakukan sidak ke beberapa SKPD dalam rangka pengawasan ini.
Kelima. Pujian dan kritik seimbang. Sebagai pemimpin, Irwan selalu saling memuji atau mengkritik bawahannya. Kedua-duanya berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan. Irwan pun mendorong prestasi bawahan dengan melakukan inovasi di SKPD yang dipimpinnya. Sehingga, selama lima tahun memimpin Sumatera Barat, Irwan berhasil membuat Kepala SKPD berprestasi di bidangnya. Masing-masing SKPD menjadi penyumbang penghargaan. Hampir 204 penghargaan yang diraih Pemprov Sumatera Barat selama kepemimpinan Irwan.

Keenam. Memperhatikan perasaan bawahan. Irwan bertindak sebagai pemimpin yang mengayomi bawahannya, sehingga dia mengerti apa masalah yang ada pada bawahan, dan dapat mengambil kebijakan dengan segera. Irwan tipikal pemimpin yang tidak mau menzalimi orang, sehingga selama menjabat gubernur, dia tidak seenaknya mencopot seseorang dari jabatannya. Hanya dua kali Irwan menonjobkan pejabat setingkat eselon II, itu pun karena alasan yang sangat fatal agar program dan kegiatan berjalan di SKPD tersebut.

Ketujuh. Tanggung jawab dipikul bersama. Dalam manajemen kepemimpinannya, selaku gubernur, Irwan saling bekerja sama dengan bawahannya dalam mencapai tujuan. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai pun terjalin erat antara Irwan dengan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata, beberapa orang Kepala SKPD yang penulis temui mengatakan, mereka nyaman selama dipimpin Irwan. Mereka tidak sedikit pun merasa resah karena takut diganti, atau dimintai setoran yang macam-macam oleh Irwan.

 

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maa´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 30 September 2015

 

Irwan Prayitno dan Gempa 30 September 2009

Irwan Prayitno dan Gempa 30 September 2009

ENAM tahun lalu, Ranah Minang berduka. Air mata membasahi pipi, pekikan Allahu Akbar terdengar histeris, orang-orang berlari kian kemari tak tentu arah. Sebagian besar warga Kota Padang yang tinggal di tepi pantai, mengungsi ke arah Pauh, Kuranji dan dataran tinggi lainnya di Kota Padang.

Penulis masih ingat, pada hari itu, beberapa orang warga dari Lubuk Buaya Koto Tangah mengungsi ke rumah orang tua penulis di Surau Cangkeh Tampat Durian, Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji, pada malam harinya. Mereka terdiri dari satu rumpun keluarga. Untuk sampai ke rumah orang tua penulis, mereka mengendarai satu unit truk. Tak hanya mereka yang mengungsi, tetapi bersama mereka juga dibawa mayat salah seorang keluarganya yang wafat siang harinya. Besok paginya, baru diurus proses pemakaman si mayat tersebut.

 

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa:79).  “Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” (QS. Al An’aam: 64).
Gempa bumi dahsyat pada tanggal 30 September 2009 tidak akan pernah terlupakan bagi masyarakat Sumatera Barat, terutama korban gempa. Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tersebut terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang.

Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan.

Irwan Prayitno Datuk Rajo Basa dilantik menjadi Gubernur pada tanggal 15 Agustus 2010, menggantikan Marlis Rahman. Menjadi Gubernur Sumatera Barat pascagemba 30 September 2009, membuat Irwan harus menguras otak untuk membenahi Ranah Minang yang luluh lantak tersebut. Jika mengandalkan APBD yang pada saat itu hanya sebesar Rp1,6 triliun, tentulah tidak mungkin. Tentulah dibutuhkan langkah strategis dan program prioritas dalam rangka mengembalikan Ranah Minang seperti sedia kala.

 

Langkah pertama yang dilakukan Irwan adalah melakukan rehab rumah warga yang rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Sekitar 279.432 rumah warga harus segara direhab. Seiring dengan itu, sarana prasarana publik pun harus juga direhab, seperti jalan dan jembatan, rumah sakit, pasar, sarana ibadah dan sarana publik penting lainnya. Bagi Irwan, rumah warga dan sarana publik yang rusak terkena gempa harus segara direhab. Dia tidak mengutamakan rehab kantor pemerintah dan kantor gubernur.
Rehab dan pembangunan kembali kantor pemerintah baru dilakukan setelah rumah warga dan sarana publik tadi selesai dikerjakan. Baru kemudian dilakukan retrofit dan pembangunan kembali Rumah Bagonjong yang merupakan kantor Gubernur Sumatera Barat. Irwan pun membatalkan rencana rehabilitasi rumah dinas gubernur dan wakil gubernur yang sudah terlanjur dianggarkan pada tahun 2010.

Pasca gempa hingga berakhirnya masa jabatan sebagai gubernur, Irwan masih berkantor di rumah. Setelah pembangunan escape building pada tahun 2014, Irwan juga tidak mau menempati ruangan yang disediakan untuknya. Hal ini dilakukannya, setelah melihat kondisi pegawai pemprov berdesak-desakan berkantor sementara di aula kantor gubernur, Irwan memutuskan tidak jadi menempati kantor yang baru tersebut, sebagai ganti ia menyuruh tiga SKPD menempati kantor baru tersebut, pindah dari aula. Irwan tetap berkantor sementara di rumah dinas. Meski rumah yang ia tempati saat ini sudah banyak yang bocor dan kropos dimakan rayap.

Ini semua dilakukan Irwan, semata-mata amanah jabatan yang dia sandang. Irwan paham betul, sebagai pemimpin dari partai Islam, ajaran agamanya mewajibkan mendahulukan penyelesaian warga korban gempa, ketimbang fasilitas kantor bagi dirinya dan pejabat Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Islam sebagai agama wahyu mengajarkan agar pemikul amanah melaksanakan amanah tersebut dengan baik. Jika tidak, maka azab Allah swt akan ditimpakan kepada penerima amanah tersebut. Jangankan masuk surga yang akan diharap, bau surga saja Tuhan enggan memberikan. Begitulah ketentuan Islam bagi pemimpin yang melalaikan amanahnya.

 

Belakangan, kebijakan Irwan tidak mendahulukan pembangunan kantor gubernur, dan lebih memilih di rumah dinas dalam komplek Istana Gubernur Sumbar, menuai kritikan tajam dari lawan-lawan politiknya. Apatah lagi dalam suasana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat, isu tersebut dijadikan bahan black campaign (kampanye hitam) oleh lawan-lawan politiknya.
Para pengkritik Irwan lupa, kerja keras dan profesional Irwan bersama jajarannya serta segenap stake holders dalam penanganan gempa mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat yaitu mendapat empat penghargaan sekaligus: Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Tanggap Darurat,Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Rehab Rekon Pascabencana, Terbaik II Kategori Akuntabilitas Bidang Kebencanaan dan Terbaik III Bidang Mitigasi. Penghargaan ini diterima pada tahun 2011. Pada tahun 2013 diperoleh lagi penghargaan Rehab Rekon Tercepat. Sumbar berhasil menyelesaikan rehab rekon sebanyak 197.636 rumah masyarakat yang menelan dana sebesar Rp2,714 triliun dengan tepat waktu.

Bahkan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif waktu itu mengatakan bahwa Sumatera Barat patut dijadikan contoh bagi daerah lain dalam pelaksanaan penanganan pascabencana.  Beliau juga mengatakan Pemerintah Pusat tidak ragu-ragu mengucurkan dana dalam jumlah besar ke Sumatera Barat, karena yakin dana tersebut pasti dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan bisa dipertanggung jawabkan. Untuk diketahui, Pemerintah Pusat mengucurkan dana sebesar Rp 2,7 triliun lebih untuk rehab rekon Sumatera Barat.

 

“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik (dan bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS. Al-A’raaf:168).  “Dan demi sesungguhnya! kalau Kami memberinya pula kesenangan sesudah bencana, tentulah ia akan berkata: “Telah hilang lenyaplah dariku segala bencana yang menimpaku”. Sesungguhnya ia (dengan kesenangannya itu) riang gembira, lagi bermegah-megah (kepada orang ramai).” (QS. Hud: 10). 

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Salah Seorang Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 30 September 2015

 

Irwan Prayitno Seorang yang Berkepribadian Tawadhu

Irwan Prayitno Seorang yang Berkepribadian Tawadhu

SAYA secara langsung ketemu, bicara, diskusi dengan sosok Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Psi, Msc, mungkin relatif baru. Sebagai rakyat Sumbar, sudah pasti saya sangat tahu dengan pak Irwan Prayitno, karena beliau adalah Gubernur kami.

Selama ini saya tidak begitu “kenal” dengan beliau, bahkan ada nada-nada dan irama-irama sumbang dari beberapa orang terhadap kepribadian beliau. Jujur, saya juga agak  terpengaruh. Keterpengaruhan ini bukan tak beralasan, sebab yang bicara kepada saya bukanlah orang-orang sembarangan, tetapi adalah tokoh-tokoh Sumbar yang saya hormati. Tak adil, memang, karena saya hanya mendengar sepihak.

 

Namun dalam beberapa waktu belakangan ini, setelah instens berkomunikasi dengan beliau, saya terkesima denga sifat-sifat beliau yang jujur yang harus saya akui, jarang ditemukan dari berbagai pembesar negeri. Apa yang selama ini saya dengar, ternyata bertolak belakang dengan apa yang ada. Ternyata seorang Irwan Prayitno adalah karakter orang yang tawadhu.

 

Karakter positif orang beriman antara lain adalah tawadhu (rendah hati). Pak Irwan Prayitno (IP) tidak menganggap dirinya hebat dan memandang sebelah mata orang lain. Tawadhu adalah amalan hati yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, tak mudah patah hati bila tak dipuji dan pandai memelihara hatinya, cermat dan bersungguh-sungguh mendengar pendapat orang lain, pandai berterima kasih dan mengucapkan terima kasih, terbiasa menghargai pendapat, upaya, jerih payah, karya orang lain atau mitra kerjanya, tidak pendendam dan berperilaku pemaaf.

Bagi saya, Pak IP tidak mau mengklaim suatu sukses sebagai miliknya, walau besar andil dan perannya. Keberhasilan kerja bagi beliau tidaklah dinilai dari pujian dan penghargaan yang diraih. Saya melihat, pak IP akan terus bekerja, berkarya dan tidak berhenti dengan atau tanpa pujian atau penghargaan dari manapun jua. Beliau-pun tidak menganggap dirinya paling berperan atau berjasa dalam suatu amal usaha.

 

Bila ada orang memujinya, ia menyebut itu semata-mata berkat pertolongan Allah dan kerjasama semua pihak. Beliau tidak ingin menyakiti hati mitra kerjanya, teman-temannya, sahabat-sahabatnya. Sungguh suatu suri tauladan yang nyata tentang tawadhu. Seorang IP dengan pribadi tawadhu-nya,  tak akan jera mengukir prestasi dan memancangkan asa demi kemuliaan hakiki semata-mata demi keridhoan Allah semata.
Pak IP terjauh dari sifat tinggi hati, sombong dan takabur. Pribadi yang tinggi hati selalu meremehkan orang lain, jarang memberikan apresiasi terhadap karya orang lain, serta enggan mengucapkan terima kasih, apalagi meminta maaf bila bersalah.

Al Quran mencela orang yang menganggap dirinya paling benar dan suci, orang lain bersalah dan berdosa. Menjadi pribadi yang tawadhu tidak menjadikan seseorang hina di mata orang lain. Allah SWT sendiri yang akan mengangkat derajatnya.

Rasulullah saw., bersabda, “Tidaklah seseorang itu bersikap tawadhu’ kepada Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
Selamat berjuang… Semoga sukses selalu buat pak IP. Insya Allah. Amin.

Ditulis Oleh:
Jasman
Warga Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 1 Oktober 2015

 

Gubernur yang Dilantik di Garasi Mobil Dewan

Gubernur yang Dilantik di Garasi Mobil Dewan

SEBAGAI Sekretaris Tim Relawan Anak Nagari IP-MK waktu itu, penulis memang cukup dekat dengan Irwan Prayitno. Administrasi Tim Relawan Anak Nagari memang berada di tangan penulis dan Kepala Sekretariat Tim Zulhendri Ismet Rajo Bungsu. Ketua Tim Relawan Anak Nagari dipercayakan kepada Arbain Rajo Indo Lawik.

Dan kami memang disibukkan dengan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mensukseskan IP-MK sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015. Termasuk mengawal sampai proses pelantikan selesai dilaksanakan. Salah satu tugas utama kami dalam proses pelantikan adalah mendistribusikan undangan pelantikan gubernur yang diserahkan panitia pelantikan kepada Irwan Prayitno.

Penulis masih ingat, suatu pagi penulis diminta oleh Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa untuk menanti kedatangan Protokoler Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang dipimpin langsung oleh Kepala Biro Humas dan Protokoler Surya Budhi di rumah orang tuanya yang terletak di Taratak Paneh. Maksud kedatangan mereka adalah menjemput Irwan untuk mengikuti prosesi pelantikan sebagai Gubernur Sumatera Barat. Penulis pun mempersilahkan Surya Budhi untuk menunggu beberapa saat, sebab Irwan masih berpakaian.

Sebelum berangkat menuju DPRD Sumbar, Irwan Prayitno masih sempat berpesan kepada penulis. “Pilkada sudah usai, hari ini saya dilantik sebagai gubernur. Tugas Anda dan teman-teman lainnya adalah merangkul semua elemen Anak Nagari yang bergesekan pada saat pilkada berlangsung. Kekompakan antara kita sesama Anak Nagari harus dirajut kembali. Saya tidak menyalahkan mereka yang tidak mendukung saya pada saat pilkada kemaren, karena dalam proses berdemokrasi, perbedaan itu sah-sah saja, namun jangan sampai tercipta perpecahan karena perbedaan dukungan dan pilihan.”
Pelantikan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa sebagai Gubernur Sumatera Barat terbilang unik. Betapa tidak, ia dilantik pada tanggal 15 Agustus 2010 di bekas ruangan garasi mobil DPRD Sumatera Barat karena gedung utama rusak berat akibat gempa 30 September 2009. Sebagaimana diketahui, gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009, telah meluluhlantakan Sumatera Barat.

Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah terparah yang merasakan akibat hantaman gempa bumi tersebut. Banyak gedung pemerintahan, baik milik Pemerintah Kota Padang maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang rusak parah. Rumah-rumah penduduk, hotel-hotel, rumah sakit, sekolah, jalan dan jembatan banyak yang rusak. Termasuk gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat, sehingga ketika pelantikan gubernur, ruangan utama pada gedung tersebut tidak bisa dipakai. Terpaksalah garasi mobil dewan disulap menjadi lokasi acara prosesi pelantikan.

Walau pelantikan dilakukan di garasi mobil dewan, namun pelantikan berlangsung khidmat yang dipimpin Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mewakili Presiden RI pada waktu itu. Undangan yang hadir pun terlihat antusias mengikuti jalannya pelantikan tersebut. Pelantikan tidak hanya dihadiri oleh anggota dewan, pejabat, keluarga, tamu dari pusat, dan undangan penting lainnya, namun juga dihadiri oleh teman-teman Irwan Prayitno dari Malaysia dan negara lainnya. Mereka khusus datang untuk menyaksikan pelantikan Anak Nagari Kuranji Pauh Basa Si Ampek Baleh tersebut sebagai gubernur. Pelantikan tersebut dianggap sakral, karena sejak saat itu Irwan Prayitno resmi diberi amanah untuk memimpin Ranah Minang.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa: 58). “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qhashash: 27). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfaal: 27).
Amanah jabatan pertama yang dilaksanakan Irwan Prayitno usai dilantik adalah memulihkan kondisi Sumatera Barat pasca gempa bumi 30 September 2010. Gempa bumi menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat.

Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar menyebutkan, fasilitas perkantoran yang rusak terdapat 442 unit, sarana prasarana pendidikan 4.748 unit, kesehatan 153 unit, jembatan 68 unit, pasar 58 unit, dan tempat ibadah 2.851 unit.

Langkah pertama yang dilakukan Irwan adalah melakukan rehab rumah warga yang rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Sekitar 279.432 warga harus segera direhab. Seiring dengan itu, sarana prasarana publik pun harus juga direhab, seperti jalan dan jembatan, rumah sakit, pasar, sarana ibadah dan sarana publik penting lainnya. Bagi Irwan, rumah warga dan sarana publik yang rusak terkena gempa harus segara direhab. Dia tidak mengutamakan rehab kantor pemerintah dan kantor gubernur.

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72).

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Bentengsumbar.com, 2 Oktober 2015

Irwan Prayitno dan Sumbar Bangkit

Irwan Prayitno dan Sumbar Bangkit

MASING-MASING periode kepemimpinan di Sumatera Barat berhasil menorehkan prestasinya. Gubernur legendaris Harun Zain (1966-1977) yang menggantikan Gubernur Kaharudin Datuk Rangkayo Basa (1958-1965) dianggap berhasil mengembalikan kepercayaan diri dan harga diri orang Minang yang redup pasca pergolakan PRRI yang ditumpas pemerintah pusat dengan operasi militer. Selama 11 tahun menjadi gubernur, Harun Zain berhasil mengubah Sumatera Barat dari negeri yang porak-poranda akibat perang saudara menjadi salah satu provinsi termaju di Indonesia.

Gubernur Azwar Anas (1977-1987) yang menggantikan Harun Zain tak kalah kharismatik. Dia berhasil memimpin “Ranah Minang” dengan meraih penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha, diserahkan langsung oleh Presiden Soeharto di Istana Negara pada 22 Agustus 1984. Azwar Anas lantas dipromosikan menjadi Menteri Perhubungan pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Parasamya Purnakarya Nugraha adalah penghargaan negara tertinggi yang diberikan kepada daerah yang dinilai berhasil melaksanakan pembangunan dalam skala nasional.

 

Sedangkan, Gubernur Hasan Basri Durin (1987-1997) memperkenalkan konsepsi pembangunan pedesaan pada masa jabatan yang pertama, serta merancang dan melaksanakan konsep outward looking (menoleh keluar) untuk masa jabatan lima tahun kedua. Mendorong investasi dan membuka kesempatan kerja secara signifikan. Di bawah kepemimpinan HBD Sumatera Barat kembali meraih prestasi terbaik nasional: Prayojana Krya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha Pelita V (1994). Satu-satunya pula provinsi di luar Jawa yang meraih bukti keberhasilan ini.
Gubernur Zainal Bakar (2000-2005) yang menggantikan Gubernur Muchlis Ibrahim (1997-1999), walaupun hanya menjabat satu periode, cukup banyak juga lekat tangannya. Di antaranya, menuntaskan pembangunan Bandara Ketaping (kini Bandara Internasional Minangkabau), memulai pembangunan fly over Kelok Sembilan, mambangun jalan dua jalur Tabing – Duku, dan sejumlah proyek lainnya.

Sementara itu, Gamawan Fauzi (2005-2009), Gubernur Sumatera Barat pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Ia berhasil menjadikan Sumatera Barat sebagai embarkasi haji, merintis pembangunan Masjid Raya, membuka jalur alternatif Padang – Bukittinggi dengan membuka jalur Sicincin – Malalak, meneruskan pembangunan Kelok Sembilan, serta menyelesaikan fly over Padang By Pass ke BIM. Gamawan Fauzi kemudian digantikan oleh Gubernur Marlis Rahman (2009-2010) karena diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Dalam Negeri.

Untuk periode 2010-2015, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa terpilih sebagai Gubernur Sumatera Barat mengalahkan Marlis Rahman dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2010. Irwan dilantik pada tanggal 15 Agustus 2010 dan resmi menjadi gubernur ke sembilan Sumatera Barat. Suasana pelantikan Irwan berlangsung sederhana, bertempat di garasi mobil gedung DPRD Sumatera Barat. Ia diambil sumpahnya sebagai gubernur oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di saat Sumatera Barat berada dalam kondisi hancur akibat gempa bumi 30 September 2009.

 

Tentunya kita dapat membayangkan, tugas berat yang dipikul Irwan Prayitno. Di tengah kondisi APBD Sumbar yang minus, Sang Datuk dari Pauh IX Kuranji tersebut harus memulihkan kondisi Ranah Minang yang hancur akibat gempa bumi 30 September 2009. Padahal, gempa 2007 masih dirasakan dampaknya oleh warga Sumatera Barat yang tinggal dikawasan “darek”. Apatah lagi, tragedi gempa 30 September 2009 tidak dinyatakan sebagai bencana nasional. Alamat bantuan dana APBN akan sulit dikucurkan untuk memulihkan kondisi yang porak poranda tersebut.
Kerugian akibat gempa bumi 30 September tahun 2009 adalah Rp21 triliun, sebagaimana disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan korban tewas 1.117 jiwa. Korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sekitar 279.432 penduduk mengalami kerusakan, di mana 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar menyebutkan, fasilitas perkantoran yang rusak terdapat 442 unit, sarana prasarana pendidikan 4.748 unit, kesehatan 153 unit, jembatan 68 unit, pasar 58 unit, dan tempat ibadah 2.851 unit.

Sumbar tak hanya hancur secara fisik, tetapi mental masyarakat pun down. Ini dibuktikan banyaknya warga yang eksodus ke luar Sumatera Barat, terutama warga Tionghoa keturunan di Pondok, Padang. Warga yang tinggal di tepi pantai pun eksodus ke dataran tinggi, misalnya yang tinggal sepenjang pantai Padang banyak yang pindah Kuranji, Pauh, dan daerah lainnya. Aset-aset warga yang bermukim di kawasan pantai dan dibangun miliaran rupiah jatuh harganya.

Ketakutan warga untuk bermukim di tepi pantai semakin bertambah dengan adanya isu tsunami megathrust yang akan menenggelamkan pemukiman di sepanjang pantai barat Sumatera. Warga pun menjual aset mereka dengan harga yang rendah dan membangun kehidupan yang baru di kawasan yang lebih tinggi. Sebaliknya, warga yang cerdas membeli aset di kawasan pantai dan kemudian membangunnya kembali pasca gempa 30 September 2009. Kebanyakan yang membeli adalah warga keturunan Tionghoa. Saat ini, gedung-gedung megah, hotel, dan perkantoran sudah berdiri berjejeran, tak jauh dari kawasan pantai.

 

Kondisi perekonomian Sumatera Barat terpuruk, banyak pengangguran dan kemiskinan bertambah banyak. Hotel-hotel banyak yang rusak, dunia pariwisata hancur, tingkat kunjungan turis merosot. Jalur penerbangan dari Singapura putus, jumlah penerbangan pun menukik tajam. Apalagi Sumatera Barat dikenal sebagai daerah supermarket bencana. Banjir, longsor, letusan gunung merapi, abrasi pantai, galodo, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, kemarau panjang, kabut asap pernah terjadi. Kondisi ini diperparah dengan gempa dan tsunami Mentawai yang terjadi pada 25 Oktober 2010 dengan 7,7 skala richter. Karena itu penanganan pembangunan di Sumatera Barat perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi kebencanaan tersebut.
Irwan Prayitno membawa Sumbar bangkit dari keterpurukan tersebut. Di tengah minusnya APBD Sumatera Barat pada tahun 2010, ditambah belum adanya rehab rekon gempa 30 September 200 dan baru pada bulan Oktober 2010 rehab rekon dilakukan. Usai membangun kembali 197.751 rumah masyarakat yang luluhlantak akibat gempa, secara bertahap dimulai pembangunan sarana publik dan kantor pemerintah yang rusak akibat gempa. Sudah puluhan gedung pemerintah yang dibangun ulang, retrofit (penguatan struktur), dan direhab dalam rentang waktu 2011-2015.

Sejak Oktober 2010 sampai Desember 2014, tercatat 18 gedung  telah selesai dibangun dengan anggaran Rp584,97 miliar. Di antaranya adalah pembangunan escape building Rp59,36 miliar, kantor Bappeda Rp24,12 miliar, Pasar Raya Padang Rp65,94 miliar, RSUP M Djamil Padang Rp75,36 miliar, gedung Mapolda Sumbar Rp147,36 miliar, Kejati Rp49,37 miliar, gedung Badan Perpustakaan dan Arsip Rp31,10 miliar, Dinas Peternakan Rp18,80 miliar, Dinas Prasjaltarkim Rp82,62 miliar, dan gedung LKAAM Rp11,06 miliar. Sedangkan rehab gedung dilakukan pada 36 gedung dengan biaya Rp71,24 miliar.

Dari periode Agustus 2010 – Desember 2014, mulai dari kantor DPD KNPI Sumbar, gedung wanita Rohana Kudus, kantor Inspektorat Sumbar, terakhir retrofit tiga gedung senilai Rp66,02 miliar, masing-masing terhadap kantor Gubernur Sumbar dengan biaya Rp26,24 miliar, lalu gedung Diklat Sumbar dengan biaya Rp4,612 miliar dan kantor DPRD Sumbar menelan biaya Rp35,17 miliar. Setelah hampir seluruh gedung pemerintahan dibangun, terhitung mulai tahun 2015 ini, Pemprov Sumbar mulai membangun gedung-gedung baru sesuai program pembangunan jangka menengah (RPJMD).

 

Kerja keras dan profesional, serta saling bahu membahu multi stake holders ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Pusat yaitu mendapat empat penghargaan sekaligus: Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Tanggap Darurat,Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Rehab Rekon Pascabencana, Terbaik II Kategori Akuntabilitas Bidang Kebencanaan dan Terbaik III Bidang Mitigasi. Penghargaan ini diterima pada tahun 2011. Pada tahun 2013 diperoleh lagi penghargaan Rehab Rekon Tercepat. Sumbar berhasil menyelesaikan rehab rekon sebanyak 197.636 rumah masyarakat yang menelan dana sebesar Rp 2,714 triliun dengan tepat waktu.
Dalam sambutannya, berkali-kali Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif mengatakan bahwa Sumatera Barat patut dijadikan contoh bagi daerah lain dalam pelaksanaan penanganan pascabencana.  Beliau juga mengatakan Pemerintah Pusat tidak ragu-ragu mengucurkan dana dalam jumlah besar ke Sumatera Barat, karena yakin dana tersebut pasti dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan bisa dipertanggung jawabkan.

Kini pemandangan seperti 3 atau 4 tahun lalu itu tak nampak lagi, bahkan nyaris tak berbekas. Kantor-kantor yang dulu rubuh telah dibangun lagi dan diganti dengan yang lebih baik dan lebih kokoh. Begitu juga rumah masyarakat dan fasilitas-fasilitas umum yang dulu luluh lantak telah dibangun lagi dan kembali berfungsi normal. Hotel-hotel dan aktifitas ekonomi lainnya kembali menggeliat. Suasana mencekam, kini tak terlihat lagi bahkan nyaris terlupakan. Sejumlah escape building telah dibangun. Berbagai upaya dilakukan untuk meyakinkan investor bahwa Sumbar sudah aman dan menguntungkan untuk berinvestasi. Kini investor telah berdatangan ke Sumatera Barat. Belasan hotel yang rusak telah direnovasi dan kembali beroperasi. Belasan lainnya merupakan hotel yang baru dibangun. Sungguh sebuah rahmat, justru terjadi penambahan lebih 2.000 kamar hotel pascagempa.

 

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34) “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 25). 
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 2 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno dan Si Anak Mudik

Irwan Prayitno dan Si Anak Mudik

SORE itu penulis dikontak oleh salah seorang murid penulis. Namanya Lisa Marjohan. Anaknya pintar, berkacamata, dan terbilang cantik. Ketika menjadi santri penulis di Surau Cangkeh, dia memang sudah terlihat lebih dari teman-temannya. Penulis terkejut juga ketika dikontaknya, sebab kami sudah lama tidak berkomunikasi. Terakhir kami bertemu ketika dia duduk di bangku SMP, dan sekarang dia sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Dia mengutarakan maksudnya, yaitu ingin mengundang Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa untuk memotivasi pemuda dan anak-anak di kampungnya yang juga kampung penulis. Penulis pun bertanya kepadanya, kenapa harus Irwan Prayitno? Kenapa tidak seorang motivator saja?

 

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’d: 11).
Dia pun mengemukakan alasannya. Pertama, Irwan Prayitno adalah anak Kuranji yang terbilang sukses dalam menempuh karir politiknya. Dia pernah menjadi anggota DPR RI tiga kali periode dan menjadi Ketua Komisi, sebelum menjadi Gubernur Sumatera Barat. Dengan mengundangnya, maka akan dapat menjadi contoh oleh anak-anak dan pemuda Surau Cangkeh Tampat Durian, bahwa seorang anak kampung pun bisa menjadi orang hebat asal serius dalam menuntut ilmu dan pekerjaan.

Kedua, Irwan Prayitno adalah sosok pemimpin ideal. Dia tak hanya sukses memimpin Sumatera Barat, tetapi juga sukses memimpin keluarganya. Walau memiliki 10 orang anak, Irwan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Anak-anaknya hafiz Al Quran, dan berhasil dalam menempuh pendidikan mereka. Harapannya, orang tua yang ada di kampung itu termotivasi untuk menididik anak-anak mereka dengan baik, baik dari segi pendidikan agama maupun pendidikan umum.

Ketiga, Irwan Prayitno memiliki hobi mengunjungi daerah terpencil. Kampung Surau Cangkeh Tampat Durian Kelurahan Koronggadang Kecamatan Kuranji memang termasuk kampung yang masih terisolir. Jalan-jalan di kampung tersebut masih perlu pembenahan, termasuk rencana membangun jalan tembus ke Perumnas Belimbing. Sebagai Ninik Mamak Nagari Pauh IX Kuranji, Irwan Prayitno tentu memiliki pengaruh besar, apatah lagi Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah adalah teman separtainya, dan Wakil Walikota Emzalmi adalah orang kampungnya. Dia tentu mampu mendesak Pemerintah Kota Padang menganggarkan dana untuk pembangunan jalan dan jembatan.

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Itulah beberapa alasan yang menyebabkan Lisa menjatuhkan pilihannya untuk mengundang Irwan Prayitno, disamping dia sendiri memang mengidolakan tokoh yang satu ini. Penulis pun bersedia memfasilitasi pertemuan antara Lisa dan Irwan Prayitno. Kami pun sepakat untuk bertemu di Adzkia, di rumah orang tua Irwan Prayitno. Kedatangan penulis dan Lisa disambut hangat oleh pria berkacamata ini. Singkat cerita, Irwan bersedia hadir pada acara tersebut karena jadwal pada Sabtu malam tanggal 3 Oktober 2015 masih kosong. Dan undangan kami adalah undangan ke-15 yang harus dihadiri Irwan pada hari itu, karena pada hari bersamaan dia juga harus menghadiri beberapa undangan masyarakat di Bukittinggi dan Padangpariaman.

Kehadiran Irwan Prayitno pada acara tersebut membuat Lisa terharu. Acara yang dia gagas dengan beberapa orang temannya sukses menghadirkan Irwan Prayitno dan Wakil Walikota Padang H Emzalmi, dan Novermal Yuska dari Partai Gerindra Sumbar. Sebelumnya, penulis pun minta bantu kepada Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kuranji Evi Yandri Rajo Budiman untuk menghadirkan Wakil Wali Kota H. Emzalmi dan Evi Yandri pun menyanggupinya. Kehadiran Irwan dan Emzalmi disambut oleh Ketua RW Amril, ST, Ketua RT Anton, dan segenap tokoh masyarakat lainnya. Tak ketinggalan, anak-anak dan ibu-ibu pun antusias menyambut kehadiran kedua tokoh ini.

Urang sumando dan pemuda terpaksa berdiri di jalan, karena tempat duduk terbatas, hanya untuk anak-anak dan ibu-ibu, karena sasaran kegiatan Lisa memang memotivasi dan membuka mata mereka, bahwa anak mudik yang dianggap kampungan pun sebenarnya bisa sukses dan berprestasi. Dulu itu adalah tugas berat yang penulis, dan sekarang diambil alih Lisa. Pak RW dan pak RT pun mengungkapkan kebanggannya kepada Lisa, karena setelah penulis pergi merantau ke kampung istri penulis di Pauh, ternyata tugas itu dilanjutkan murid penulis, yaitu Lisa. Srikandi yang menjadi kebanggaan di kampung kecil itu yang terisolir tersebut. Lisa pun diharapkan warga mampu mengambil peran yang penulis mainkan dulu.

Pada saat memberikan kata sambutan, Irwan Prayitno pun menceritakan perjalanan hidupnya semasa sekolah sampai sukses seperti sekarang. Ketika sekolah ke Padang – sebelum tahun 80-an, Kuranji merupakan bagian dari Kabupaten Padangpariaman – dirinya sering mendapat ejekan sebagai anak mudik yang dipandang sebelah mata. Namun dengan semangat yang membaja, dirinya tetap sekolah dengan rajin, walau setiap hari mendapat ejekan sebagai anak mudik. Ejekan tersebut dijadikan Irwan sebagai motivasi untuk meraih sukses, dan dia pun membuktikan, kini anak mudik itu sudah pernah menjadi anggota DPR RI dan Gubernur Sumatera Barat.

Untuk itu, kata Irwan lagi, anak-anak Kuranji harus bangkit. Mereka harus bersekolah setinggi-tingginya. Banyak jalan untuk itu, apatah lagi saat ini beasiswa berserakan, tinggal dijuluk saja. Ditambah lagi, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memiliki program untuk itu. Tidak ada alasan bagi anak kurang mampu untuk tidak bersekolah. Pemprov Sumatera Barat pun menganggarkan dana yang cukup tinggi di bidang pendidikan.

 

“Sebagai anak mudik, kita harus bangkit. Kita harus melawan ejekan itu dengan pembuktian diri, bahwa kita juga mampu berprestasi. Walau kita anak mudik, tapi kita juga mampu menjadi anggota DPR RI tiga kali berturut-turut, bahkan ketua komisi. Anak mudik ternyata juga bisa menjadi gubernur, memimpin daerah ini. Saatnya kita bangkit, tinggalkan kebiasaan bermalas-malasan. Mari kita tuntut ilmu setinggi mungkin,” ujar Irwan memotivasi.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Padang H. Emzalmi meminta masyarakat untuk mengajukan sepucuk surat untuk pengaspalan jalan tersebut. Dirinya akan memfasilitasi agar jalan di kampung Surau Cangkeh tersebut segera diaspal kembali. Pak RW dan pak RT pun akan memusyawarahkan dengan warga, sehingga prosesnya lahir atas kesepakatan bersama, sehingga jalan segera bisa diaspal.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 4 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno dan Harapan Rang Piaman

Irwan Prayitno dan Harapan Rang Piaman

SABTU siang (3/10/2015), penulis diajak oleh Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang, Evi Yandri Rajo Budiman ke Korong Kampung Kalawi Nagari Pasie Laweh Kecamatan Lubuk Alung. Agaknya, Evi Yandri ingin mengenang masa kecilnya sebagai orang Piaman Laweh. Sebagai anak muda yang lahir pada tahun 1975, tentu Evi Yandri masih bagian dari rang Piaman Laweh. Sebab, baru pada tahun 1980-an Nagari Pauh IX bergabung ke dalam wilayah Kota Padang. Anak Nagari Pauh IX yang lahir di atas tahun 1980-an, bolehlah merasa sebagai orang Padang.

 

Perjalanan menuju Nagari Pasie Laweh kami tempuh sekitar 2 jam lebih. Di samping macet, jalanan yang kami tempuh dari Pasar Lubuk Alung ke Nagari Koto Laweh kondisinya sangat parah. Banyak lobang yang menganga, dan mobil kecil yang kami tumpang bisa terjebak di lubang tersebut, jika tidak hati-hati. Untung saja hari tidak hujan, jika hujan tentulah becek sekali.
Kedatangan kami disambut oleh Wali Nagari Pasie Laweh, Adnan beserta perangkat dan kepala jorong di salah satu lapau. Selain mengundang kami, ternyata Wali Nagari Pasie Laweh juga mengundang Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, mantan Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015. Sesuai jadwal, Irwan datang tepat pukul 17.00 WIB. Di lapau tersebut, terjadilah dialog antara kami, Irwan dan tokoh masyarakat Nagari Koto Laweh.

Adnan selaku Wali Nagari mengaku senang dikunjungi saudara-saudaranya dari Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang. Bagaimana pun, rasa persaudaraan sebagai bagian Piaman Laweh tetap terjalin walau kini harus dipisahkan oleh administrasi pemerintahan. Namun sampai saat ini, di Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji masih berlaku adat Piaman Laweh, semisal uang jemputan untuk mempelai pria dari keluarga mempelai wanita. Anak Nagari Pauh IX sendiri banyak juga yang menjadi urang sumando Piaman, termasuk kakak sepupu penulis sendiri yang berumah ke Sungai Garinggiang, dan salah seorang pengurus FKAN Pauh IX Khalil Chaniago juga tercatat sebagai urang sumando Parit Malintang.

 

Dalam dialog tersebut banyak hal yang mengemuka. Di antaranya permintaan masyarakat Nagari Pasie Laweh, jika Irwan terpilih lagi menjadi Gubernur Sumatera Barat, diharapkan dapat mendorong pembangunan di Nagari Pasie Laweh. Jalan-jalan masih banyak perlu diaspal, jembatan perlu dibangun, sungai-sungai perlu di normalisasi, dan pembangunan ekonomi kerakyatan. Apatah lagi, masyarakat Nagari Pasie Laweh mendengar informasi Irwan selama menjadi Gubernur Sumatera Barat sering mengunjungi daerah terpencil dan mengutamakan pembangunan di daerah-daerah tersebut.
Dialog tersebut berlangsung dengan penuh kehangatan. Irwan pun mengatakan, selama menjabat Gubernur Sumbar 2010-2015, dirinya memang mengarahkan pembangunan ke Padang Pariaman. Beberapa pembangunan fisik di Padang Pariaman sudah pula diresmikan, semisal Jembatan Buayan, Jembatan Koto Bu­ruak, Jembatan Pasie Laweh, dan Jembatan Kapalo Hila­lang, semua jembatan tersebut pengerjaannya dimulai pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2015. Dibangunnya jembatan tersebut, akan mampu menghubungkan beberapa daerah, sehingga akan mempermudah transportasi dan juga akan mempercepat peningkatan perekonomian masyarakat. Selain itu, Irwan juga meresmikan Jembatan Batang Piaman Nagari Lareh Nan Panjang Kec. VII Koto pada tanggal 20 Maret 2015.

Irwan pun mengatakan, pada tahun 2014, dirinya selaku Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu juga meresmikan pembangunan empat jembatan penunjang jalur cepat (Highgrade Highway) Duku – Sicincin. Jembatan tersebut nantinya menjadi penghubung jalur alternatif Padang – Bukittinggi. Keempat jembatan itu yakni, Jembatan Buayan sepanjang 75 meter, Jembatan Batang Anai 180 meter, Jembatan Irigasi sepanjang 30 meter, dan Jembatan Ulakan sepanjang 50 meter. Pembangunannya membutuhkan anggaran Rp87 miliar, selesai dibangun pada 2014 lalu, dimulai pada 2013 dengan tahun jamak.

 

Dalam kesempatan itu Irwan juga menyampaikan sejumlah rencana pembangunan yang akan berjalan di Padang Pariaman. Di antaranya, Stadion Utama Sumbar, Islamic Center, MAN Cendikia, dan Jalur Kereta Api Duku-Bandara Internasional Minangkabau. Belakangan juga sudah diajukan pembangunan kota industri di wilayah Timur Padang Pariaman, Techno Park dan Science Park. Rencana tersebut merupakan target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), anggarannya akan ditanggung APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pengerjaan jalan sepanjang 17 Km yang menghubungkan Jembatan Koto Buruak hingga Sicincin dalam proses pengerjaan. Sementara pengerjaan dari Jembatan Koto Buruak hingga Buayan sepanjang 10 Km sedang proses pembebasan.
Pembangunan asrama haji dan Islamic Center bertaraf Internasional juga membuat orang Piaman bangga. Asrama haji seluas 10 hektar akan memakan biaya sebesar 800 milyar terletak di Sungai Buluh, Kec. Batang Anai dan berjarak hanya 2,5 kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau. Pembangunan MAN Insan Cendikia yang ke-14 di Indonesia menelan biaya Rp60 Milyar di atas lahan 10 hektar di Kec. Sintuk Toboh Gadang. Saat ini telah selesai gedung asrama dan ruang kelas. MAN Insan Cendikia ini nantinya merupakan yang terluas dan termegah di Indonesia.

Tak hanya itu, di daerah ini juga dibangun Badan Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) di Tiram, Kec. Ulakan Tapakis seluas 35 hektar yang merupakan termegah di Indonesia. BP2IP tersebut dibangun dengan dana APBN sebesar 1,5 Trilyun secara multiyears. Ketika Bupati Ali Mukhni mendatangi Irwan meminta bantuan dana APBD Propinsi dan Irwan pun menyanggupi.

Selain itu, juga ada pembangunan jalur kereta api Duku-BIM yang telah dimulai tahun 2014 dan dilanjutkan pada tahun 2015 dan kemudian Pembangunan Main Stadium sebagai persiapan Sumbar menjadi Tuan Rumah Pekan Olahraga Propinsi 2024. Main stadium seluas 50 hektar akan memakan biaya Rp1,6 trilyun yang terletak di Nagari Sikabu, Kec. Lubuk Alung. Untuk tahun 2015 ini telah dianggarkan sebesar Rp25 milyar. Lokasi tersebut sangatlah strategis karena berjarak 20 menit dari Bandara Internasional Minangkabau. Sehingga bila nantinya PON digelar di Sumbar, para atlit yang berasal dari luar daerah tidak perlu waktu lama untuk sampai ke stadion.

Menurut Irwan, Padang Pariaman secara geografis sangat diuntungkan karena berada dekat dari ibu kota Provinsi. Apakagi didukung dengan keberadaan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sebagai pintu gerbang Ranah Minang. Karena itulah Padang Pariaman sangat berpotensi terhadap pengembangan wilayah Provinsi Sumatera Barat di masa depan. Saat ini telah banyak investasi infrastruktur yang sedang dibangun berkat sinergitas antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.

 

Adanya pembangunan infrastruktur Stadion di wilayah Padang, Lubuk Alung dan Pariaman dapat menjadi cikal bakal lahirnya Kota Metropolitan Palapa (Padang-Lubuk Alung-Pariaman). Dengan demikian nantinya pusat pemerintahan, perdagangan, pariwisata hingga sosial kemasyarakatan Sumbar akan berpusat di ketiga wilayah tersebut. Untuk itu, Irwan meminta doa dan dukungan dari segenap masyarakat Padang Pariaman, termasuk masyarakat Nagari Koto Laweh, agar dirinya dapat melanjutkan program pembangunan yang telah dia rencanakan tersebut untuk kesejahteraan masyarakat Padang Pariaman.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Bentengsumbar.com, 4 Oktober 2015

 

Pencipta Lagu, Penyanyi, dan Musisi

Pencipta Lagu, Penyanyi, dan Musisi

TAK hanya pandai berdakwah di atas mimbar, ternyata Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa juga pintar berdakwah melalui jalur seni. Sebagai seorang pemimpin yang kesehariannya terlihat serius dalam menjalankan amanah jabatan sebagai Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu, Irwan masih sempat menyalurkan hobinya di bidang tarik suara dan musik. Irwan termasuk pemimpin yang multi talenta, sosok pemimpin yang langka, dan sulit ditemukan hari ini.

Jiwa seni yang dimiliki Irwan mulai tumbuh sejak bersekolah di SMA Negeri 3 Padang.  Namun, setelah kuliah dan menjadi anggota DPR RI tiga kali periode, hobinya di bidang seni kurang tersalurkan dengan baik. Ini disebabkan kesibukannya dalam menyelesaikan kuliah dari S1 sampai S3 dan menjalankan tugas negara selaku anggota DPR RI.

Dunia berkesenian memang tak terpisahkan dari sosok Irwan Prayitno. Darah seni mengalir kental di dalam dirinya. Irwan pandai menabuh drum. Ia punya grup band sendiri bernama IPe Band. Irwan memahami betul filosofis berkesenian. Berkesenian itu untuk mencerahkan diri dan masyarakat. Bagi Irwan, berkesenian bukan hanya sekadar bernyanyi atau menabuh drum. “Seni itu untuk berdakwah,” ujarnya menjelaskan filosofinya dalam berkesenian.

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 87)
Sejak menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan kembali mengasah hobinya tersebut. Tak jarang sore selesai melaksanakan tugas sebagai pelayan masyarakat, Irwan menabuh drum di gubernuran dan bermain gitar. Dia juga melahirkan beberapa lagu, di antaranya dengan judul “Kau Istriku” dibuat pada hari ke sembilan Ramadhan.

Menurut Irwan, lagu “Kau Istriku” terinspirasi dari keberangkatan istrinya ke tanah suci melaksanakan ibadah umrah pada awal Ramadhan 2013. Proses lahirnya terjadi di hari ke-9 bulan Ramadhan, setelah menunaikan shalat Ashar dan membaca Al Quran, terbetik di hatinya untuk menuliskan suatu lirik lagu tentang istrinya di mana saat itu sang istri sudah 10 hari umrah ke tanah suci. Kemudian lagu “Kepada Mu”. Lagu ini justru lahir ketika dirinya serasa mendapat ilham usai shalat Subuh di awal Ramadhan. Dengan niat bagaimana doa itu tersosialisasi, makanya dia menggubahnya menjadi lagu.

Album pertama Irwan dengan judul “Cinta Sejati” telah dilaunching pada tahun 2014 lalu. Album religi berisi 12 lagu tersebut dilaunching pada 20 Juni 2014 di Rolling Stone Cafe, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan kemudian dilaunching di Sumbar pada 22 Juni. 12 lagu dalam album religi “Cinta Sejati” ini berisi lagu-lagu berjudul Kau Istriku, Ayahku, Satu Rindu, Anakku Penyejuk Hatiku, Allah Ta’Ala, Ya Rasullah, Kau Istriku (Acoustic Version), InsyaAllah, Sepohon Kayu, Kepada-Mu, Akhirnya dan Kau Istriku.

Album kedua Irwan dengan judul “Cinta Sesama Manusia” dilaunching pada 27 Juni 2015 di Arena Galanggang Medan Nan Ba Paneh, Taman Budaya Padang. Kini lagu-lagu tersebut sudah dapat dinikmati melalui situs Youtube. Penulis pun sudah pula mendownload lagu-lagu tersebut dan setiap hari penulis putar, sekedar menemani saat menyetir mobil.

 

Istri dan anak penulis pun sempat terkejut ketika melihat Irwan bernyanyi dan tampil di layar tv kecil mobil penulis. “Datuk pencipta lagu dan penyanyi juga ya Abi?,” tanya istri dan anak penulis. Sebab, selama ini mereka tahunya Irwan hanya seorang ustadz dan gubernur Sumatera Barat. “Tak hanya menciptakan lagu dan bernyanyi, Datuk itu juga pintar menabuh drum. Pernah satu kali Abi menyanyikan lagu “Undangan Palsu” dan Datuk mengiringi lagu itu dengan menabuh dram,” ujar penulis kepada istri dan anak.
Sebagai pencipta lagu religi, Irwan pun mendaftarkan lagu ciptaannya ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) melalui Kantor Wilayah Kemenkum HAM Sumatera Barat. Hal ini tentu sangat positif dalam mendorong pendaftaran hak cipta dan hak kekayaan intelektual bagi para pencipta lagu dan musisi atas hasil karyanya. Selama ini memang sudah ribuan karya para pencipta lagu dan musisi di Sumatera Barat namun belum banyak yang mendaftarkan hak ciptanya.

Hal ini mungkin dikarenakan ketidaktahuan tentang hak cipta dan hak kekayaan intelektual, tidak tahu prosedur atau rumitnya prosedur, atau bisa jadi karena biaya pendaftaran yang dirasa mahal bagi para pencipta lagu lokal. Padahal hal ini sangat berguna karena mereka akan mendapatkan perlindungan hukum dari pembajakan dan tindakan lainnya jika telah mendaftarkan ciptaanya ke Kementerian Hukum dan HAM.

Menurut Irwan, karya tersebut lahir dari keinginan untuk memanfaatkan media seni musik sebagai media dakwah dalam memberikan informasi dan mengajak kepada masyarakat untuk hidup lebih baik secara Islami. Selain itu, juga memberikan inspirasi dan motivasi bagi kalangan generasi muda untuk berpikir maju dan kreatif dalam mengembangkan potensi diri.

 

Ruba’i Binti Mu’awwidz Bin Afra berkata: Nabi Saw mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipan seperti dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba perempuan kami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji orang yang mati syahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: “Di antara kita ada Nabi Saw yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” Maka Nabi Saw bersabda: “Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.” (HR. Bukhari, dalam Fâth al-Bârî, juz. III, hal. 113, dari Aisyah ra).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 5 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno dan Opini WTP

Irwan Prayitno dan Opini WTP

SALAH satu prestasi Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa yang tak terbantahkan selama menjadi Gubernur Sumatera Barat adalah keberhasilannya membawa Pemerintah Provinsi Sumatera Barat meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI. Sebanyak tiga kali berturut-turut, Pemprov Sumbar berhasil meraih WTP, yaitu pada tahun 2013, 2014, dan 2015.
Catatan Pemprov Sumbar, pada 2009, pengelolaan keuangan Pemprov Sumbar mendapat penilaian disclaimer dari BPK RI. Namun setelah dibenahi secara bertahap, hasilnya semakin baik terbukti tahun 2010 dan 2011 Sumbar mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

 

“Sesungguhnya manusia terbaik yang anda tunjuk untuk bekerja adalah orang yang kuat dan amanah.” (QS. Al Qashas: 26). “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As Sajadah: 24).
Opini BPK RI merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.

Opini WTP adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, pemerintah dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan.

 

Di tangan Irwan, Pemprov Sumbar mencatat sejarah baru, yaitu memperoleh opini WTP dari BPK RI pada tahun 2013. BPK-RI memberikan WTP atas LKPD tahun 2012 atas dasar pertimbangan; peningkatan nilai aset lain-lain secara signifikan; melakukan inventarisasi; dan penilaian ulang atas aset tetap. Aset tidak dapat diklasifikasi sebagai aset tetap, seperti aset tidak bermanfaat, aset dalam penelusuran, dan aset dimanfaatkan pihak lain direklasifikasi ke aset lain-lain. Sesuai rencana aksi penyelesaian pengelolaan aset lain-lain, gubernur Sumbar sudah berkomitmen menyelesaikan permasalahan aset lain-lain tidak bermanfaat dalam penelusuran, dan aset dimanfaatkan pihak lain tersebut.
Prestasi ini menjadi momentum dalam mendorong terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah, sehingga menjadi kebanggaan bersama yang patut dipertahankan dan ditingkatkan. Menurut Irwan, keberhasilan Pemprov Sumbar meraih opini WTP tersebut, merupakan kerja keras semua unit kerja, serta dukungan dan dorongan dari mitra kerja.

Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD, menurut Irwan, sudah lengkap dilakukan inspektorat sesuai  PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Lalu, dilakukan pengawasan internal secara berkala kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan pemprov. Selain itu, di bawah kepemimpinan Irwan, Pemprov Sumbar terus melakukan inventarisasi aset tetap dan aset lainnya sesuai standar akuntansi pemerintah PP No.17/2010. Lalu, menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan BPK-RI tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan sumberdaya manusia (SDM) profesional bidang keuangan daerah, dan rapat-rapat koordinasi rutin di SKPD secara intensif.  Opini WTP yang terima, menjadi titik awal menuju pengelolaan keuangan benar-benar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada tahun 2014, Pemprov Sumbar kembali meraih opini WTP. Ini untuk kedua kalinya Sumbar meraih penghargaan bergengsi di bidang pelaporan keuangan daerah tersebut. Menurut Irwan, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013 sebagaimana diharuskan oleh Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Pasal 33 Ayat (3), telah dilaksanakan Review oleh Inspektorat Provinsi Sumatera Barat sebelum diserahkan ke BPK-RI. Dari Tim Pemeriksa BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Barat telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Surat Tugas tanggal 26 April 2014.

 

Sepanjang tahun 2013, Pemprov Sumbar berusaha mempertahankan predikat opini WTP dengan mematuhi ketentuan yang ada, menyajikan laporan keuangan menurut standar akuntansi pemerintah serta menindaklanjuti temuan tahun sebelumnya. Paragraf penjelasan dalam opini BPK tahun lalu adalah mengenai aset lain-lain senilai satu trilyun empat puluh dua milyar rupiah lebih. Selama tahun 2013 Pemprov Sumbar menyelesaikan permasalahan tersebut secara bertahap dan telah berhasil mengurangi senilai empat ratus dua puluh sembilan milyar rupiah lebih, berupa: penghapusan aset, penghapusan pencatatan ganda, hibah kepada pihak ketiga dan reklasifikasi aset. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan sebagai implemenatasi rencana aksi penyelesaian tindak lanjut temuan BPK termasuk dengan melaksanakan sensus barang, dengan demikian Opini WTP kembali dapat peroleh.
Pada tahun 2015, Pemprov Sumbar kembali meraih opini WTP. Ini adalah penilaian opini WTP yang kali ketiga diterima Pemprov Sumbar. Opini kali ini untuk kedua kalinya dalam bentuk WTP penuh. Dimulai pada penilaian LKPD 2012 Sumbar menerima WTP dengan catatan, kemudian LKPD 2013 dan LKPD 2014 Pemprov Sumbar menerima WTP penuh. Kebijakan pengelolaan keuangan daerah ini terlaksana dengan baik sebagaimana yang tergambar dalam LKPJ akhir masa jabatan gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Opini yang diberikan BPK tersebut berdasarkan laporan keuangan Pemprov Sumbar tahun 2014 untuk diaudit. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah telah diubah dengan Perppu Nomor 2 tahun 2015 tentang perubahan atas undang-undang 23 tahun 2014.

Pelaporan keuangan tersebut juga berpedoman kepada Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemerikasaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Bahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) untuk BPK RI tersebut di antaranya, buku laporan keuangan pemerintah Provinsi Sumbar tahun 2014 yang berisi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Kemudian, buku rancangan peraturan daerah tentang pertanggung jawaban pelaksanaan APBD 2014 beserta lampirannya. Selanjutnya, buku rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran pelaksanaan APBD 2014 berserta lampirannya.

 

Pada saat penyerahan opini WTP tersebut pada tanggal 12 Maret 2015, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim memuji kepemimpinan Irwan Prayitno. Menurutnya, Irwan Prayitno perlu diberikan penghargaan sebagai gubernur. Sebab, dengan diraihnya opini WTP merupakan bukti, selama masa jabatannya sebagai gubernur, Irwan Prayitno telah melaksanakannya dengan baik dari tahun 2010 hingga 2015. Hendra pun mengatakan, terhadap capaian yang diperoleh tersebut, juga perlu diberikan penghargaan kepada seluruh jajaran dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan prinsip. Prinsip yang telah dilaksanakan tersebut di antaranya prinsip efektabilitas, efisiensi, akuntabel dan transparan.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang dan salah seorang pimpinan di Bara Online Media (BOM)

 

Bentengsumbar.com, 6 Oktober 2015

 

Memiliki Satu Istri Tangguh dengan 10 Orang Anak

Memiliki Satu Istri Tangguh dengan 10 Orang Anak

SALAH satu kunci kesuksesan seseorang dalam memimpin organisasi adalah dukungan dari istri dan anak-anaknya. Orang bijak sering mengatakan, “Di balik lelaki sukses, ada wanita hebat dibelakangnya.” Jika ada lelaki yang menjadi pemimpin besar, motivator hebat, tokoh ternama dan pengusaha sukses, maka pasti ada peran besar di belakangnya.

Apatah lagi, jika bicara mengenai langkah dan kebiasaan para istri dalam mendorong suami mereka untuk meraih keberhasilan hidup, maka tentu tidak bisa mengabaikan pentingnya dukungan keluarga bagi tercapainya keberhasilan itu sendiri. Tidak akan mungkin seorang suami mampu mewujudkan cita-cita dan membaguskan kinerjanya, ketika keluarganya dalam kondisi kacau.

 

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka). Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At Taghaabun: 14-15)
Menurut Wahbah az-Zuhaili, seorang fuqaha Suriah kenamaan, yang dimaksud musuh di sini adalah permusuhan dalam urusan akhirat, terkait sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kalian. Mereka menyibukkan seorang laki-laki dari kebaikan dan amal saleh yang berguna bagi kalian di akhirat. Maka waspadalah agar cinta dan kasih sayang sebagai seorang suami dan ayah kepada mereka tidak mempengaruhi ketaatan kepada Allah SWT. Kemudian Allah menganjurkan untuk memberi maaf kepada mereka.

Bagi kebanyakan suami, istri dan anak adalah musuh bagi mereka. Sebab, anak dan istri telah menyita banyak waktu mereka, sehingga lalai terhadap kewajibannya kepada Allah swt. Tak terelakan, kadang-kadang untuk memenuhi kehendak istri dan anak, seseorang sering menghalalkan segala cara. Mereka terpaksa korupsi, merampok, menipu, dan segala macam perbuatan yang dilarang Allah swt mereka lakukan, demi memenuhi kehendak istri dan anak.

Terkadang tak tahu malu, badan sudah uzur, usia sudah tergolong lansia, tetapi masih juga menyibukan diri dengan urusan dunia. Tujuannya semata-mata untuk memenuhi kehendak istri yang masih ‘tagok’ dan terbuai dunia sosialita. Seharusnya, di usia senja, seseorang lebih banyak menghabiskan waktu mengingat Allah swt, tafakur dan iktikaf di rumah Allah, usai subuh lari pagi untuk menjaga kesehatan badan, sorenya bercanda ria dengan cucu. Bukan malah terpedaya tipuan dunia, sehingga sibuk keluar kampung masuk kampung untuk mewujudkan keinginan dan ego pribadi demi si istri dan anak-anaknya.

 

Beruntunglah Irwan Prayitno memiliki seorang istri yang tangguh. Ini terbukti, istrinya mampu mendorongnya untuk sukses di bidang yang digelutinya. Berbeda dengan aktivis kebanyakan yang cenderung terlambat menikah, Irwan menikah di usia muda dengan sesama aktivis dalam rangka mempercepat dakwah Islam. Kedewasaan, dinamika kehidupan dan kesamaan pemikiran membentuk pasangan muda ini menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia.
Sang istri, Hj Nevi Zuairina yang lahir pada 20 September 1965. Ayahya H. Zulchair Narun, dari Suku Jambak, merupakan Pensiunan Departemen Perindustrian. Ia Berasal dari daerah Salido, Pesisir Selatan. Sementara Ibunya Hj. Elbiza Rose, suku Sepanjang, berasal dari Indarung, Nagari Lubuk Kilangan Kota Padang.

Aktivitas keseharian anak pisang orang Pesisir Selatan ini adalah sebagai Pengurus dan Pendiri TK Anak Bangsa di Komplek DPR RI, Sekretaris Ranting Aisyiah Kalibata dan Pengurus Yayasan Tazkiyatun Nafs. Disamping itu, Hj Nevi juga tercatat sebagai pengusaha kuliner yang terbilang sukses. Sampai sekrang, aktivitas tersebut masih dijalaninya di tengah-tengah kesibukan mendampingi istri.

Irwan dan Nevi memiliki 10 orang anak, yaitu: Jundy Fadhlillah, Waviyatul Ahdi, Dhiya’u Syahidah, Anwar Jundi, Atika, Ibrahim, Shohwatul Ishlah, Farhana, Laili Tanzila dan si bungsu Taqiya Mafaza. Kesepuluh anaknya memiliki prestasi tersendiri. Di antaranya ada yang menjadi juara umum di sekolahnya. Anak-anak Irwan juga hafiz Al Quran, dan didik sesuai ajaran agama, sehingga terbentuklah keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Sakinah, karena Irwan sebagai suami mampu memberikan ketenangan bagi keluarganya, mawaddah karena istri setia mendampinginya, dan Allah swt pun memberikan rahmat-Nya dengan keturunan yang banyak dan harta melimpah.

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6). Ketika menafsirkan ayat ini, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “kepada mereka adab dan tanamkanlah pada diri mereka kebaikan.”
Terkadang orang iri melihat keluarga Irwan yang harmonis dan memiliki banyak anak, bahkan orang sempat heran, bagaimana mengurus anak sebanyak itu. Banyaknya anak Irwan dan Nevi, sering dijadikan black campaign, terutama di saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumbar 2015 ini. Penulis masih ingat, pada pilkada 2005 dan 2010, banyaknya anak Irwan ini juga sempat dijadikan isu panas yang bertujuan untuk menjatuhkan dan membunuh karakternya.

Padahal, Irwan dan istri tidak pernah merasa repot dengan anak mereka yang banyak, hanya lawan-lawan politiknya saja yang keusilan. Irwan dan Nevi ikhlas dalam menjalani kehidupan sehingga tidak dipusingkan dengan anak banyak. Kuncinya, menurut Irwan adalah mengelola rumah tangga dengan tuntunan agama, meneladani Rasulullah saw.

Dalam mendidik anak, mereka banyak terinspirasi dari model keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai seorang Nabi yang punya tanggung jawab kepada umatnya, Baginda Nabi Muhammad saw., tak lantas mengabaikan pendidikan anak dalam keluarga.  Dalam hadis disebutkan, seorang bapak yang punya anak perempuan tiga orang saja, kemudian mendidiknya dengan baik sehingga salehah. Maka itu, semua menjadi penghalangnya dari neraka.Maka tak dapat dipungkiri, selain kepiawaian Irwan sebagai imam bagi istri dan anak-anaknya, peran Hj Nevi Zuairina yang lebih dominan dalam membentuk dan mengarahkan keluarga, sejalan dengan tujuan bersama yang hendak dicapai. Setiap istri memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kesuksesan suami. Ada banyak sikap hebat yang harus dibiasakan oleh seorang istri, agar kesuksesan bisa diraih oleh sang suami tercinta dan tentunya anak-anak mereka.

Di tengah kesibukan suami, dan kesibukannya mengurus aktivitas sosial dan usaha, ia tak ingin kehilangan peran dalam mendidik anak. Ia ingin anak-anak nya mendapatkan pendidikan langsung darinya. Sesibuk apa pun dia dan suami berkarier di ruang publik, mereka adalah orang tua yang juga punya amanah mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Ia ingin ada kerja sama yang solid antara dia dan suami dalam mendidik anak. Apalagi pada zaman globalisasi saat ini yang membuat kenakalan remaja semakin meningkat. Kehadiran orang tua yang ber peran mendampingi anak- anaknya sangat penting. Ia mengaku, tanpa peran suami, ia tak akan mungkin me nangani pendidikan anak seorang diri.
Hj. Nevi Zuairina adalah wanita tangguh yang sukses mendorong Irwan menjadi seorang politisi dan pemimpin yang disegani, dan sukses mengantarkan anak-anaknya menempuh pendidikan. Putra pertama mereka Jundy Fadhlillah telah menyelesaikan studi MBA di Boston Amerika, dan telah bekerja di perusahaan energi  di Jakarta. Putri ke 2 Waviyatul Ahdi telah menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Gigi UI, putri ke 3  Dhiya’u Syahidah telah menyelesaikan studinya di Institut Teknologi Bandung dan sekarang menyelesaikan S2  di Westminster University – UK. Putra ke empat mereka Anwar Jundi kuliah di Institut Pertanian Bogor, Atika, putri ke 5 kuliah di FE UI, Ibrahim kuliah di Jurusan Teknik Kimia UI, Shohwah dan Farhana di SMA 1 Padang. Dua orang lainnya masih sekolah di SMP dan SD. Namun semua memperlihatkan prestasi yang gemilang.

Pantas Irwan Prayitno mencintainya sengan setulus hati. Sampai saat ini, sebagaimana diketahui banyak orang, Irwan Prayitno hanya memiliki seorang istri. Kecintaan Irwan kepada sang istri  diungkapkan dalam lagu “Kau Istriku”. Lagu tersebut terinspirasi dari keberangkatan istrinya ke tanah suci melaksanakan ibadah umrah pada awal Ramadhan lalu. Proses lahirnya terjadi di hari ke-9 bulan Ramadhan tahun 2013. Setelah menunaikan shalat Ashar dan membaca Al Quran, terbetik di hati Gubernur untuk menuliskan suatu lirik lagu tentang istrinya di mana saat itu sang istri sudah 10 hari umrah ke tanah suci.

Irwan pun menciptkan lagu “Anakku Penyejuk Hatiku.” Lagu ini menggambarkan betapa anak-anaknya merupakan obat pelepas lelah dalam menjalani kehidupan yang keras sebagai seorang politisi. Anak-anaknya menjadi daya dorong sendiri, sehingga Irwan ikhlas dalam menjalankan amanah jabatan yang dipikulnya dan amanah sebagai kepala rumah tangga. Anak-anak yang baik, anak-anak yang sukses menempuh pendidikan mereka, dan menjadi penyejuk hati orang tua.

 

Sebuah keluarga yang sempurna di bawah ridho Ilahi, rahmat dan kasih sayang Allah swt mereka dapati, alamat badan selamat menempuh kerasnya hidup ini. “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 6 Oktober 2015

 

Sosok Irwan Prayitno dan Nevi Zuairina di Mata Anak-Anak Mereka

Sosok Irwan Prayitno dan Nevi Zuairina di Mata Anak-Anak Mereka

BERAGAM komentar pembaca terhadap artikel penulis yang berjudul “Memiliki Satu Istri Tangguh Dengan 10 Orang Anak”. Artikel tersebut penulis posting di Portal Berita BentengSumbar.com pada tanggal 6 Oktober 2015. Sampai saat ini, pembacanya sudah mencapai ratusan orang.

Tulisan tersebut juga penulis posting ke akun jejaring sosial facebook milik penulis dan beberapa grup diskusi di media sosial facebook. Tak hanya penulis, tulisan itu tercatat juga diposting ulang oleh beberapa orang dikronologi akun jejaring sosial facebook, twitter, dan WhatsApp milik mereka.

Namun dari sekian banyak komentar, yang paling menarik adalah komentar yang diberikan oleh beberapa orang anak pasangan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa dan Hj. Nevi Zuairina. Mereka pun memberikan ulasan terhadap tulisan tersebut dengan mendorong kedua orang tua mereka agar tetap bersemangat dalam membina rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Jundy Fadhlillah, anak pertama Irwan dalam komentarnya mengatakan, di balik sebuah kesuksesan laki-laki terdapat sosok wanita hebat yang senantiasa memberikan support dan doanya. Seorang istri yang tak kenal lelah mendoakan kesuksesan bagi suaminya, baik di dunia dan di akhirat. Allah menjadikan istri dan anak-anak sebagai amanah, jika istri dan anak-anaknya tidak beriman kepada Allah SWT, bisa menjadikan lelaki tersebut orang yang dimurkai Allah. Sebaliknya, jika memiliki istri dan anak-anak yang taat kepada Allah, maka mereka akan mengingatkan lelaki tersebut jika berbuat hal yang tidak disukai Allah.
Menurut Jundy, suami istri mempunyai hak dan kewajiban, tanggung jawab kepemimpinan yang diemban suami yang menjadi hak bagi istri membimbing menuju kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Peran dan posisi seorang ibu, adalah peran yang sangat strategis, peran yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun, dalam membangun umat dan peradaban.

Irwan dan Nevi, jelas Jundy lagi, merupakan contoh pasangan yang menikah muda, sibuk berdakwah tetapi tidak lupa mengejar kesuksesan hidup, terbukti dari berhasilnya anak-anak mereka masuk perguruan tinggi dan juga bisnis yang dikelola. Irwan Prayitno memiliki istri dan anak yang terbilang banyak, di sinilah peran Nevi Zuarina sebagai istrinya sangat penting dalam membesarkan anak-anak mereka. Meskipun aktivitas dakwah dan sosialnya banyak, tetapi ia tetap mengutamakan pendidikan anak-anak mereka, bersama Irwan membesarkan anak-anaknya agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Suami dari Aisyah Ramadhani menegaskan, tugas istrinya yang begitu banyak dan melelahkan menjadi inspirasi Irwan untuk menulis lagu terlebih saat itu tengah ditinggal umroh ke tanah suci. Anak-anak yang banyak pun tidak dianggap sebagai suatu penghalang atau merepotkan, melainkan menjadi penyemangat dan pelepas lelah dari semua aktivitas. Hal yang paling penting diajarkan kepada anak-anak adalah jangan sampai mereka mempersekutukan Allah. Karena hal ini akan mempengaruhi segala tindakan dari hidup yang dijalaninya. Ketika iman di dalam hatinya sudah tertancap kuat, secara tidak langsung akan memperbaiki akhlaknya.

Tak kalah hebatnya adalah komentar Waviyatul Ahdi, anak kedua pasangan Irwan dan Nevi. Menurutnya, dalam berkeluarga, baik suami maupun istri sama-sama memerankan peran penting masing-masing dan harus ada kerjasama di antara keduanya. Jika kedua pasang orang tua ini tidak kompak, maka sulit menghasilkan keluarga yang harmonis dan sesuai dengan visi-misi keluarga.

 

Kesuksesan suami juga tidak terlepas dari peran istri dan dukungan anak-anak. Namun, istri dan anak-anak bisa menjadi kelalaian dan cobaan bagi sang ayah. Oleh karena itu, dalam mengelola keluarga perlu didasari tuntutan agama dan meneladani sifat Rasulullah SAW, serta harus didasari oleh sikap ikhlas dalam berkeluarga.

Selain itu, terang dokter gigi tamatan Universitas Indonesia ini, perlu dipahami juga, bahwa pemimpin yang sukses duniawi dan ukhrowi umumnya lahir dari rahim ibu yang sholehah dan lingkungan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Oleh sebab itu, keluarga yang sakinah mawaddah warahmah juga perlu diciptakan untuk terbinanya generasi rabbani yang sholeh dan taat kepada Allah SWT dan mengikuti Al Quran dan sunnah.

“Tidak ada artinya sukses di dunia jika keluarga yang kita miliki adalah keluarga yang rusak dan durhaka kepada Allah SWT dan Rasulnya. Dalam berkeluarga sendiri juga harus saling mengingatkan sesama saudara dan orang orang terdekat kita untuk terciptanya keluarga idaman ini, sehingga tercipta peradaban muslim yang tangguh. Semoga keluarga yang kita bina, terhindar dari api neraka dan menjadi generasi yang sholeh sholehah dan tangguh,” ungkap istri dari Irfan Aulia Saiful ini.
Dhiya’u Syahidah, anak ketiga Irwan dan Nevi dalam komentarnya mengatakan, seorang istri memiliki peran yang sangat strategis nan vital dalam membangun suatu kehidupan yang lebih baik dan bermartabat, mulai dari keluarga hingga urusan berbangsa dan bernegara. Hal ini merupakan suatu aksioma karena seorang pemimpin manapun pasti lah memiliki seorang yang sangat dekat pada pemimpin itu secara emosional, dan tentunya istri adalah sosok yang memiliki ikatan emosional terkuat bagi seorang pemimpin (suami). Jika kondisi seorang istri tidak sehat secara lahir atau pun batin, pasti hal ini akan mempengaruhi kondisi psikis sang pemimpin itu sendiri yang akan berefek pada orang-orang yang dipimpinnya.

“Bila kita berbicara tentang cinta antara suami dan istri, sesungguhnya cinta ideal menurut Islam adalah cinta yang berbanding lurus dengan cinta mereka kepadaNya. Sehingga, semakin keduanya mencinta semakin besar semangat di dada mereka untuk beribadah kepadaNya. Maka, jika salah memilih istri atau pendamping tentulah cinta itu akan membawa kepada kehancuran bagi sang pemimpin. Sudah tidak asing lagi kita melihat banyak orang-orang yang menempuh cara-cara haram untuk mengejar kepentingan duniawi. Tentunya hal ini tidak akan terjadi jika sang istri senantia‎sa memotivasi dan mengingatkan suami untuk mencari rezeki-Nya yang halal,” tegas istri dari Fallery.

Jundy Fadhlillah, Waviyatul Ahdi dan Dhiya’u Syahidah sudah pula berumahtangga, sehingga paham betul peran mereka sebagai suami atau istri. Didikan ayah dan ibu mereka menjadi bekal pula dalam membina rumah tangga mereka, sehingga menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Dalam membina rumah tangga, mereka meneladani ayah dan ibu mereka. Dari komentar-komentar yang mereka berikan, sangat kental sekali nuansa agamanya. Tentu ini adalah modal utama yang diberikan Irwan dan Nevi kepada mereka sedari kecil sampai mereka berumahtangga pula.

Sekarang, mari kita lihat pula komentar anak-anak Irwan dan Nevi yang masih lajang. Anwar Jundi mengatakan, intinya bahwa di balik segala kesuksesan, walaupun Ayah Ibu masih muda, maka di belakang tersebut ada yang berperan menjadi panutan serta pendukung untuk sukses, yaitu seorang istri dan anak-anak yang selalu mendorongnya. Di dunia ini segala macam aktivitas telah diatur oleh Allah, Allah telah memberi rezeki yang banyak kepada kedua orang tua ini, rezeki itulah yang telah membuat kedua orang tua ini taat kepada allah.

Dikatakannya, ayah telah dilahirkan dari keluarga bercukupan, ibu juga sama telah lahir di keluarga bercukupan. Yang membuat Allah suka karena mereka setiap hari selalu beribadah kepada Allah, itulah yang paling disukai oleh Allah sehingga mereka menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya. Tapi apabila ada kekurangan pada anaknya dan ketika anak yang satu bermasalah maka saudaranya pun akan mengikutinya.

Salah satu kunci kesuksesan seseorang dalam memimpin organisasi adalah dukungan dari istri dan anak-anaknya. Orang bijak sering mengatakan, “Di balik lelaki sukses, ada wanita hebat di belakangnya.” Jika ada lelaki yang menjadi pemimpin besar, motivator hebat, tokoh ternama dan pengusaha sukses, maka pasti ada peran besar di belakangnya yaitu istrinya.

Anak kelima Irwan dan Nevi, Atika memberikan ulasan, kesuksesan seorang suami dalam karirnya bukan hanya berasal dari kecerdasan semata, kesuksesan tersebut memiliki kunci yang sangat mudah untuk didapatkan, yaitu seorang istri. Istri merupakan sosok yang menjadi fungsi kontrol bagi suami untuk tetap berada di jalur Allah SWT. Istri juga merupakan motivator paling handal bagi sang suami, istri yang baik mampu meringankan beban suami ketika mencari nafkah.

Hal tersebut, jelas mahasiswa Fakultas Ekonomi UI ini, dapat dilakukan melalui hal-hal yang sepele. Dari cara sang istri menyambut suami ketika pulang, menyiapkan makanan untuk suami, dan selalu berada di sisi suami dalam keadaan susah maupun senang. Dengan begitu, sang istri mampu mendamaikan mata dan jiwa suami, sehingga masalah-masalah seperti terjerat kasus hukum, korupsi, dan lain halnya dapat terjauhi dari suami. Suami dan istri yang memiliki cinta berlandaskan cinta karena Allah SWT dan Rasul-Nya pastinya akan memiliki kerjasama yang positif dalam membangun rumah tangganya.

“Suami dan istri mampu membina anak-anaknya untuk berada di jalan Allah SWT, mengantarkan anak-anaknya untuk menjalani kehidupan dunia, dan membantu anak-anaknya dalam mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat. Maka dari itu, keluarga sakinah mawaddah wa rahmah harus mampu diwujudkan untuk tiap keluarga. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa kebahagiaan keluarga itu berasal dari seorang suami dan istri yang sholeh dan sholehah, serta anak-anaknya yang berbakti,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Ibrahim, anak keenam Irwan Prayitno dan  Nevi Zuairina, salah satu kunci kesuksesan seseorang dalam pemimpin adalah dukungan dari istri dan anak-anaknya yang memberikan peran besar. Tentu para suami tidak bisa mengabaikan pentingnya dukungan keluarga bagi tercapainya suatu keberhasilan. Ayah adalah sosok pemimpin yang beruntung memiliki seorang istri yang tangguh (ibu), yang mampu mendorong Ayah di titik sekarang.

Itulah komentar dari anak-anak Irwan Prayitno dan Hj. Nevi Zuairina. Komentar yang berlandaskan kecintaan kepada kedua orang tua mereka. Tak lupa pula, dengan penuh kekaguman kepada sosok ayah dan ibu mereka, mereka terus memberikan semangat agar kedua orang tua mereka tetap menjalankan aktivitas sosial politik dan amanah yang diberikan sesuai dengan ketentuan Ilahi.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 8 Oktober 2015

 

Pemimpin Muda Nan Ganteng dan Agamis

Pemimpin Muda Nan Ganteng dan Agamis

MALAM ini, Kamis (8/10/2015), beberapa orang mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumbar mendatangi Sekretariat Bersama Bara Online Media (Sekber BOM) di jalan Siak No. 4 Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang. Maksud kedatangan mereka adalah untuk bersilaturahmi dengan jajaran pimpinan BOM dan ingin menimba ilmu jurnalistik dari wartawan gaek Syahrial Aziz.

Selain itu, kedatangan mereka juga bertujuan menyampaikan aspirasi bahwa mereka juga memberikan dukungan kepada calon Gubernur Irwan Prayitno yang berpasangan dengan calon Wakil Gubernur H. Nasrul Abit yang akan berlaga pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumbar tanggal 9 Desember 2015.  Alasan mereka mengapa harus mendukung Irwan Prayitno ternyata simple dan sesuai fakta yang ada.

 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. Bukhari)
Menurut mereka, di antara dua pasang calon gubernur yang akan berlaga, Irwan Prayitno merupakan sosok pemimpin muda nan ganteng dan agamis. Irwan Prayitno kelahiran tahun 1963 dan sekarang baru berusia 52 tahun.

Zianul Haq, mahasiswa STKIP PGRI Sumbar asal Pasaman Barat mengatakan, Sumatera Barat butuh sosok pemuda yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan penuh dengan inovasi dalam membangun daerah ini. Dan itu terdapat pada sosok Irwan Prayitno, seorang pemuda yang gigih dan ulet, sehingga tidak saja berhasil memimpin rumah tangganya, tetapi telah berhasil membawa masyarakat Sumatera Barat keluar dari musibah gempa 30 September 2009.

Di mata Zianul Haq, Irwan Prayitno berhasil menuntaskan rehab rekon  sebanyak 197.636 rumah masyarakat yang rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan akibat gempa bumu 30 September 2009 yang menelan dana sebesar Rp 2,714 triliun dengan tepat waktu. Termasuk dalam membenahi sarana prasarana publik yang rusak akibat gempa bumi dahsyat tersebut, seperti jalan, jembatan, irigasi, sarana kesehatan, pasar, dan sarana pendidikan. Keberhasilan ini patut diapresiasi, tak hanya oleh pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tetapi juga oleh masyarakat Sumbar secara keseluruhan.

 

Apresiasi dari Pemerintah Pusat dalam bentuk pemberian empat penghargaan sekaligus: Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Tanggap Darurat,Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Rehab Rekon Pascabencana, Terbaik II Kategori Akuntabilitas Bidang Kebencanaan dan Terbaik III Bidang Mitigasi. Penghargaan ini diterima pada tahun 2011. Pada tahun 2013 diperoleh lagi penghargaan Rehab Rekon Tercepat.
Disamping itu, menurut Zianul Haq, Irwan Prayitno adalah sosok pemimpin yang agamis. Irwan dikenal sebagai ustadz tidak hanya setelah menjadi Gubernur Sumatera Barat, tetapi jauh sebelum itu. Dia telah berdakwah sejak muda, berdakwah dari kampus ke kampus, dari surau ke surau dan dari mesjid ke mesjid. Berbeda dengan kebanyakan pemimpin lainnya, yang mendadak menjadi ustadz menjelang pemilu saja yang bertujuan untuk meraih simpati rakyat dan meraup suara mereka.

Zianul Haq berharap, Irwan terpilih kembali menjadi Gubernur Sumatera Barat dan melanjutkan pembangunan yang telah dia lakukan. Jika terpilih nanti, Zianul Haq meminta Irwan serius membenahi pendidikan di daerah ini. Kampus-kampus yang ada perlu pembenahan dan perhatian lebih dari pemerintah daerah, tak hanya dari segi fisik, tetapi peningkatan kualitas SDM-nya. Mahasiswa yang menuntut ilmu di berbagai kampus juga butuh perhatian, terutama mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.

 

“Secara pribadi, saya belum pernah bertemu Irwan Prayitno. Saya mendapat informasi tentang dirinya dari media sosial, media online, koran, dan dosen-dosen di kampus. Saya ingin sekali bertemu beliau, dan mengundangnya pada kegiatan seminar yang kami adakan. Dulu beliau pernah memberikan materi seminar di kampus kami, dan sejak itu kami tertarik dengannya,” ungkap Zianul Haq, mahasiswa jurusan pendidikan sejarah STKIP PGRI Sumbar ini.
Senada dengan itu, Naldi, mahasiswa STKIP PGRI Sumbar lainnya berharap, jika terpilih lagi, Irwan Prayitno harus fokus membenahi SDM di daerah ini. Kejayaan Sumatera Barat sebagai daerah industri otak harus dikembalikan. Untuk itu, pembenahan pada sektor pendidikan perlu dilakukan secara serius dengan perencanaan yang matang. Sekolah-sekolah yang rusak harus diperbaiki, kesejahteraan tenaga pendidik juga harus mendapat perhatian tersendiri dari pemerintah daerah. Apatah lagi, Irwan Prayitno merupakan seorang pendidik dan pernah menjadi Ketua Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan.

Naldi juga mengharapkan Irwan membuka lapangan kerja. Sebab, bantuan tunai langsung yang diberikan kepada masyarakat selama ini oleh pemerintah ternyata tidak tepat sasaran dan lebih cenderung konsumtif. Demikian juga pemberian bantuan lainnya, juga cenderung tak tepat sasaran. Makanya, solusi yang tepat untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan membuka lapangan kerja, bukan memberikan bantuan seperti itu.

Irwan juga diharapkan mampu menstabilkan harga produksi perkebunan dan pertanian yang saat ini cenderung mengalami penurunan. Seperti harga sawit, ikan, dan lainnya. Sebab, jika harga produksi perkebunan dan pertanian terus-terusan menurun akan berdampak pada kesejahteraan petani. Tentunya Irwan harus memikirkan langkah jitu untuk mengatasi penurunan haraga sawit dan hasil pertanian ini jika terpilih lagi menjadi gubernur.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 9 Oktober 2015

Seimbang Antara Kesalahen Personal dan Sosial

Seimbang Antara Kesalahen Personal dan Sosial

BAGI seseorang, sangat sulit memadukan kedua hal ini: kesalehan personal dan sosial. Biasanya, orang yang saleh secara personal, belum tentu mampu menjaga kesalehan sosialnya dengan baik, begitu pula sebaliknya. Orang yang saleh personal dan sosial sering terjerat kepada perbuatan riya dalam melakukan aktivitas yang digelutinya.

Misalnya, seseorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mendadak rajin puasa sunah Senin-Kamis, padahal sebelumnya dia jarang melakukannya. Selidik punya selidik, lantaran induk semangnya rajin puasa sunnah Senin-Kamis. Ada pula orang yang mendadak menjadi ustad menjelang pelaksanaan pemilihan umum. Dia rajin masuk mesjid ke luar mesjid, tujuannya bukan memberikan pencerahan ke umat, tetapi untuk meraih simpati umat sehingga memperoleh suara yang diinginkan. Ini bentuk kesalehan pribadi yang dibuat-buat, ada maunya dari manusia, bukan mengharap ridho Ilahi.

 

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian semua adalah syirik kecil.’ Para sahabat bertanya, ‘apa yang dimaksud dengan syirik kecil wahai Rasulullah?’ beliau bersabda, ‘riya’. Di hari kiamat kelak, manusia diberi pahala, Allah berfirman kepada mereka, ‘Pergilah kalian kepada mereka yang pernah kamu riya’ ketika di dunia dan perhatikanlah apakah di sisi mereka ada pahala untuk kalian.” (HR. Ahmad)
Contoh lainnya, banyak orang yang mendadak menjadi dermawan. Bukan karena dia ingin berbagi untuk sesama, kebetulan dia lagi mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau kepala daerah. Hal ini secara terang benderang diketahui orang, tetapi kebanyakan mereka diam, dan tetap menerima sumbangan dari caleg atau cakada (calon kepala daerah) tersebut. Penilaian dilakukan di dalam hati mereka masing-masing dengan menimbang baik buruknya.

Dalam kenyataannya, kita juga melihat masih terdapat ketimpangan yang tajam antara kesalehan personal dan kesalehan sosial. Banyak orang yang saleh secara personal, namun tidak atau kurang saleh secara sosial. Kesalehan personal kadang disebut juga dengan kesalehan ritual, kenapa? Karena lebih menekankan  dan mementingkan pelaksanaan  ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikir, dan sebagainya. Disebut kesalehan personal karena hanya mementingkan ibadah yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri. Sementara pada saat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan sosial, dan kurang menerapkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan bermasyarakat.  Pendek kata, kesalehan jenis ini ditentukan berdasarkan ukuran serba  formal, yang hanya hanya mementingkan hablum minallah, tidak disertai hablum minan nas.

Sedangkan “Kesalehan Sosial” menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat concern terhadap masalah-masalah ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama; mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, artinya  mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya. Kesalehan sosial dengan demikian adalah suatu bentuk kesalehan yang tak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai oleh seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya. Sehingga orang merasa nyaman, damai, dan tentram berinteraksi dan bekerjasama dan bergaul dengannya.

 

“Barangsiapa bangun di waktu pagi dan berniat menolong orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam, baginya ganjaran seperti Haji Mabrur. Hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan utang.” (HR. Ibnu Hajar Al-Asqolani)
Menarik untuk mencermati pemilihan Gubernur Sumatera Barat kali ini. Ada orang yang memaksakan diri agar terlihat saleh secara personal dan sosial demi meraih simpati rakyat. Namun tidak bagi Irwan Prayitno. Pada dirinya, kesalehan personal dan sosial tidak dibuat-buat. Orang-orang yang mengenali Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa dengan baik, maka mereka akan tahu, bahwa kesalehan personal dan sosial yang terbentuk pada sosok yang satu ini bukan dibuat-buat menjelang pemilihan anggota DPR RI atau Gubernur Sumatera Barat saja.

Kesalehan personal dan sosial Irwan terbentuk berkat didikan kedua orang tuanya, Djamrul Djamal dan Sudarni Sayuti. Keduanya merupakan lulusan PTAIN Yogyakarta dan dosen IAIN Imam Bonjol. Irwan dididik ilmu agama oleh kedua orang tuanya sendiri sedari kecil. Dalam kehidupan sehari-hari, Irwan sudah terbiasa mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Irwan sudah terbiasa puasa sunnah Senin-Kamis, sudah terbiasa sholat dhuha, sudah terbiasa sholat malam, iktikaf di mesjid, membaca Al Quran dan ibadah yang bersifat ritual lainnya. Irwan pun sudah terbiasa memberikan tausiyah kepada umat sejak muda. Dia dikenal sebagai ustad panggilan yang dipanggil ceramah dari surau ke surau, dan dari mesjid ke mesjid. Dia juga mentarbiyah anak-anak muda, sehingga mereka mengenal agamanya dengan baik.

Dalam membina rumah tangga pun, Irwan Prayitno mencari pasangan yang sekufu dengannya. Adalah Nevi Zuairina, seorang wanita yang tangguh yang selalu setia mendampingi penghulu Suku Tanjuang Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini. Menikah dalam usia muda, ketika masih menuntut ilmu di Universitas Indonesia (UI). Bersama Nevi Zuairina, Irwan Prayitno membina rumah tangganya. Mereka bertekad menjadi keluarga dakwah. Anak-anak Irwan Prayitno pun dididik dengan nilai-nilai keislaman yang kental dalam rumah tangga. Kesalehan personal dan sosial dikenalkan kepada mereka sejak dini oleh Irwan dan Nevi.

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Ya, hobi Irwan Prayitno memang berdakwah. Di mana berada, dengan siapa pun lawan bicara, kata-kata dakwah pasti terselip dari ucapannya. Selain sebagai penceramah agama, dia juga kerap diundang menjadi khatib Jumat dan dua sholat Id. Kesalehan personal ini tertanam kuat pada dirinya. Kesalehan personal ini pun berujung pada kesalehan sosial, karena ritual ibadah dalam Islam sarat makna sosial. Semisal sholat, puasa, zakat, haji, sedekah, dan lain sebagainya.

Bagi Irwan, ibadah ritual dalam Islam erat kaitannya dengan perilaku sosial seseorang. Puasa misalnya, menurut Irwan dapat menjadi terapi mencegah perilaku korupsi. Sebab, misi utama ibadah puasa adalah mengendalikan hawa nafsu. Puasa mengajarkan umat Islam untuk menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, merasakan penderitaan orang lain yang kelaparan serta mendekatkan diri kepada Allah swt. Jika ibadah puasa dilakukan dengan baik dan benar, Insya Allah akan mampu mencegah seseorang dari tindakan korupsi. Dan selama memimpin Sumatera Barat sejak tanggal 15 Agustus 2010-15 Agustus 2015, publik Sumatera Barat belum pernah mendengar Irwan Prayitno tersangkut kasus korupsi.

Suatu hal yang menarik bagi penulis sejak mengenal Irwan. Sosok yang satu ini paling tidak suka namanya disebut-sebut jika memberikan sumbangan. Dia akan berpesan kepada penerima sumbangan, cukup disebut hamba Allah saja, tak usah disebut namanya. Tujuannya adalah untuk menghindari riya, sebab perilaku riya akan membakar amal ibadah seseorang. Dalam suasana pemilihan Gubernur Sumatera Barat 2015 ini pun, Irwan tidak mau disebutkan namanya jika memberikan sumbangan. Padahal, biasanya seorang calon kepala daerah paling suka namanya disebut-sebut jika memberikan sumbangan.

 

“Sesungguhnya, orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dalam salat) di hadapan manusia. Dan, tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa: 142).
Dengan demikian, Islam bukan agama individual. Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah agama yang dimaksudkan sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil alamin). Agama yang tidak hanya untuk kepentingan penyembahan dan pengabdian diri pada Allah semata tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena itu, dalam Al Quran kita jumpai fungsi manusia itu bersifat ganda, bukan hanya sebagai abdi Allah tetapi juga sebagai khalifatullah. Khalifatullah berarti memegang amanah untuk memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam semesta ini, karena itu mengandung makna hablum minan nas wa Hablum minal alam.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 9 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno dan Tour de Singkarak

Irwan Prayitno dan Tour de Singkarak

TOUR de Singkarak diselenggarakan untuk pertama kali oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia pada tahun 2009. Dipandang sukses dari segi peyelenggaraan, menjadikan ajang balap sepeda ini sebagai salah satu kejuaraan balap sepeda resmi Persatuan Balap Sepeda Internasional di kelas 2.2 Asia Tour. Sehingga selain didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, Tour de Singkarak juga diperkuat dengan dukungan APBD provinsi dan kabupaten atau kota yang daerahnya dilalui oleh peserta.

Hal ini disebabkan setiap daerah yang menjadi bagian dari tahapan perlombaan balap sepeda Tour de Singkarak mempunyai peran cukup besar dalam mengenalkan daerahnya. Sehingga jumlah kabupaten dan kota yang menjadi jalur lintasan Tour de Singkarak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tour de Singkarak adalah kejuaraan balap sepeda resmi dari Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste International) yang diselenggarakan setiap tahun di Sumatera Barat.

 

Kejuaraan ini merupakan balapan jalan raya jarak jauh yang umumnya diadakan sekitar bulan April hingga Juni dan berlangsung selama seminggu. Namun, pada tahun ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015. Kejuaraan ini telah menjalin kerjasama dengan Amaury Sport Organisation yang menjadi penyelenggara Tour de France di Perancis. Sesuai dengan namanya, Singkarak yang merupakan danau terbesar di Sumatera Barat menjadi bagian dari jalur lintasan Tour de Singkarak. Selain itu, beberapa kawasan wisata lain juga menjadi bagian dari jalur lintasan, termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, Danau Di atas, dan Danau Di bawah.
Dalam tiga kali penyelenggaraan Tour de Singkarak, kota Padang selalu menjadi titik start pelombaan dengan titik finish di dermaga danau Singkarak. Namun pada Tour de Singkarak 2012, titik start lomba dipindahkan ke kota Sawahlunto. Sedangkan titik finish dipindahkan ke kota Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat. Pada tahun ini, TdS mengambil start di Pantai Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 3 Oktober 2015 dan finish di kota Padang tanggal 10 Oktober 2015. Ini menjadi hal baru untuk Tour de Singkarak mengingat biasanya ajang dimulai di Sumatera Barat bagian Utara.

Tour de Singkarak memperebutkan hadiah total senilai 2,5 miliar rupiah tahun ini. Ada 24 tim dari 36 negara akan ikut serta dalam ajang ini. Satu tim yang menonjol adalah Track Team Astana dari Kazakhstan, yang pernah mengikuti Tour de France. Ajang balap sepeda internasional ini menempuh jarak sejauh 1.343,1 kilometer yang terbagi dalam sembilan etape serta melalui 18 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Etape 1: Sabtu (3/10/2015): Pesisir Selatan-Pariaman (136 km), Etape 2: Minggu (4/10/2015): Padang Pariaman-Kab. Solok (120 km), Etape 3: Senin (5/10/2015): Sijunjung-Dharmasraya (157 km), Etape 4: Selasa (6/10/2015): Solok Selatan-Sawahlunto (160 km), Etape 5: Rabu (7/10/2015): Bukittinggi-Tanah Datar (145 km), Etape 6: Kamis (8/10/2015): Payakumbuh-Limapuluh Kota (135 km), Etape 7: Jumat (9/10/2015): Pasaman-Pasaman Barat (98 km), Etape 8: Sabtu (10/10/2015): Pasaman Barat-Agam (121 km), dan Etape 9: Minggu (11/10/2015): Padang Panjang-Padang (110 km).

 

Bagi Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, mantan Gubernur Sumbar periode 2010-2015, mengaku puas dengan pelaksaaan TdS. Bahkan, ajang ini diakuinya menjadi media promosi yang bagus untuk Sumatera Barat. TdS semakin memantapkan posisi dan citra Sumbar sebagai destinasi pariwisata yang diperhitungkan dalam skala internasional. Menurutnya, TdS merupakan penghargaan bagi Sumbar. Pascagempa, orang takut ke Sumbar. Tapi sekarang jumlah kunjungan meningkat yang ditandai dengan pesawat selalu full booking, begitu juga hotel.
Dengan pariwisata ini, Irwan berharap, perekonomian masyarakat dan daerah bisa tumbuh positif. Ajang ini, menjadi promosi luar biasa, karena semua mata dunia tertuju ke daerah ini. Sumatra Barat makin dikenal dan dicintai. Jumlah negara yang menjadi peserta TdS terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di samping banyaknya kunjungan wisata ke Ranah Minang, TdS telah memotivasi masyarakat Sumbar gemar bersepeda.

TdS berakhir di Kota Padang hari ini, Sabtu (10/10/2015). Fakta membuktikan, jelas Irwan lagi, walau di tengah bencana kabut asap yang melanda, masyarakat Sumatra Barat mampu menjadi tuan rumah alek gadang tersebut untuk kesekian kalinya. Acara yang menjadi sorotan masyarakat internasional tersebut berlangsung dengan sangat baik dan terus makin membaik dari tahun ke tahun. Masyarakat luas bahkan dunia telah tahu dan kenal Sumatra Barat, kita tentu ingin mereka cinta dan rajin berkunjung ke sini, agar peluang ekonomi itu makin terbuka. Karena itu tugas kita adalah memberikan yang terbaik dan memberikan kesan yang baik kepada mereka.

 

“Jika menawarkan jasa kuliner, berikanlah kuliner yang terbaik. Begitu juga jika menawarkan souvenir, berikanlah souvenir terbaik dan berkualitas. Jangan kecewakan mereka, buktikan, orang Minang adalah masyarakat yang berbudaya tinggi, jangan buat mereka kapok untuk datang lagi. Jangan berikan kesan yang jelek yang membuat mereka memberikan penilaian negatif tentang Sumatra Barat. Mari bersama-sama menyukseskan TdS, mari saling bahu-membahu untuk membuka peluang perbaikan ekonomi bagi ranah yang indah dan kita cintai ini,” ujar putra Kuranji ini.
Jika ditanya untuk apa TdS diadakan, menurut Irwan jawaban utamanya cuma satu: meningkatkan ekonomi masyarakat.
Setelah TdS sukses dilaksanakan, setelah wisatawan datang berkunjung ke Sumatra Barat, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan TdS, maka misi selanjutnya, bagaimana kunjungan wisatawan tersebut berdampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Kita semua sudah tahu dan dunia pun telah mengakui Sumatra Barat memiliki potensi alam yang luar biasa. Sumatera Barat punya budaya dan seni yang spesifik, kita juga punya kekayaan kuliner yang diakui kelezatannya di mana-mana.

Peluang itu makin terbuka, karena Sumatra Barat bisa dijadikan tujuan wisata alternatif karena bagaimanapun, wisatawan selalu mencari sesuatu yang baru dan menarik untuk dikunjungi. Wisatawan pasti akan merasa monoton jika hanya mengunjungi lokasi wisata yang sama dari tahun ke tahun seperti Bali, Yogja, Malaysia atau Singapura. Bagaimanapun jika cuma itu ke itu saja pasti jenuh, harus ada destinasi alternatif. Tujuan wisata alternatif itu Sumatra Barat, daerah ini sangat potensial. Kota Bukittinggi atau Sawahlunto telah membuktikan bahwa pariwisata telah mampu membuat ekonomi daerah ini berdenyut.

 

Efek berganda dari pertumbuhan wisata telah membuat ekonomi masyarakat tumbuh secara nyata. Itulah keistimewaan industri pariwisata dibandingkan industri lain, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh kelompok tertentu, tetapi berdampak langsung terhadap masyarakat secara luas. Dengan demikian berarti tugas selanjutnya, adalah mempersiapkan Sumatra Barat menjadi tempat wisata yang layak. Kebersihan, keindahan dan kenyamanan menjadi kata-kata kunci agar wisatawan berkunjung dan betah membelanjakan uangnya di sini.
Namun hampir di semua objek wisata kita, ungkap Irwan, bertebaran sampah di mana-mana. Kondisi ini harus segera diubah, kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat harus segera dihapus. Saya menyaksikan sendiri, peserta atau panitia TdS dari negara lain selalu memasukkan dan menyimpan sampah mereka dalam kantong-kantong untuk kemudian dibuang di tempat sampah. Tapi justru masyarakat kita membuang sampah sembarangan dimana saja mereka suka.

Tentu saja kebiasaan ini harus segera kita ubah. Banyak wisatawan yang memilih tinggal di rumah penduduk (home stay), bukan hotel berbintang asal rumah tersebut bersih dan nyaman. Hal ini tentu akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat. Satu lagi yang perlu kita ubah adalah sikap melayani wisatawan. Kalau ditanya kenapa wisatawan memilih Bali, Jogyakarta atau Bandung, jawabannya adalah keramahan masyarakat setempat, sikap profesional mereka melayani wisatawan. Di bandara di daerah tersebut tidak akan kita temui pengemudi taksi rebut-rebutan penumpang, apalagi sambil menarik-narik tas mereka. Premanisme di objek wisata juga paling banyak dikeluhkan wisatawan sehingga mereka kapok berkunjung ke daerah itu.

 

Usai TdS juga diharapkan berdampak terhadap animo masyarakat masyarakat Sumbar untuk berolahraga sepeda, bahkan diharapkan ke depan akan uncul pembalap sepeda yang bakal menjuarai Tour de Singkarak, sekaligus menjadi pembalap nasional. Tentu saja infrastuktur pendukung harus terus ditingkatkan. Biasanya jika peluang bisnis terbuka, kondisi dan masyarakat setempat mendukung, otomatis investor akan turun turun menanamkan modal untuk menyiapkan fasilitas. Pemerintah kota dan kabupaten tentu juga akan menfasilitasi agar semua itu bisa terwujud, tinggal menunggu komitment kita bersama, ujarnya.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 10 Oktober 2015

Antri Jemput Buku Rapor Anak di Sekolah

Antri Jemput Buku Rapor Anak di Sekolah

SOSOK yang satu ini adalah pemimpin yang selalu dekat dengan anak-anaknya. Walau setiap harinya sibuk menghadiri undangan masyarakat dengan waktu yang terbatas, namun komunikasi dengan 10 orang anak-anaknya tetap berjalan dengan baik. Apatah lagi, di zaman yang serba  gadget canggih ini, komunikasi dapat dilakukan melalui smartphone berupa Short Message Service (SMS), WhatsApp (WA), BBM, dan segela macamnya.

Adalah Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, mantan Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015, sangat memperhatikan perkembangan anak-anaknya, terutama dari segi pendidikan. Irwan menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, yang tidak hanya pintar dari segi keilmuan, tetapi juga memahami agama dengan baik dan benar, sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

 

“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim) “Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kemudian dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?” Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan doa yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.” (HR. Ahmad)
Sabtu (10/10/2015), sebagaimana diceritakan Zulhefi Sikumbang pada postingannya di akun jejaring sosial facebook miliknya, Irwan Prayitno antri, seperti wali murid kebanyakan. Walau Yayasan Adzkia adalah miliknya, tetapi dia tetap antri menjemput baku rapor sekolah anaknya yang duduk di kelas 9 C Adzkia, yang terletak di Taratak Paneh, Kuranji Kota Padang.

Bagi Irwan Prayitno hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Dirinya tak canggung antri bersama orang tua lainnya ketika mendaftarkan anak sekolah, demikian juga ketika menjemput buku rapor anak di sekolah. Seperti warga biasa lainnya, sebagai seorang ayah, pekerjaannya setiap pagi adalah mengantar sendiri putrinya ke sekolah, terkecuali dirinya tidak berada di Padang, baru pekerjaan tersebut diambil alih istrinya Hj. Nevi Zuairina.

Terkadang memang, karena faktor kesibukan dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, memaksa Irwan menyerahkan urusan anak-anak kepada sang istri, Nevi Zuairina. Dengan 10 orang anak, tentu bukan pekerjaan yang gampang. Tapi syukurnya, anak-anak Irwan sekarang sudah besar-besar. Di antaranya sudah berkeluarga. Dari pernikahan anak-anaknya itu, ia dikaruniai tiga cucu. Anak-anaknya itu sudah jadi orang berhasil, memiliki penghidupan yang mapan dari kerja kerasnya sendiri.

 

Keberhasilan anak-anak Irwan terlihat dari pencapaian pendidikan mereka. Semua anak-anaknya yang sudah dewasa, kuliah di universitas negeri ternama di Indonesia. Ada juga yang menamatkan sarjana di luar negeri dan mendapatkan pekerjaan yang baik di Jakarta. Enam anak Irwan kini berada di ibukota, empat lainnya di Padang. Keberhasilan anak-anaknya itu tak terlepas dari komitmen Irwan yang kuat sebagai kepala keluarga. Di tengah kesibukkannya, mengurus anak-anak tetap menjadi yang utama.
Irwan biasa mengantar anak-anak ke sekolah. Bahkan, untuk urusan menjemput rapor, ia sendiri yang melakukan. Bagi Irwan, kesempatan itu digunakan untuk lebih mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah. Dirinya selalu bertanya kepada guru anak-anak di sekolah, bagaimana perkembangan pendidikan mereka. Sesibuk apa pun, Irwan selalu berkomunikasi dengan anak-anak, menanyakan kabar mereka, apakah sudah shalat dan sebagainya.

Kebiasaan mengantar anak ke sekolah bukan untuk memanjakan, tapi itulah caranya agar bisa lebih dekat dan berkomunikasi dengan anak. Sambil berada di dalam mobil, anak-anak terasa semakin dekat. Dengan demikian, Irwan bisa leluasa menyelami isi hati anak-anaknya. Sebab, jika hanya melalui telpon, anak-anak itu tak tahu mesti ngomong apa. Tapi, kalau sedang bersama-sama, mereka akan cerita apa saja. Dari sana, Irwan jadi tahu bagaimana kondisi anak-anak.

Bahkan, ketika mengantar anak-anak ke sekolah, Irwan sendiri yang menyetir mobil. Ketika bertemu dengan para orang tua lainnya yang mengantar anaknya ke sekolah, Irwan mengaku tak ada rasa yang berbeda ketika ia tak lagi menjadi Gubernur Sumbar. Sebagian orang masih menyapanya sebagai Pak Gubernur. Seperti ketika sedang mengantar sang putri ke sekolah, di jalan yang macet memasuki gerbang SMAN 1 Padang, Irwan diteriaki oleh para orang tua siswa dengan panggilan Pak Gub.

 

“Secara pribadi, saya sangat mengagumi teman saya Irwan Prayitno. Walau sesibuk apa pun, dirinya tetap mengutamakan anak-anaknya. Perhatian kepada anak-anaknya tidak pernah berkurang. Jadi tidak salah, kalau anak-anaknya berhasil dalam menempuh pendidikan. Sebagai orang tua, Irwan layak kita jadikan contoh, sebab tak mudah mengurus anak-anak sebanyak itu, apatah lagi memberikan perhatian setiap saat,” ungkap Zulhefi Sikumbang, teman sesama SMA yang selalu dekat dengan Irwan Prayitno.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 10 Oktober 2015

 

Tidak Pemarah dan Berkata

Tidak Pemarah dan Berkata Kotor

RASA marah yang timbul akibat perasaan yang tersakiti sudah terlalu sering terjadi pada setiap orang. Hal tersebut sangat manusiawi terjadi. Bahkan orang yang sangat sabar pun bisa merasakan marah dan emosi ketika sudah tidak tertahankan lagi. Marah yang memuncak dan emosi yang tinggi akan menutupi pikiran seseorang dan kesadarannya, sehingga akan membuat seseorang secara tidak sadar mengucapkan atau melontarkan kata-kata kasar yang menyakitkan hati lawan bicaranya.

Hanya dengan sepenggal kata-kata yang menyakitkan, sebuah hubungan bisa hancur dan berantakan. Dalam sebuah hubungan, entah itu hubungan pertemanan atau hubungan atasan dan bawahan tentu saja tidak terlepas dari yang namanya pertengkaran. Bahkan, semesra apa pun atau seromantis apa pun hubungan pasangan suami istri, pasti pernah mengalami pertengkaran atau percekcokan. Dalam keadaan yang sangat marah, seseorang akan berpikiran negatif dan untuk mengekspresikannya dia akan mengucapkan kata-kata yang negatif juga, karena sangat sulit untuk berpikiran positif pada saat itu.

 

“… dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:  134) Rasulullah saw bersabda, “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bagi mereka yang mengenal sosok Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa secara baik, mereka pasti tahu kalau Irwan bukanlah tipe orang pemarah, apatah lagi sampai mengeluarkan kata-kata kurang sopan, seperti “bacaruik” segala macam. Kalau Irwan tidak suka terhadap ucapan atau tingkah laku seseorang, dia akan menasehati orang tersebut. Jika tidak bisa dinasehati dia akan diam atau meninggalkan orang itu.

Irwan juga terkenal sebagai orang yang pemaaf dan nyaris tak pernah marah. Di awal jabatan beliau sebagai gubernur Sumatera Barat banyak sekali ujian dan hambatan. Banyak hal-hal dan kejadian  yang sebenarnya memancing emosi.  Namun beliau tetap tenang. “Marah bukanlah solusi, apakah dengan marah-marah persoalan jadi selesai, apa bukan sebaliknya?” ujarnya memberi alasan.

Irwan dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 15 Agustus 2015. Pelantikan dilakukan di garasi mobil, sebab gedung DPRD Sumbar rusak akibat gempa 30 September 2009. Gempa besar tersebut yang meluluh lantakkan hampir separuh Sumatera Barat. Masyarakat Sumatera Barat saat itu dalam keadaan nyaris putus asa.

Banyak serangan, tudingan bernada miring ditujukan kepada beliau bahkan fitnah secara nyata-nyata. Kerabat dan kawan-kawan geram dan meledak emosinya menanggapi tudingan, black campaign  dan fitnah itu dan ingin menyerang balik penyebar fitnah. Namun Irwan mencegah mereka. “Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan, bukankah itu berarti kita sama jahatnya dengan mereka?”  ujarnya. Beliau menyarankan agar bersabar, biarkan Allah yang membalasnya , karena Allah Maha Tahu dan Maha Adil.

Banyak teman-temannya tidak puas dan tidak setuju dengan dalil yang dikemukakan Irwan, namun Irwan tetap kukuh dan yakin dengan pendiriannya.  Akhirnya teman-temannya diam saja. Namun kemudian terbukti apa yang diyakini Irwan adalah benar. Perlahan namun pasti fitnah itu justru berbalik kepada penyebar fitnah. Karena Irwan selalu bertindak  benar, fitnah itu makin tidak terbukti, justru Irwan makin dipercaya dan penyebar fitnah makin ketahuan belangnya. Memang benar, ternyata Tuhan telah memberikan hukuman yang lebih berat kepada mereka.

 

Menurut Irwan, kesalahan, baik disengaja maupun tidak disegaja bisa menimbulkan amarah, dendam dan sakit hati. Amarah, dendam dan sakit hati jika disimpan akan menjadi beban dalam pikiran. Makin lama makin banyak dan terus bertumpuk-tumpuk. Seperti virus dalam komputer,virus tersebut terus bertambah banyak dan bertambah. Akibatnya suatu saat komputer tersebut error, tak mampu lagi berkerja. Pada manusia hal yang hampir sama juga terjadi. Jika beban pikiran terus menumpuk, maka suatu saat bisa menimbulkan stres.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada komputer diatasi dengan antivirus. Antivirus akan mendelete (menghapus) virus-virus yang mengganggu sistem kerja komputer. Pada manusia antivirusnya adalah “memaafkan”. Memaafkan akan menghapus (mendelete) semua beban pikiran berupa amarah, dendam dan sakit hati.

Bagaimana cara Irwan melatih dirinya menjadi orang pemaaf, tidak pemarah dan tidak berkata-kata kurang sopan? Untuk melatih menahan nafsu amarah, salah satunya adalah dengan berpuasa. Dan Irwan selalu melaksanakan puasa sunnah, disamping puasa wajib di bulan Ramadhan. Irwan selalu puasa Senin-Kamis. Puasa melatih Irwan untuk menjaga sikap dan perbuatan serta perkataan agar melakukan hal-hal yang baik.

Sikap dan perbuatan yang baik tentu memberikan nilai tambah yang baik bagi orang lain. Menjaga ucapan dan perkataan yang baik tentu saja menyenangkan bagi orang lain, tidak menimbulkan sakit hati dan merugikan orang lain. Sebaliknya, sikap tersebut menimbulkan simpati kepada pelakunya.

Tidak ada manusia yang tak memiliki sifat amarah berapapun kadarnya.  Hanya saja, seberapa jauh, setiap orang memiliki kemampuan menahan dan mengendalikan sifat amarah dalam dirinya.  Sebagian orang mengatakan  marah adalah manusiawi, karena marah adalah bagian dari kehidupan. Tapi alangkah baiknya jika bisa menjadi pribadi yang bisa menahan marah dan kalaupun marah, maka marahnya tidak berlebihan, apatah lagi sampai mengeluarkan kata-kata kurang sopan.

“Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya.” (Imam Al Ghazali, dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 11 Oktober 2015

 

Tegas Bukan Berarti Harus Pemarah

Tegas Bukan Berarti Harus Pemarah

BANYAK yang menyangka, pemimpin yang tegas itu adalah pemimpin yang suka marah-marah kepada anak buahnya. Pemimpin yang suka mengatakan anak buahnya dengan kata kasar atau caci maki lainnya. Padahal, itu bukanlah bentuk ketegasan, tetapi tak lebih dari pada pemimpin pemarah yang menganggap anak buahnya tak lebih dari seorang budak. Dia memposisikan diri bak raja, dan anak buah harus tunduk serendah-rendahnya padanya.

Menurut Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI, tegas memang tidak identik dengan muka yang merah, mata yang melotot, dengan suara yang berteriak-teriak apa lagi dengan melemparkan benda-benda lain yang ada di sekitarnya kepada siapa saja yang tidak berdaya. Sosok seperti itu bukanlah pemimpin yang tegas, bahkan ia sama sekali bukan sosok pemimpin.

Ketegasan memang tidak lahir dari tampilan orang yang sangar. Ia lebih banyak lahir dari pemimpin yang sederhana, lembut, dan penuh kasih sayang. Contoh yang tidak terbantahkan; lihat dan teladanilah Jenderal Sudirman. Beliau begitu sederhana namun sangat tegas ketika bersikap non kompromi dalam bentuk apapun terhadap penjajah.

Dia pun berpendapat, ketegasannya juga dapat dilihat saat menolak semua deal-deal politik transaksional untuk bagi-bagi kekuasaan. Baginya, lebih baik membangun koalisi kecil, tapi solid dan hanya berorientasi pada kerja keras membangun masa depan bangsa yang lebih baik, daripada koalisi besar yang berorientasi bagi-bagi kekuasaan. Kalau itu terjadi hampir mustahil pemerintah bisa berbuat untuk bangsa. (Pendapat Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan dapat Anda baca di tribunnews.com dan beritasatu.com).

 

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159).
Sebagaimana pilpres, ketegasan kembali menjadi isu hangat pada pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat 2015 ini. Kelemah lembutan, tidak pemarah, tidak suka berkata kotor, pemaaf dan penyabarnya Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa menyebabkan dia dituding sebagai pemimpin yang tidak tegas. Lawan-lawan politiknya mencoba membangun persepsi negatif dengan mengatakan Irwan Prayitno bukanlah sosok pemimpin yang tegas dalam mengambil kebijakan.

Padahal, kalau disimak rekam jejak Irwan Prayitno selama menjabat Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015, justru dia termasuk sosok pemimpin yang tegas. Dalam mengangkat dan memberhentikan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Irwan Prayitno menegaskan sikapnya hanya akan mengangkat dan memberhentikan pejabat melalui mekanisme yang jelas dan berdasarkan pertimbangan objektif. Bukan berdasarkan pertimbangan orang dekat, tim sukses, teman sekampung, ataupun karena membayar uang setoran.

Pengangkatan pejabat eselon di semua SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) dilakukan sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku. Dalam hal ini, proses fit and proper test dan uji kemampuan seseorang dalam memangku jabatan. Namun, dalam penilaian tersebut, Irwan juga memperhatikan nilai kinerja, loyalitas dan kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah sebagai pelaksanaan visi dan misi gubernur. Di luar faktor-faktor di atas, Irwan juga menolak keras adanya uang setoran dalam setiap pengusulan pejabat.

Dikatakan Irwan Prayitno, ketegasan itu harus sesuai aturan. Jika tidak, maka akan berdampak buruk kepada organisasi pemerintahan. Jika seorang pejabat menjadi penyebab terhalangnya reaslisasi bantuan pemerintah pusat karena tidak mau menandatangani surat sebagai syarat pencairan bantuan tersebut, maka sikap tegas harus diambil seorang pemimpin terhadap pejabat yang bersangkutan. Ketegasan harus dilakukan, pada saat kondisi yang diperlukan yaitu pada saat dimana suatu kondisi sudah mulai labil atau tidak stabil (Process and Human Approach), disini seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan untuk mengembalikan kondisi menjadi normal kembali. Jika tidak, maka kondisi akan bertambah buruk sejalan dengan lamanya tindakan yang diambil.

Bagi Irwan Prayitno, lembut ada tempatnya dan tegas ada saatnya. Kelembutan harus dikedepankan dan diutamakan, sedang ketegasan merupakan solusi akhir jika kelembutan tak mampu menyelesaikan persoalan. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta mengambil kebijakan sesuai aturan yang ada. Tegas bukan berarti marah, dan marah bukan suatu ketegasan, keduanya sangatlah diperlukan dalam memimpin. Tetapi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tegas bukan yang pemarah. Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya.

 

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, dan Ia menyukai kelembutan dalam segala urusan.” (HR Bukhari) “Mohonlah pertolongan Allah. Campurlah sikap keras dengan segenggam kelembutan, lembutlah ketika kelembutan itu yang terbaik. Dan mantapkan kekerasan saat engkau tidak lagi mendapatkan cara kecuali kekerasan.” (Imam Ali ra)
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 12 Oktober 2015

 

Irwan Prayitno di Mata Datuk Gadang

Irwan Prayitno di Mata Datuk Gadang

BANYAK kenangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat selama dipimpin Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Sebagai Gubernur Sumatera Barat, Irwan dianggap sebagai pemimpin yang mampu memberikan kenyamanan dalam bekerja bagi ASN Pemprov Sumbar. Irwan Prayitno merupakan pemimpin yang profesional, berintegritas, berkompetensi, dan amanah.

Tidak ada permintaan yang “macam-macam” dari Irwan. Mereka hanya diminta bekerja dengan profesional sesuai tupoksi tugas yang harus mereka kerjakan dengan baik. Disamping menjaga profesionalitas, Irwan selalu menekankan agar ASN berintegritas, berkompetensi dan menjaga amanah yang diberikan pimpinan.

 

Rasulullah saw bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; “bagaimana maksud amanat disia-siakan?” Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR Bukhari)
Sebagaimana diakui oleh Jaya Isman Arifin Datuk Gadang, selama menjabat kepala Samsat yang sekarang berubah nama menjadi UPTD-P3 di Padang, dirinya tidak pernah dimintai “macam-macam” oleh Irwan Prayitno selaku Gubernur Sumatera Barat. Irwan hanya meminta Samsat bekerja dengan profesional, meningkatkan pelayanan dan melakukan inovasi, sehingga pemasukan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dapat ditingkatkan.

Berdasarkan instruksi Irwan waktu itu, Samsat berupaya melakukan berbagai inovasi. Diantaranya adalah meluncurkan program layanan unggulan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat). Sistem unggulan tersebut berupa Samsat Drive Thru, info pajak melalui SMS, info pajak melalui kios dan info pajak kendaraan bermotor melalui website.

Pada saat meresmikan program layanan unggulan Samsat di halaman kantor Samsat Kota Padang pada tanggal 22 September 2014, Irwan mengatakan produk pelayanan yang diluncurkan oleh Samsat sudah sangat membantu masyarakat dalam hal membayar pajak kendaraan bermotor. Namun hal itu tidak menjadi alasan bagi Samsat untuk menghentikan inovasi dalam memunculkan produk-produk layanan kepada masyarakat. Sebab, banyak kemungkinan yang bisa dilakukan dengan adanya dukungan tekhnologi informasi yang baik.

Menurut Jaya Isman Arifin, saat ini Samsat Kota Padang menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat. Jika diprosentasekan sekitar 65 persen. Namun, berbagai inovasi akan terus dia lakukan, sehingga PKB terus dapat digenjot. Bahkan Samsat Padang kembali menerima sertifikat ISO 9001:2008 untuk kali kedua.

 

Irwan pun mengapresiasi keberhasilan Samsat Padang menerima sertifikat ISO 9001:2008 tersebut. Pada tahun 2008, Samsat Padang mendapatkan sertifikat ISO, artinya dari 2008 sampai saat ini pelayanan yang diberikan sangat memuaskan. Irwan pun berharap pelayanan yang baik ini bisa terus ditingkatkan.
Tak hanya itu, di mata Jaya Isman Arifin Datuk Gadang yang juga Ninik Mamak Nagari Lubuk Alung ini, Irwan adalah sosok ustadz dan pendidik. Sebagai seorang ustadz, Irwan selalu memberikan pencerahan rohani kepada ASN Pemprov Sumatera Barat, terutama terkait amanah jabatan. Irwan selalu mengingatkan agar ASN Pemprov Sumbar selalu menjaga amanah jabatan tersebut, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan tak hanya berjalan dengan baik alias berhasil, tetapi juga mendapat pahala dari Allah swt. Sebab, apapun pekerjaan seseorang mukmin, bertujuan mencari ridho Allah swt.

Sebagai seorang pendidik, apatah lagi Irwan adalah seorang Guru Besar Bidang HRD Universitas Muhammadiyah Jakarta, ia selalu mndorong ASN Pemerov Sumbar bekerja profesional, memiliki integritas dalam bekerja, dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Dalam mengangkat pejabat pun, Irwan mengutamakan kinerja, profesionalitas, integritas, dan kompetensi seseorang, bukan faktor kedekatan, suka atau tidak suka, dan penilaian subjektif lainnya.

Mungkin karena sosok seorang Irwan yang ustadz dan pendidik tersebut, ungkap Jaya Isman lagi, selama menjabat Gubernur Sumatera Barat Irwan tidak pernah melakukan permitaan yang “macam-macam”. Sebagai Kepala Samsat Padang, dirinya belum pernah sekali pun diminta Irwan memberikan “setoran” atau sumbangan tertentu.

 

Menurut Jaya Isman, Irwan adalah pemimpin yang baik, jujur, dan bersih yang pernah dia kenal. Walau Irwan seorang gubernur waktu itu, Irwan tidak sombong. Buktinya, ketika Regita Wijayani, putri pertama Jaya Isman menikah, Irwan bersedia menjadi saksi nikahnya. Dalam berpenampilan pun, ulas Jaya Isman, Irwan termasuk pemimpin yang tampil apa adanya dan tidak suka menyusahkan orang lain.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 13 Oktober 2015

 

Lelaki Tua Ini Bikin Irwan Prayitno Meneteskan Air Mata

Lelaki Tua Ini Bikin Irwan Prayitno Meneteskan Air Mata

SENIN sore (12/10/2015), penulis diundang Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Awalnya penulis menyangka, pertemuan dilakukan di rumah orang tuanya, seperti biasanya. Penulis pun memarkir mobil, di seberang jalan, dan bergegas menuju rumah tersebut. Sebelum masuk rumah, ada seorang lelaki tua berbaju batik, usianya kira-kira 60 tahunan, yang rupanya juga menunggu kedatangan Irwan. Kami sempat bertegur sapa, namun tidak sempat berbincang-bincang.

Penjaga rumah mengatakan, kalau Irwan tidak ada di rumah, tetapi berada di kantornya yang terletak di lantai II Gedung Perpustakaan Perguruan Adzkia. Penulis pun segera menuju kantor yang dimaksud. Di dalam ruangan ternyata sudah ada beberapa orang, salah satunya adalah kolega penulis di Bara Online Media (BOM), Noa Rang Kuranji. Usai pertemuan, kami pun sepakat buka puasa bersama di salah satu rumah makan gulai Kambing di seputaran Bypass.

Di saat asyik menyantap makanan, Irwan ditelepon seseorang yang memberitahukan bahwa di rumah orang tuanya ada tamu yang menunggunya sejak sore tadi. Usai makan, Irwan pun segera meluncur ke rumah orang tuanya. Dan tamu yang menunggu tersebut adalah lelaki tua berbaju batik yang bertegur sapa dengan penulis tadi dan beberapa orang tamu dari Paguyuban Keluarga Nusa Tenggara Barat yang berdomisili di Payakumbuh. Irwan pun minta maaf, karena sudah membuat beberapa orang tamu tersebut menunggu lama.
Sekilas terlihat wajah lelaki tua itu terlihat gembira bertemu dengan Irwan Prayitno, bukannya wajah kekesalan karena lama menunggu kedatangan Sang Datuk. Lelaki tua itu pun memperkenalkan diri kepada Irwan. Namanya Rusli, berasal dari Padang Japang Kabupaten 50 Kota. Dia datang ke Padang sengaja menemui Irwan hanya sekedar untuk bersilaturahim dan meminta atribut kartu nama, sebagai media sosialisasi Irwan.

 

“Saya sengaja diutus warga menemui datuk. Kedatangan saya ke Padang pun sepenuhnya dibiayai warga. Ongkos travel dan biaya makan dijalan ditanggung warga. Kami telah sepakat, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat 2015, kami mendukung dan memilih datuk. Kami tidak mengharap datuk memberikan bantuan uang segala macam, kami hanya minta kartu nama datuk. Kami ingin mensosialisasikan datuk kepada karib kerabat kami,” ujarnya.
Mendengar ungkapan polos tersebut, Irwan Prayitno terlihat haru. Sambil menyeka air mata yang menetes dipipinya, Irwan Prayitno menyanggupi permintaan Rusli. Dia pun memberikan beberapa ikat kartu nama kepada Rusli. Bagi Irwan, ini merupakan dukungan tulus yang diberikan warga kepadanya. Dukungan yang datang dari pelosok Sumatera Barat, Padang Japang, yang jauh dari Kota Padang.

“Saya berterimakasih kepada pak Rusli yang jauh-jauh datang dari Padang Japang untuk menemui saya. Dukungan ini sangat berharga bagi saya, dan tolong sampaikan salam saya kepada warga Padang Japang,” ungkap penghulu Suku Tanjuang Ampang Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini.

Menurut Rusli, dirinya bersama warga lainnya dengan ikhlas mendukung Irwan Prayitno karena sosok politisi PKS ini sederhana dan bersahaja. Irwan juga dikenal sebagai sosok yang agamis, yang sering memberikan ceramah kian kemari. Bagi Rusli dan warga Padang Japang lainnya, Sumbar butuh sosok pemimpin seperti Irwan, seorang anak muda yang agamis, seorang profesor, pendidik, dan suka blusukan ke daerah terisolir.

Karena Irwan masih banyak tamu, Rusli pun mohon diri kepada Irwan. Namun karena hari sudah malam, dirinya terpaksa menginap di Padang. Ketika ditanya Irwan menginap di mana, dengan polos Rusli mengatakan akan menginap di mesjid. Mendengar itu, Irwan terkejut dan meminta stafnya Rinaldi menyiapkan bekal untuk Rusli. Awalnya Rusli menolak, namun karena didesak Irwan, akhirnya dia menerima bekal tersebut.

 

“Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR. Muslim).
Tamu lainnya yang merasa terharu melihat Rusli memintanya bersedia di antar ke Padang Japang, karena kebetulan searah. Dan Rusli pun menyanggupi permintaan tersebut.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Mengenal Makanan Favorit Irwan Prayitno

Mengenal Makanan Favorit Irwan Prayitno

MENARIK untuk mengetahui jenis makanan yang menjadi kesukaan pembesar negeri. Sebagai figur publik, mereka tentu saja menjadi contoh teladan bagi pengemar dan pengagumnya. Apatah lagi jika figur tersebut memiliki pengikut yang banyak dan disukai banyak orang. Salah satunya adalah sosok Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, penghulu Suku Tanjuang Kenagarian Pauh IX Kota Padang.

Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tentu saja memiliki banyak idola di antara kader PKS. Apalagi, Irwan terbilang sukses dalam meniti karir politiknya. Putra Kuranji Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini tercatat tiga kali periode menjadi wakil rakyat di DPR RI. Selain itu, Irwan juga pernah menjadi Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015 dan mencalonkan diri lagi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat 2015 ini untuk kedua kalinya.

 

Lantas, apa makanan kesukaan Irwan Prayitno? Menurut istrinya, Hj. Nevi Zuarina bernuansa gulai, rendang dan bercitarasa pedas. Sebagai istri yang selalu setia mendampingi suami tercinta, Hj Nevi Zuarina selalu menyajikan makanan kesukaan suaminya ini. Terkadang, Irwan memesan khusus makanan tersebut, dan dengan senang hati Nevi Zuarina membuatkannya.
Penulis pernah bertanya langsung kepada Irwan Prayitno soal makanan kesukaannya ini. Dengan senyum Irwan menjawab bahwa dirinya termasuk penyuka semua makanan. Berbeda dengan sebagian orang yang seleranya sudah berpantang, apalagi kalau sudah memasuki usia senja alias lansia, Irwan mengaku tak ada pantangan untuk melahap makanan apa saja yang dia suka.

Penulis pun masih ingat, acara tabligh akbar sekaligus syukuran atas terpilihnya Irwan Prayitno sebagai Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015 yang diadakan masyarakat Kuranji Kenagarian Pauh IX di mesjid Kuranji. Ketua panitia acara waktu itu adalah Arbain Rajo Indo Lawik, Sekretaris Letkol. Anwar P, dan Bendahara Evi Yandri Rajo Budiman.

Acara tersebut dihelat cukup meriah. Malam harinya dilakukan pemotongan sapi yang akan dimasak dan disajikan pada acara tersebut. Pemotongan dilakukan secara adat oleh salah seorang ninik mamak. Daging sapi bersama cubadak (cempedak, red) digulai khas masakan Pauh Basa Si Ampek Baleh. Masakan yang mengundang selera semua orang, sebab kaya bumbu dan rempah-rempah alami.

 

Usai tabligh akbar, Irwan Prayitno dan semua undangan dipersilahkan masuk masjid untuk makan bajamba. Semua hidangan pun disantap oleh yang hadir, termasuk Irwan Prayitno. Namun, yang menariknya adalah setelah makan bajamba, Irwan berbisik kepada panitia, “gulai cubadaknyo lamak bana.” Panitia pun kemudian menyiapan sebuah rantang dan memasukan gulai cubadak tersebut ke dalam rantang, dan dititip ke ajudan agar diberikan kepada Irwan.
Selain menyukai semua masakan, ternyata ada masakan favorit yang disukai Irwan. Sore kemaren, Senin (12/10/2015), baru penulis tahu, setelah sekian lama kami bergaul dan berkomunikasi. Sore itu, kami mendiskusikan beberapa persoalan. Selain kami berdua, juga ada Noa Rang Kuranji, dan Rinaldi. Usai berdiskusi, Irwan mengajak kami buka puasa bersama. Noa Rang Kuranji minta izin tidak bisa ikut, karena harus masuk kantor dan dikejar deadline berita.

Irwan bertanya kepada penulis, masakan gulai kambing yang paling enak di rumah makan mana, sebab banyak rumah makan di sekitar Bypass yang menyajikan gulai kambing. Penulis pun merujuk salah satu rumah makan, yaitu Rumah Makan Gulai Kambing Mandiri Bypass, milik Zal Muslim. Irwan setuju, kami pun buka puasa di rumah makan tersebut. Di sela-sela makan, Irwan mengaku kalau makanan favoritnya adalah daging kambing, tarmasuk gulai kambing. Dan penulis melihat, Irwan memang sangat menikmati sekali gulai kambing, masakan Zal Muslim tersebut.

 

“Peliharalah oleh kalian kambing karena di dalamnya terdapat barokah.” (HR. Ahmad). “Makanan terbaik penduduk dunia dan penghuni syurga adalah daging. (HR Ibnu Majah). Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Barangsiapa selama 40 hari tidak makan daging, maka akhlaknya akan berubah (memburuk).”
Dalam beberapa riwayat diceritakan, daging kambing merupakan makanan favorit Rasulullah saw. Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw memakan sup kaki kambing yang dikirimkan Abu Bakar ra, ayahnya. Tapi Rasulullah saw pernah menolak memakan daging kambing yang dibakar. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra sebagaimana termaktub dalam At-Targhib Wat-Tarhib. “Pernah Rasulullah mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tapi beliau menolak dan tidak makan. Anas bin Malik ra berkata, “Rasulullah tidak menyukai makanan bakar dan makanan panas.”

Manfaat daging kambing yang tidak dapat kita pungkiri adalah sumber energi yang cukup besar untuk beraktivitas sehari hari. Kandungan kalori, lemak dan protein akan menjaga tubuh tetap fit selama mengkonsumsi daging ini. Dan ini pulalah salah satu alasan Irwan Prayitno suka makan daging kambing, disamping alasan mengikuti Sunnah Rasulullah saw.

Penelitian dari American Heart Association menyatakan, daging kambing baik untuk mereka yang memiliki masalah terkait jantung . Ini karena daging tersebut tinggi kwalitas proteinnya dengan rasio kandungan lemak yang sehat. Struktur molekul daging kambing yang berbeda membuat daging kambing lebih mudah dicerna. Ia juga sangat cocok untuk mereka yang menjaga kesehatan.

 

Tidak hanya itu saja, bahkan jika dibandingkan daging kambing mengandung zat besi dan kandungan potasium yang rendah kandungan mineralnya. Dagingnya lebih padat dan lebih rendah kalori daripada daging sapi dan ayam tanpa kulit. Semua asam amino yang diperlukan ada di dalam daging kambing.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 14 Oktober 2015

Hijrah dari Sumbar Bangkit Menuju Sumbar Sejahtera

Hijrah dari Sumbar Bangkit Menuju Sumbar Sejahtera

KATA hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dri dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam. Dengan melakukan hijrah Nabi Muhammad saw telah membuka ufuk baru dalam sejarah manusia secara umum dan sejarah dakwah Islam secara khusus. Hijrah adalah permulaan bentuk sebuah negara dan semakin jelas kekuatan kaum muslimin.

 

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At Taubah: 20). “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 218).
Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa dimaknai dengan benar. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu; Pertama, ada sesuatu yang ditinggalkan. Kedua, ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negatif, maksiat, kondisi yang tidak kondisif, menju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi yang kondusif untuk menegakkan ajaran Islam.

Dalam realitas sejarah hijrah senantiasa dikaitkan dengan meninggalkan suatu tempat, yaitu adanya peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat meninggalkan tepat yang tidak kondisuf untuk berdakwah. Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan tahun Hijriyah. Tahun Hiriyah, ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab ra, sebagai jawaban atau surat Wali Abu Musa Al-As’ari. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam.

Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yastrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.

Menurut Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Baginda Nabi Muhammad saw adalah sosok pendobrak kebatilan sekaligus pembawa perubahan umat, banyak sejarah dan peristiwa yang telah digoreskan. Di antara goresan sejarah yang sangat monumental dalam perjalanan hidup Rasulullah saw adalah peristiwa hijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah. Perjalanan yang amat berat, penuh perjuangan dan tantangan.

 

Baginda Nabi Muhammad saw., berkata ketika hendak meninggalkan kota Mekkah, “Aku cinta kepadamu hai Kota Mekkah, tempat aku dilahirkan. Namun apalah hendak dikata, aku diusir oleh penduduk negerimu sendiri”. Perpindahan yang sengaja dilakukan secara sembunyi-sembunyi, agar terhindar dari kejaran pasukan  Quraisy, dan terpaksa bermalam di Gua Tsur. Rasulullah saat itu pun sempat berkata, “Laa takhaf wa laa tahzan innallaha ma’ana” (jangan takut dan jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah berserta kita).
Dari kisah yang tragis dan mengandung makna mendalam tersebutlah, maka ditetapkan Muharram sebagai bulan pertama tahun penanggalan Islam oleh khalifah Umar ibnu Al Khattab atas saran dari menantu Rasulullah saw, Imam Ali bin Abi Thalib. Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram), di dalamnya dilarang melakukan peperangan dan tindak kekerasan lainnya.

Bagi Irwan, hijrah dalam pengertian lahir berarti beranjak dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan hijrah yang batin (dan maknawi) adalah adanya perubahan sikap dan perilaku (takhali, tahali dan tadzali). Takhali adalah mengosongkan atau pengosongan, membuang sikap dan perilaku yang lalu, kemudian tahali yang artinya mengganti dengan sikap yang baru (yang bernilai lebih baik, tinggi, dan mulia, dst), dan tadzali merasakan nikmatnya (akibat), sebagai misal, berkat pemurah kita dilindungi orang, berkat suka menolong kita banyak memiliki teman dan beberapa kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita.

Semangat hijrah, dijadikan Irwan Prayitno sebagai landasan dalam memimpin Sumatera Barat lima tahun kemaren. Pada saat dilantik sebagai Gubernur Sumatera Barat tanggal 15 Agustus 2010, Irwan mendapatkan daerah yang dipimpinnya porak poranda akibat gempa bumi 30 September 2009. Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur dilakukan secara darurat di sebuah bangunan yang biasanya digunakan sebagai gudang/garase di kantor DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Sumbar. Kepadatan peserta sidang dan tamu undangan memenuhi gudang yang secara darurat disulap menjadi gedung pertemuan, membuat suasana makin terasa sempit, sumpek, dan panas. Kantor DPRD Sumbar saat itu mengalami rusak berat sehingga untuk sementara tak bisa digunakan.

Kantor Gubernur Sumbar juga tak jauh berbeda. Kantor berlantai empat yang biasa disebut rumah bagonjong ini juga mengalami rusak berat. Ratusan karyawan terpaksa berkantor darurat di bangunan yang sebelumnya adalah gedung pertemuan (aula). Di instansi lain, kebanyakan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terpaksa membangun barak-barak darurat sebagai kantor tempat bekerja. Gubernur dan Wakil Gubernur terpaksa berkantor darurat di rumah dan bangunan bekas kantor PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Sekitar 200.000 rumah penduduk rusak, sekolah, rumah ibadah, jalan dan berbagai fasilitas umum lainnya lumpuh.

 

Persoalan yang dihadapi tidak hanya  masalah bangunan fisik dan berbagai infrastruktur yang porak-poranda, tetapi juga masalah non fisik. Peristiwa dahsyat ini tidak hanya menghancurkan bangunan fisik, tetapi juga memukul mental masyarakat. Peristiwa ini menimbulkan trauma dan ketakutan yang mendalam, banyak masyarakat yang eksodus meninggalkan Sumatera Barat, termasuk pengusaha dan investor.  Banyak yang meramalkan saat itu, kota-kota yang terletak di kawasan pantai akan menjadi kota mati ditinggal penduduknya untuk menghindari amukan gempa dan tsunami.
Kondisi Ranah Minang yang hancur, baik secara fisik dan mental masyarakatnya pasca gempa, harus dibawa hijrah oleh Irwan ke arah yang lebih baik, yaitu Sumbar bangkit. Sumbar harus bangkit dari keterpurukan, Sumbar harus dipulihkan. Alhamdulillah kerja keras, keseriusan serta doa yang dipanjatkan kehadirat Ilahi tidak sia-sia. Upaya serius,  kerja keras dan doa tersebut  membuat berbagai pihak bersimpati turun tangan membantu. Dengan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan dana masyarakat Sumatera Barat sendiri semua kerusakan itu tak mungkin bisa dipulihkan. Pemerintah Pusat mengucurkan dana sebesar Rp 2,7 triliun lebih untuk rehab rekon Sumatera Barat. Para perantau tak kurang mengucurkan pula dana untuk kampungnya, begitu juga pihak lain, negara sahabat, perusahaan, donatur dan berbagai pihak yang tak mungkin disebutkan satu per satu.

Kini pemandangan seperti tiga atau empat tahun lalu itu tak nampak lagi, bahkan nyaris tak berbekas. Kantor-kantor yang dulu rubuh telah dibangun lagi dan diganti dengan yang lebih baik dan lebih kokoh. Begitu juga rumah masyarakat dan fasilitas-fasilitas umum yang dulu luluh lantak telah dibangun lagi dan kembali berfungsi normal. Hotel-hotel dan aktifitas ekonomi lainnya kembali menggeliat. Suasana mencekam, kini tak terlihat lagi bahkan nyaris terlupakan. Sejumlah escape building telah dibangun. Berbagai upaya dilakukan untuk meyakinkan investor bahwa Sumbar sudah aman dan menguntungkan untuk berinvestasi. Kini investor telah berdatangan ke Sumatera Barat. Belasan hotel yang rusak telah direnovasi dan kembali beroperasi. Belasan lainnya merupakan hotel yang baru dibangun. Sungguh sebuah rahmat, justru terjadi penambahan lebih 2.000 kamar hotel pascagempa.

Harus diakui, Irwan berhasil membawa Sumatera Barat hijrah dari kehancuran menuju Sumbar Bangkit. Namun tentunya, publik Sumatera Barat bisa menilai, bahwa kebangkitan pasca gempa merupakan momentum awal menuju Sumbar Sejahtera yang diinginkan bersama. Untuk mewujudkan Sumbar Sejahtera itu pun tidak mudah, diperlukan pemimpin yang betul-betul amanah, tulus ikhlas dalam membangun negeri ini. Apatah lagi Sumatera Barat dikenal sebagai daerah supermarket bencana. Banjir, longsor, letusan gunung merapi, abrasi pantai, galodo, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, kemarau panjang, kabut asap pernah terjadi. Karena itu penanganan pembangunan di Sumatera Barat perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi kebencanaan tersebut.

Banyak orang yang lantah menginginkan “Sumbar Maju.” Padahal, untuk menuju “Sumbar Maju” harus melalui “Sumbar Sejahtera” terlebih dahulu. Tak mungkin suatu daerah akan maju, jika masyarakatnya jauh dari kesejahteraan. Makanya, pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Barat 2015 ini, Irwan Prayitno yang maju untuk periode kedua berpasangan dengan Nasrul Abit, bertekad mewujudkan Sumbar Sejahtera terlebih dahulu. Menjadi sejahtera itu tidak hanya sekedar mencatatkan angka-angka statistik pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tidak pula karena negeri ini kaya, maju dalam bidang teknologi dan tingginya tingkat industrialisasi dan modernisasi.

 

Dalam kacamata yang berdimensi lebih luas, Irwan mendefinisikan “kesejahteraan” tidak hanya sekedar capaian yang melampaui dari ukuran-ukuran angka pertumbuhan ekonomi semata. Bagi Irwan, kesejahteraan berarti semakin terbukanya kesempatan dan kemampuan (capability) untuk mendapatkan hak-hak dasar sebagai seorang manusia. Sebut saja cukup dan terpenuhinya kebutuhan pangan, mendapatkan pendidikan dasar yang memadai, bebas dari buta huruf, selalu dalam keadaan sehat, terhindar dari kematian (avoiding escapable morbidity), atau berupa kondisi abstrak semisal menjadi bahagia, dihormati, bebas dari rasa takut, bebas dari ancaman penghilangan secara paksa, bebas mengemukakan pendapat, serta bisa berpartisipasi dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Irwan lebih melihat kesejahteraan itu dari dua sisi. Yang pertama dari sisi psikis atau moril yang meliputi sosial, agama, budaya dan lainnya, serta dari sisi fisik atau materil. Jadi, pendekatannya lebih kepada pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia, atau yang lebih dikenal dengan Human Development Index (HDI). Jika bagi kebanyakan orang, HDI kerap dikaitkan dengan sekedar urusan pengembangan sumber daya manusia, atau pengembangan SDM dalam arti sempit. Namun bagi Irwan, HDI sesungguhnya akan mampu membawa paradigma baru yang akan menjungkirbalikkan cara pandang tentang pembangunan, tentang apa yang harus dicapai, ke arah mana pembangunan harus dilakukan, serta siapa-siapa yang harus disentuh oleh pembangunan itu sendiri.

Khusus di Sumatera Barat, sesuai dengan kultur masyarakatnya, mewujudkan daerah dan masyarakat sejahtera itu harus dilakukan melalui tiga pola pendekatan, yakni geografis, budaya dan prilaku. Apatah lagi, karakter masyarakat Minang bukanlah tipe yang dipekerjakan, melainkan harus diberdayakan. Irwan yakin, pola ini akan mampu dalam mengurai kemiskinan dan menjadi langkah paling bernas untuk meraih kesejahteraan.

Budaya dan kebiasaan orang Minang, sebut Irwan lagi, memperlihatkan program pemberdayaan masyarakat sangat baik dan memberikan dampak positif bagi kemajuan daerah, terutama dalam upaya menuntaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Jika di provinsi lain dapat melakukan program dengan pengembangan bidang industri, dan program usaha yang membutuhkan banyak tenaga kerja, di Sumatera Barat justru sebaliknya.

Tipe masyarakat Sumatera Barat tidak memiliki bakat sebagai buruh atau pekerja harian. Mereka lebih suka menyandang status sebagai wirausaha, walaupun sebagai usahawan kecil dan menengah. Nah, inilah yang harus diberdayakan. Jadi, tidak usah dulu terlalu jauh untuk berfikir maju (punya gedung-gedung bertingkat, punya banyak pabrik, industri, dll). Karena jelas, indikator sejahtera tidak hanya sebatas itu. Untuk bisa maju, semua harus sejahtera dulu.

 

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al A’raf: 56). “Dan rahmat-Ku meliputi segala  sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi.” (QS. Al A’raf: 156-157). “Orang-orang yang penyayang, maka Allah akan menyayangi mereka (memberikan rahmat kepada mereka), sayangilah dan kasihilah penduduk bumi, nescaya penduduk langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 14 Oktober 2015

Irwan Prayitno di BOM

Irwan Prayitno di BOM

SEJAK didirikan setahun lalu, Bara Online Media (BOM) menjadi perhatian banyak pihak. Betapa tidak, tujuan didirikannya BOM adalah berupaya memenuhi ketersediaan informasi publik tentang Ranah Bingkuang (Kota Padang, red), dan Ranah Minang secara keseluruhan. Kenapa Ranah Bingkuang? Karena pusat informasi suatu daerah terletak di ibukota daerah tersebut. Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat.

Lagian, informasi tentang Kota Padang selama ini dirasakan oleh para pendiri BOM masih minim dari segi pemberitaan di media online. Kebanyakan berita-berita tentang daerah ini hanya dimuat di media cetak, baik itu harian maupun mingguan. Apatah lagi, pendiri BOM itu sendiri merupakan putra-putra Pauh Basa Ampek Baleh Kota Padang yang berkiprah di berbagai media, tak hanya media online, termasuk juga media cetak. Mereka adalah Syahrial Aziz (Tabloid Bijak), Zamri Yahya (BentengSumbar.com), Nofrianto Lublin (SumbarZone.com), Jhon Edward Rhony (SuaraPadang.com), dan Tafrizal Chaniago (PadangPos.com). SumbarZone.com dan SuaraPadang.com tidak tayang lagi, karena kesibukan Jhon Edward Rhony dan Nofrianto Lublin bekerja di harian Metro Andalas.

Di samping lima media online tersebut, keberadaan BOM disokong oleh LSM Mamak Ranah Minang. LSM ini didirikan oleh Drs Syahrial Aziz, dan Djamalus Datuk Rajo Balai Gadang bertindak sebagai Koordinator Investigasi. LSM ini bergerak di bidang sosial budaya, investigasi, politik, dan lain sebagainya. Hasil-hasil investigasi dari LSM Mamak Ranah Minang banyak yang dipublikasikan melalui media online yang tergabung dalam BOM.

Selain bertujuan sebagai penyedia informasi, BOM juga mendorong lahirnya wartawan-wartawan handal di daerah ini. Tak terhitung jumlahnya BOM memberikan pelatihan jurnalistik gratis di berbagai tempat, baik di posko BOM yang terletak di jalan Siak No. 4 Rimbo Kaluang Padang maupun tempat yang disediakan pihak ketiga. Seperti pelatihan jurnalistik bagi pemuda dan perangkat Nagari Koto Laweh Kabupaten Dharmasraya dan pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa di beberapa perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat. Kegiatan BOM lainnya adalah mengadakan Lomba Menulis Cepat, Tepat dan Akurat, seperti yang diadakan pada tanggal 2 Februari 2015 bekerjasama dengan Pemerintah Kota Padang.
Tak hanya itu, posko BOM juga dijadikan Lapau Politik Rang Padang. Setiap saat, diskusi dengan berbagai tema dilakukan oleh berbagai kalangan yang berkunjung ke Sekber BOM. Temanya mulai dari persoalan budaya, agama, politik, hukum, korupsi dan lain sebagainya. Di antara pembesar negeri yang telah berkunjung ke posko BOM, yaitu Frengki Willianto (saat itu Camat Kuranji dan sekarang menjabat Kepala Bidang Promosi Pariwisata Dinas Periwisata dan Kebudayaan Provinsi Kepri), Tuanku Sutan Andre Algamar Datuk Singguno Dirajo (saat itu menjabat Kepala Satpol PP Kota Padang), Salman K. Memet (saat ini menjabat Kanwil Kemenag Sumbar), dan pembesar negeri lainnya.

Terakhir markas BOM mendapat kehormatan dikunjugi mantan Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Senin malam (12/10/2015). Sebenarnya, Irwan sudah lama ingin berkunjung dan berdiskusi di posko BOM, namun karena kesibukan sebagai calon Gubernur Sumatera Barat dalam Pilkada 2015, niat tersebut tak kunjung kesampaian. Dalam kunjungan pertamanya itu, Irwan berkesempatan berdiskusi dengan pimpinan BOM, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, ninik mamak dari Pauh V, Anak Nagari Pesisir Selatan, Anak Nagari Pauh IX Kuranji Kota Padang, beberapa wartawan dari berbagai media massa, Tim Relawan IP-NA, dan warga yang berdomisili di sekitar posko BOM.

Salah satu pertanyaan yang dilontarkan peserta diskusi kepada Irwan adalah kehadirannya saat peletakan batu pertama pembangunan Super Blok Lippo Group di kawasan Khatib Sulaiman. Irwan mengatakan, sehari sebelum peletakan batu pertama tersebut dirinya mendapat undangan untuk menghadiri peresmian rumah sakit. Irwan pun bingung, rumah sakit mana yang mau diresmikan, sebab setahu dirinya tidak ada pembangunan rumah sakit baru. Setelah dia cek kepada Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri, baru ketahuan bahwa acara tersebut di Padang berupa peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit Siloam.

Dikatakan Irwan, dalam undangan tersebut dikatakan kalau acara tersebut dihadiri oleh Menko Kesra Agung Lakosono, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan Kepala BNPB Syamsul Maarif. Berdasarkan aturan protokoler, jelas Irwan, maka dirinya sebagai gubernur waktu itu harus menyambut kedatangan Menko Kesra, Ketua DPD, dan Kepala BNPB di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan mendampingi mereka selama berada di Sumatera Barat. Tapi yang perlu diketahui publik, ungkap Irwan, proses perizinan pembangunan rumah sakit Siloam tersebut tidak terletak di tangannya sebagai gubernur waktu itu. Sebab, pengurusan izin semacam itu tidak terletak di pemprov, tetapi Bupati/Wali Kota, dalam hal ini adalah Wali Kota Padang saat itu, misalnya pengurusan AMDAL dan IMB.

Lucunya, di satu sisi Irwan dianggap merestui pembangunan rumah sakit Siloam, tetapi di sisi lain dianggap menolak pembangunan rumah sakit Siloam. Bahkan dirinya sempat dicaci maki oleh Wali Kota Padang saat itu karena dianggap berada di balik demo warga Minangkabau yang menolak Siloam. Namun, walau sudah dicaci maki, Irwan telah memaafkan Wali Kota Padang tersebut. Menurut Irwan, sebagai gubernur saat itu, dirinya tidak mungkin menolak investasi yang masuk ke daerah ini. Tetapi soal investasi Lippo Super Block Siloam, Irwan menegaskan tidak ikut campur. Dia menyerahkan sepenuhnya pembangunan itu pada pemangku kepentingan asal sesuai dengan mekanisme berlaku.

Irwan pun menjelaskan, di saat pendemo menduduki kantor gubernur, dirinya tidak berada di tempat. Seperti biasanya, pada setiap tanggal 17 diadakan upacara bendera di halaman kantor gubernur. Saat kejadian itu, upacara bendera dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Ali Asmar. Usai upacara bendera, pendemo memasuki halaman kantor gubernur dan memanfaatkan alat pengeras suara yang masih berada di lapangan upacara untuk berorasi. Jadi tidak benar pemprov memfasilitasi pendemo, tetapi pendemo masuk ke halaman kantor gubernur dan berorasi dengan menggunakan alat pengeras suara yang masih berada di lapangan, karena belum dibongkar usai apel.

Mengenai mobil yang dipakai pendemo ada stiker PKS, Irwan menjelaskan, pada saat demo terjadi, di Kota Padang sedang berlangsung pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Beberapa mobil angkot memang memasang stiker PKS sebagai media sosialisasi pasangan Mahyeldi-Emzalmi. Kebetulan, mobil tersebut juga disewa pendemo, sehingga dianggap mobil milik kader PKS. Apatah lagi, pada saat demo, mereka parkir di depan kantor Tim Pemenangan Mahyeldi-Emzalmi. Padahal, tidak ada sangkut pautnya dengan PKS.

Pada kesempatan tersebut, Irwan mengajak pendukungnya berkampanye santun. Dalam menghadapi pesta demokrasi Pilkada serentak ini, hendaknya disikapi secara arif dan bijaksana oleh semua pihak. Tidak perlu ada gontok-gontokan atau saling hujat dan fitnah antar pendukung Paslon. Silaturrahmi harus tetap dijaga karena Pilkada ini sifatnya cuma sesaat. Sebab, yang akan menjadi pemimpin itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT, manusia hanya tinggal menjalani saja.
Diskusi berlangsung dari pukul 21.00 – 23.50 WIB. Semua peserta diskusi bersemangat mendengarkan penjelasan Irwan Prayitno. Usai diskusi, mereka meminta kesediaan Irwan untuk berselfie dengan salam dua jari. Irwan menyanggupinya. Sebelum pamit meninggalkan posko BOM, Irwan menyatakan kesediaannya untuk menghadiri acara balanjuang yang kedua yang akan digelar pada Sabtu tanggal 17 Agustus 2015 pukul 20.00 WIB.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 14 Oktober 2015

Irwan Prayitno dan Khalil, Si Manusia Unik

Irwan Prayitno dan Khalil, Si Manusia Unik

SEBAGAI Anak Nagari Pauh Basa Si XIV yang dilahirkan dan dibesarkan di rantau, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa mengaku kurang fasih berbahasa Pauh Basa SI XIV Kota Padang. Walau berbahasa Minangkabau sekali pun, logat bicaranya lebih mirip dengan orang yang baru pandai bahasa Minang.

Dan mungkin karena ini pulalah, dalam setiap kesempatan, orang sering bertanya, apa benar Irwan Prayitno orang Minangkabau? Pertanyaan itu sering penulis dengar, dan terakhir ketika kami buka puasa bersama di Rumah Makan Gulai Kambing Mandiri Bypass, Senin (12/10/2015). Salah seorang pengunjung rumah makan yang mengaku berasal dari Bukittinggi bertanya, “Nama bapak mirip orang Jawa, Irwan Prayitno, apa benar bapak orang Minangkabau?” Dengan senyum Irwan menjawab, “Ini kampung halaman saya, dan saya asli Kuranji.” Jawaban Irwan ditimpali oleh Zal Muslim, pemilik rumah makan, “Beliau (Irwan Prayitno, red) adalah datuk di kaum kami, asli orang Kuranji.”

 

Si penanya baru merasa yakin, kalau Irwan adalah orang Minangkabau, setelah mendengar jawaban Irwan dan Zal Muslim. Dia pun mengucapkan selamat, karena sepanjang pantauan di lapangan, Irwan termasuk kandidat gubernur yang disukai rakyat Sumatera Barat. “In Sha Allah bapak terpilih lagi. Kami sekeluarga termasuk yang akan memilih bapak pada Pilgub kali ini. Doa kami bersama bapak. Kami bertanya hanya sekedar menyakinkan diri,” ujarnya.
Lantas apakah Irwan malu mengatakan, kalau dirinya kurang fasih berbahasa Kuranji? Tidak. Irwan mengakui kalau dirinya kurang fasih berbahasa Kuranji. Setidaknya, itulah jawaban yang diberikan Irwan ketika ditanya oleh Holy Adib, wartawan Haluan ketika berkunjung ke posko BOM, Senin malam (12/10/2015). Pertanyaan itu tak hanya muncul dari Holy Adib, tetapi beberapa mahasiswa yang turut hadir dalam acara diskusi di posko BOM tersebut. Banyak hal yang mereka pertanyakan, salah satunya tentang hal tersebut, termasuk kenapa orang tua Irwan memberikan nama Irwan Prayitno ke badan dirinya?

“Saya memang kurang fasih berbahasa Minangkabau, terutama dengan logat Kuranji Pauh Basa Si XIV. Saya dilahirkan di Jawa dan dibesarkan di Jawa. Jadi harap maklum, logat saya kejawa-jawaan. Kalau mau mendengar bahasa Kuranji asli, ada pada Khalil Chaniago, dia ini manusia unik menurut saya, logatnya masih medog betul, jelas khas Kuranjinya. Langka, ada Anak Nagari Pauh IX dengan bahasa Kuranji yang medog seperti dia,” ungkap Irwan sembari merujuk kepada Khalil Chaniago yang duduk di sampingnya.

Khalil Chaniago yang dimaksud Irwan Prayitno merupakan Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji. Dia adalah salah seorang pengurus Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX. Dia lahir dan dibesarkan di Sungai Sapih, salah satu Tapian yang ada di Nagari Pauh IX. Logat bahasanya, baik lisan maupun tulisan memang terlihat khas mencirikan logat bahasa Minang ala Kuranji.

Dan penulis, yang hampir setiap hari berkomunikasi dengan Khalil, baik di dunia nyata, dunia maya, maupun via telepon selular, sering menikmati logat bahasanya tersebut. Bagi orang yang sudah terbiasa bertutur dengan bahasa Minang kebanyakan, logat Khalil memang terasa aneh dan langka. Dan itu tidak dia buat-buat, tapi mengalir begitu saja.

 

Syukur masih ada Khalil Chaniago, sehingga kalau ada yang bertanya logat bahasa Kuranji asli, kami biasanya merujuk kepadanya. Dan bagi kami Anak Nagari Pauh IX, logat bahasa tersebut merupakan keistimewaan yang dimiliki Khalil Chaniago, sehingga dirinya disukai semua orang. Khalil Chaniago bukannya tak pandai berbahasa Indonesia, bahkan dalam beberapa kesempatan penulis lihat dia juga fasih berbahasa Indonesia, tapi dalam bertutur sehari-hari, dia lebih enjoy berbahasa Kuranji.
Mengenai pertanyaan, kenapa Irwan diberi nama “Irwan Prayitno” oleh orang tuanya? Irwan menjelaskan, Ayahnya, Djamrul Djamal merupakan orang Simabur, Tanah Datar. Ibunya, Sudarni Sayuti merupakan orang Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang. Ketika ayahnya Drs H. Djamrul Djamal SH (dosen Ilmu Hukum dan Ketua Jurusan Jinayah Siyasah penulis ketika menuntut ilmu di Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang, red) mengambil program tugas belajar sebagai pengajar ke PTAIN di Yogyakarta, Ia memboyong serta istrinya Dra Hj. Sudarni Sayuti. Di Yogyakarta, Sudarni hamil dan melahirkan. Dan salah seorang sahabat Djamrul Djamal yang kebetulan bangsawan Kesultanan Jogjakarta memberikan nama itu.

Djamarul Djamal pun menerima nama pemberian sahabatnya itu. Apatah lagi, setelah peristiwa PRRI pada tahun 1958, kebanyakan orang Minang sering memberi nama anaknya dengan akhiran “O”. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi nasional, Djamrul Djamal pun menjelaskan kenapa dia menerima nama pemberian sahabatnya itu untuk anaknya. Salah satu alasannya adalah agar anaknya mudah masuk PNS. Selain itu, Irwan sendiri memiliki arti perasaan pada keadilan dan Prayitno memiliki arti bijaksana. Jadi, kalau digabung memiliki arti perasaan pada keadilan dan kebijaksanaan.

Arti itu tak lebih tak kurang, juga pernah penulis dengar langsung dari kerabat dari pihak ayah Irwan Prayitno ketika berkunjung ke Batu Sangkar. Irwan Prayitno memanggil beliau dengan sebutan pak Uwo. Nah, pak Uwo ini menjelaskan kalau nama Irwan Prayino itu memiliki arti seorang lelaki yang memiliki rasa keadilan dan kebijaksanaan. Menilik artinya, nama Irwan Prayitno memiliki makna yang bagus. Dan mungkin itulah doa kedua orang tuanya. Si Buyung harus menjadi lelaki yang memiliki perasaan keadilan dan penuh kebijaksanaan. Dan kini, Irwan Prayitno telah menjadi pemimpin dan pembesar negeri. Dengan itu ia diharapkan mampu menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, tak hanya bagi orang-orang yang dekat dengannya, tetapi tentu bagi semua golongan.

Secara adat, Irwan Prayitno merupakan salah seorang bangsawan di Minangkabau. Dia merupakan penghulu suku Tanjuang Tapian Ampang Kanagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang. Dia bergelar Datuk Rajo Bandaro Basa. Diangkatnya Irwan Prayitno Rajo Bandaro menjadi penghulu suku Tanjung dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa dilakukan pada tahun 2004. Gala dilewakan, jamuan adat digelar. Dan Irwan Prayitno lah satu-satunya datuk yang dilewakan sekaligus menggelar pajamuan. Makanya, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa bukan hanya sebatas penghulu suku Tanjung, tetapi juga Ninik Mamak Nagari.

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka…” (QS. Al Ahzab: 5). “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian.” (HR. Abu Dawud, Ad Daarimiy dan Al Baihaqi).
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 15 Oktober 2015

Lagi, Irwan Prayitno Dizalimi Melalui Buku “Kaleng”

Lagi, Irwan Prayitno Dizalimi Melalui Buku “Kaleng”

TAK henti-hentinya fitnah dilontarkan orang-orang yang tak bertanggungjawab kepada calon Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa yang bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat tahun 2015 ini. Kali ini, fitnah dilontarkan melalui buku yang berjudul “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan”. Pada cover buku tersebut juga mengatasnamakan Forum Pemuda Penyelamat Sumbar dengan penerbit Pelita Pelajar.

Dalam buku yang tidak disebutkan nama pengarang dan penulisnya itu berisikan komentar, analisa, fakta dan bukti, yang tidak sesuai dengan kenyataan. Walau tulisan dalam buku tersebut mengutip beberapa berita dari media, tapi judulnya diganti, tidak berimbang serta tidak menggambarkan sikap profesional seorang penulis, dan kata-kata yang ada dalam tulisan tersebut banyak mengandung unsur fitnah yang dialamatkan kepada badan diri Irwan Prayitno.

 

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6). “Barangsiapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar.” (QS. AnNur: 11). “(Ingatlah) ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (QS. An Nur: 15).
Menanggapi fitnah yang terus-terusan dilontarkan kepadanya, Irwan Prayitno terus bersikap sabar, tidak membalas fitnah tersebut. Dirinya lebih banyak meluruskan dalam berbagai kesempatan dan mendoakan agar pembuat fitnah beserta penyebarnya diberi hidayah oleh Allah swt, sehingga segera bertobat. Namun bukan berarti dia tidak boleh menggunakan haknya sebagai warga negara yang dijamin Undang-Undang. Sebagai warga negara, Irwan Prayitno punya hak untuk melaporkan kepada pihak kepolisian orang-orang yang telah memfitnahnya dengan tidak bertanggung jawab.

Kamis (15/10/2015), Irwan Prayitno bersama kuasa hukumnya melaporkan dugaan fitnah dan pencemaran nama baik yang dilontarkan kepadanya dengan nomor laporan LP/354/X/2015-SPKT SBr. Laporan tersebut diterima langsung oleh Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), Kompol Budi Prayitno. Dalam laporan tersebut, Irwan Prayitno melaporkan bahwa telah ada pencemaran nama baik sesuai dengan pasal 310 KUHP dengan barang bukti satu buah buku yang berjudul “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan”.

Menurut Irwan Prayitno, sebagai warga negara yang baik, dirinya mengadukan pencemaran nama baik dan fitnah ke Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Barat. Barang buktinya berupa sebuah buku yang isinya adalah pencemaran nama baik, fitnah dan ada juga black campaign (kampanye hitam, red). Selain itu, buku tersebut juga mengarah kepada penghasutan. Isi buku tersebut menggambarkan komentar-komentar, analisa-analisa, fakta-fakta dan bukti-bukti yang tidak sesuai dengan kenyataan, walau pun mengutip beberapa media, tapi judulnya diganti atau diambil sepenggal-sepanggal, tidak berimbang sebagaimana profesionalisme wartawan.

Buku tersebut juga berisi komentar dan analisa yang sengaja dibuat untuk mencemarkan nama baik. Irwan Prayitno mengungkapkan, dirinya mengadukan hal tersebut dengan tujuan agar pilkada di Sumatera Barat dapat berjalan dengan bersih, tanpa black campaign, tanpa fitnah, tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran aturan dan sebagainya, sehingga terdorong dari keinginan dan harapannya, sebagai pasangan calon dan rakyat Sumatera Barat untuk berjalannya pilkada ini dengan bagus, mulus, sesuai dengan aturan dan menghasilkan sebuah kepemimpinan yang juga menurut hati nurani dan pikiran masyarakat yang dicerdaskan dengan informasi-informasi, bukan berdasarkan black campaign.

 

“Tentunya ini harapan kita semua, sehingga pilkada yang berdunsanak ini menjadikan suatu harapan menghasilkan kepemimpinan yang berkah, karena proses yang juga jujur. Untuk itu, kami juga menghimbau kepada simpatisan dan tim relawan kami, tidak boleh sama sekali melakukan fitnah, tidak boleh sama sekali melanggar aturan, menjelek-jelekan, apalagi black campaign. Karena itu semuanya, tidak hanya melanggar aturan, tetapi juga membuat usaha dan proses kita tidak bernilai ibadah, dan tidak menghasilkan keberkahan nantinya. Dan itulah yang harus kita cegah bersama. Oleh karena itu, kami hadir ke sini (melaporkan kasus pencemaran nama baik dan fitnah ke Polda Sumbar, red),” ungkap Irwan lagi.
Buku tersebut, jelas Irwan Prayitno, sudah beredar di beberapa tempat dan dimana-mana. Sebagai contoh di Kota Padang, ada beberapa tempat yang pihaknya mendapat laporan, seperti di salah satu warung di Padang Baru. Selain itu, pihaknya juga mendapati buku tersebut beredar di Padang Pariaman. Namun, yang dilaporkan ke Kepolisian hanya satu laporan yang diterima Irwan. Laporan-laporan lainnya yang diterima tim relawan IP-NA masih banyak. Bahkan, Irwan sudah siap dengan barang bukti dan saksi. Saksi tidak hanya dari tim IP-NA, tetapi juga ada dari tim pihak lain.

Irwan Prayitno berharap, dengan laporan tersebut, pihak Polda Sumbar agar dapat mengusut tuntas siapa pelaku yang mendanai pembuatan buku, mencetak dan menulis serta menyebarkan buku tersebut. Dan segera dapat melakukan proses hukum dan menghentikan penyebaran buku itu yang diduga kini telah beredar luas di tengah masyarakat. Mereka, sesuai dengan Undang-Undang Pidana Umum, yang merupakan pelaku pencemaran nama baik dan fitnah, akan dikenakan sanksi pidana dan ganti rugi.

Ironisnya, ungkap Irwan Prayitno, dalam buku tersebut mencatut bebeberapa berita media yang judulnya sudah diganti dan beritanya dipenggal-penggal, tanpa memuat klarifikasi dari dirinya. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat informasi yang ditambah-tambahkan oleh pengarang dan penulis. Irwan mengajak wartawan dan penulis yang namanya dicatut untuk juga melaporkan kasus ini. Irwan yakin, wartawan dan penulis yang dicatut tidak ada sedikit pun berniat mencemarkan nama baiknya, tetapi berita dan tulisan dari wartawan dan penulis yang dicatut sengaja diambil dan dipenggal sesuai dengan tujuan pelaku.

Faktanya, sebagaimana diketahui oleh wartawan yang setiap hari meliput di gubernuran, Irwan Prayitno selama lima tahun menjadi gubernur tidak pernah tidur siang dalam melaksanakan tugas sebagai gubernur. Sabtu-Minggu dirinya bekerja, tanpa mengenal libur, rapat siang malam, dan malam harinya juga melayani tamu. Hasilnya, di bawah kepemimpinan Irwan Prayitno, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memperoleh 204 penghargaan yang disumbangkan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Namun dengan buku “kaleng” yang tak jelas penulisnya tersebut, semuanya seakan sirna, dengan ungkapan kata “Di bawah Irwan Prayitno Tidak Ada Kemajuan”.

Irwan Prayitno menyerahkan proses hukum kasus ini kepada kepolisian dan membiarkan polisi yang bekerja. Irwan Prayitno juga menegaskan kalau dirinya telah dizalimi. Tak hanya dirinya, penzaliman itu juga dialami oleh Nasrul Abit, karena pada hari yang bersamaan juga ada demo yang mempermasalahkan ijazah Nasrul Abit. Selain itu, berkali-kali Irwan Prayitno dipanggil Bawaslu terkait laporan, namun semuanya dibatalkan Bawaslu. Laporan juga dilayangkan ke PTUN, dan DPRD Sumbar, sehingga Irwan Prayitno berkesimpulan pihaknya dizalimi dan tidak leluasa sebagai manusia normal sebagai warga negara yang juga punya hak dan kewajiban. Tentu dengan upaya hukum ke kepolisian ini merupakan upaya terakhir yang ditempuh Irwan. Sebab, sebagian besar tim sukses dan beberapa pihak meminta Irwan melaporkan kasus tersebut ke polisi.

Menurut Irwan, dari segi isi buku tersebut bisa didefenisikan sebagai upaya black campaign, karena kampanye hitam itu adalah mengada-ada sesuatu yang tidak ada. Namun pihaknya tidak akan menuduh pesaingnya dalam pilgub kali ini, sebab bisa saja buku tersebut dibuat oleh pihak ketiga atau pihak mana pun yang menghendaki cacat dan ternodanya pilkada di Sumatera Barat. Isi buku tersebut sengaja memutarbalikan pemberitaan yang dibuat wartawan dari beberapa media cetak dan media online.

 

“Saya tidak akan menggugat wartawan yang menulis berita yang dicatut dalam buku ini. Karena berita di media kami terima dengan benar dan sudah mengikuti kode etik jurnalistik profesional. Yang kami adukan adalah penulis yang mengada-ada, yang menambah-nambah komentar yang tidak betul. Saya juga tak akan membuat buku bantahan, cuma dalam waktu dekat akan ada buku tentang sosok saya yang ditulis oleh wartawan media cetak dan media online. Ibarat jual, ya, yang dijual adalah dagangan kita saja, ibarat lilin, lampu kita saja yang kita nyalakan. Jangan padamkan pula lampu orang, biar tercipta pilkada badunsanak. Pilkada ini hanya sampai desember, persaudaraan kita seumur-umur. Berbeda pilihan, silahkan. Alangkah cantiknya, jika dalam pilkada itu kita tidak dinodai black campaign dan fitnah. Siapa pun yang akan jadi gubernur sudah ada di Lauhul Mahfuzh, apakah saya atau pak MK, tentu masyarakat yang akan menilai,” ujarnya.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 16 Oktober 2015

Syarat Pemimpin: Quwwatul Amin, Hafizul Alim, dan Raufun Rahim

Syarat Pemimpin: Quwwatul Amin, Hafizul Alim, dan Raufun Rahim

IRWAN Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Ninik Mamak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang mengajak Anak Nagari Pauh IX untuk tetap menjaga kekompakan, walau berbeda pilihan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Menurutnya, berbeda pilihan dalam berdemokrasi merupakan suatu kewajaran, karena banyak alasan dalam menentukan pilihan, misalnya karena faktor sekampung, gaya kepemimpinan, umur, ketegasan, dan segala macamnya.

Hal itu disampaikan Irwan Prayitno ketika menghadiri Silaturahmi Masyarakat Pauh Kuranji, Kamis (15/10/2015) di Ketaping Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Menurutnya, dalam menentukan pilihan pada Pilkada tanggal 9 Desember 2015, sebaiknya dilihat rekam jejak calon pemimpin tersebut, sehingga masyarakat tak asal pilih yang menyebabkan kekecewaan nantinya.

 

“Harapan kita berkumpul malam ini adalah untuk bersilaturahmi. Ini sesuai dengan anjuran agama kita. Saya mengajak kekompakan Anak Nagari perlu dijaga, walau pilihan kita berbeda. Dalam menentukan pilihan, tentu kita melihat karakteristik seorang pemimpin, sehingga kita bisa menumpangkan harapan kita kepadanya,” ungkap Irwan Prayitno.
Pada kesempatan tersebut, Irwan Prayitno memberikan pencerdasan politik kepada Anak Nagari Pauh IX dalam memilih pemimpin. Menurutnya, ada beberapa syarat pemimpin menurut ajaran agama, yaitu: Quwwatul Amin, Hafizul Alim, dan Raufun Rahim. Ketiga syarat ini berangkat dari gaya kepemimpinan Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin.

Seorang pemimpin haruslah Quwwatul Amin. Dia harus memiliki kekuatan dalam menjalankan amanah jabatan yang disandangnya. Kekuatan secara fisik mestilah lahir dari pemimpin yang muda dan energik, sehingga amanah kepemimpinan tidak menjadi beban baginya secara fisik pula. Untuk itu, jangan serahkan amanah kepemimpinan itu kepada orang yang tidak mampu melaksanakannya, kepada orang yang tidak amanah dan kuat secara fisik.

Selain itu, untuk menjadi seorang pemimpin, seseorang haruslah Hafizul Alim. Maksudnya, seseorang itu harus memiliki kapasitas dalam mengemban amanah kepemimpinan itu. Dia memiliki ilmu dan pemahaman terhadap amanah kepemimpinan itu. Jika kepemimpinan itu diberikan kepada orang yang tidak berilmu, maka tunggulah kehancuran. Karena orang yang tidak berilmu, pasti lalai dengan amanah kepemimpinan yang disandangnya. Untuk itu, jangan sembarangan memilih pemimpin, harus dilihat kapasitasnya.

Tak hanya itu, seorang pemimpin juga harus seorang yang Raufun Rahim. Raufun Rahim berarti pengasih dan penyayang. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Nabi Muhammad SAW adalah juga pengasih dan penyayang. Orang-orang beriman wajib meneruskan kasih sayang Allah dan Rasul itu dengan mencintai dan mengasihi umat manusia. Kasih sayang (rahmah) adalah pangkal kebaikan. Tanpa kasih sayang, sulit dibayangkan seseorang bisa berbuat baik. Kata Nabi, “Orang yang tak memiliki kasih sayang, tak bisa diharap kebaikan darinya.”

Seseorang yang Raufun Rahim tidak akan pernah berkata-kata kotor, tetapi dia akan selalu berkata sopan, termasuk kepada bawahannya sendiri. Dia bukanlah tipikal pemimpin yang pemarah, sebab pada dirinya ada sifat penyayang (rahim). Dia akan mengayomi bawahannya dengan sebaik-baiknya, sehingga bawahannya tersebut akan meraih kesuksesan dalam mengemban tugas yang dilaksanakannya.

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96). Rasulullah saw bersabda, “Orang yang tidak memiliki kasih sayang tidak akan dikasih sayangi.” (HR. Bukhari-Muslim). “Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, namun aku diutus sebagai rahmat (pembawa kasih sayang).” (HR. Muslim).
Dalam fikih politik Islam, moral yang menjadi dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah kemaslahatan bangsa. Dikatakan tasharruf al-imam ala al-ra`iyyah manuthun bi al-mashlahah (tindakan pemimpin atas rakyat terikat oleh kepentingan atau kemaslahatan umum). Jika seorang pemimpin telah melaksanakan amanah kepemimpinan sesuai dengan moral Islam tersebut, maka Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin untuk taat kepada mereka.

“Barang siapa yang taat padaku (Nabi) maka ia taat pada Allah. Barangsiapa yang tidak patuh padaku maka ia tidak taat pada Allah. Barangsiapa yang taat kepada Amir (pemimpin) maka sesungguhnya ia taat padaku. Dan barangsiapa yang tidak taat pada Amir maka ia tidak taat padaku.” (HR. Muslim).

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 17 Oktober 2015

Surat Hanya Semalam di Meja Gubernur

Surat Hanya Semalam di Meja Gubernur

SELAMA menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa selalu memberi kemudahan bagi staf kantor gubernur dalam berurusan dengannya. Tak seperti kebanyakan pejabat lainnya, Irwan Prayitno tidak suka menunda-nunda pekerjaan demi jalannya roda pemerintahan. Di mana pun, asalkan telah memenuhi syarat secara administrasi, maka Irwan Prayitno akan menandatangani surat yang disodorkan kepadanya.

Kebanyakan kepala daerah atau pejabat di negeri ini, sering menunda-nunda pekerjaan, terutama dalam administrasi pemerintahan. Jangankan rakyat kecil, stafnya pun sering jengkel diakibatkan surat yang dia urus tak kunjung ditandatangani pejabat yang bersangkutan. Pernah ada cerita di suatu daerah, pejabat yang ditunjuk sementara menjadi kepala daerah dan tinggal di Jakarta, surat menyurat administrasi pemerintahan terkendala di tangannya.

Parahnya lagi, surat yang diantarkan langsung oleh staf ke Jakarta untuk ditandatangani, tidak semuanya dia tandatangani dengan alasan harus dia baca seluruhnya satu persatu. Alamat staf pulang dengan penuh kekecewaan, dan proses administrasi pemerintahan terkendala yang berdampak terganggunya kegiatan yang berkenaan dengan surat tersebut.

 

Dari Abdur Rahman bin Auf, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Menunda-nunda (pekerjaan) itu adalah pancaran setan yang disisipkan ke dalam hati orang-orang mukmin.” (HR. Dailami)
Tapi berbeda dengan Irwan Prayitno. Tokoh yang sedang kita bicarakan ini, ketika menjabat Gubernur Sumatera Barat tidak pernah mempersulit urusan surat menyurat anak buahnya. Semua surat yang masuk kepadanya diproses dengan cepat, asalkan persyaratannya sudah lengkap dan sesuai prosedur tetap (protap) lalu lintas surat tersebut, yaitu paraf dan tandatangan pejabat yang bersangkutan telah dibubuhkan pada surat tersebut.

Zardi Syahrir, Kepala Bagian penerangan Biro Humas Setdaprov Sumatera Barat menceritakan pengalamannya kepada penulis. Selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno tidak pernah mempersulit bawahannya dalam berurusan. Menurutnya, Irwan Prayitno tidak pernah memperlambat pekerjaan. Semua urusan dipermudah, termasuk dalam hal surat menyurat sekali pun. Kapan saja akan ditandatangani Irwan Prayitno, asalkan suratnya jelas dan telah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Senada dengan itu, Asben Hendri, Kepala Biro Umum Setdaprov Sumatera Barat mengaku, setiap surat yang dia ajukan kepada Irwan Prayitno selaku gubernur diproses dengan cepat. Tidak pernah surat bermalam-malam di meja gubernur, paling lama hanya semalam, besok paginya langsung keluar dan diantar petugas kepada Asben Hendri. Prosesnya pun tidak berbelit-belit, praktis dan cepat.

 

Begitulah karakter Irwan Prayitno, segala sesuatu dilakukan secara serius dan cepat. Jika ada masalah, maka akan diselesaikan dengan cepat saat itu juga, tanpa menunda-nunda. Tidak ada surat yang tertunda di meja kerja beliau, satu hari selesai dan bisa ditandatangani dimana saja, kapan saja.
Jika tidak langsung diselesaikan saat itu juga, nanti akan datang lagi pekerjaan baru dan seterusnya. Akhirnya pekerjaan itu menumpuk, makin lama makin menggunung. Karena itu Irwan tak mau menunda-nunda pekerjaaan dan tak pernah ada surat yang terunda dan menumpuk di mejanya. Satu kali karena banyaknya kegiatan, pernah Irwan menandatangani surat dan membuat disposisi di mobil dalam perjalanan dinas ke daerah. Lalu surat tersebut dititipkan di mapolsek terdekat di dalam perjalanan, untuk dijemput segera oleh staf.

Sebagai orang yang paham ajaran agamanya dengan baik, Irwan Prayitno mengetahui Islam mencela orang yang suka mengulur-ulur atau menunda pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan segera karena sifat seperti ini merupakan bagian dari perbuatan setan. Sebaliknya, Islam menyukai seorang muslim yang segera melaksanakan pekerjaannya sehingga ia terlepas dari jeratan setan yang membisikkan kemalasan kepada dirinya. Makanya, Irwan Prayitno tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang menjadi beban tugasnya selaku pemimpin.

Irwan Prayitno bukanlah sosok pejabat yang suka dilayani, bak raja dilayani budaknya. Irwan Prayitno lebih suka bergaul dengan pejabat di bawahnya tanpa ada batas, namun tetap menjaga kepatutan. Irwan Prayitno bahkan sering mengajak Kepala Satuan Perangkat Daerah (SKPD) makan siang bersama di rumah dinas, dan bencengkarama dengan mereka terhadap berbagai persoalan, termasuk tugas kerja yang akan, sedang dan sudah dilaksanakan.

 

Kepala Dinas Sosial Sumatera Barat H. Abdul Gafar pernah bercerita kepada penulis, dalam keseharian Irwan Prayitno lebih banyak tampil apa adanya, tanpa ada aturan protokoler yang mengikat secara ketat. Gafar termasuk salah seorang Kepala SKPD yang sering diajak Irwan Prayitno makan di rumah dinas dan membicarakan persoalan pekerjaan dalam suasana santai. Tak jarang, Irwan Prayitno bertanya kepada Gafar terhadap suatu persoalan yang belum dia pahami dengan baik dan dengan senang hati Gafar pun menjelaskannya secara rinci.
Namun, bukan berarti Irwan Prayitno tidak serius dalam menangani pekerjaan. Dia tipikal pejabat yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Sedekat apa pun dia dengan bawahannya, kalau menyangkut pekerjaan, dia akan tetap serius dan memberikan arahan agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa menimbulkan persoalan dikemudian hari.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 17 Oktober 2015s

Selama Menjabat Gubernur 5 Tahun Tidak Pernah Tidur Siang

Selama Menjabat Gubernur 5 Tahun Tidak Pernah Tidur Siang

MENJADI Gubernur Sumatera Barat yang dalam keadaan porak-poranda pasca gempa tahun 2009 tentulah tidak mudah. Tantangan makin bertambah akibat kondisi ekonomi global yang sedang morat-marit, kriminalitas makin meningkat, dekadensi moral di mana-mana dan masih ditambah lagi dengan gelombang euforia reformasi.

Irwan Prayitno dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat oleh Mendagri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI tanggal 15 Agustus 2010 di garasi kantor DPRD Sumbar. Kantor DPRD saat itu sedang mengalami rusak berat dan tidak bisa digunakan akibat gempa September 2009. Sekitar 20.000 rumah penduduk dan ratusan fasilitas umum di Sumatera Barat saat itu rusak total. Sumbar nyaris lumpuh total. Banyak masyarakat, termasuk investor eksodus, lari menyelamatkan diri ke luar Sumatera Barat.

Pemerintah Sumatera Barat di bawah pimpinan Gubernur Irwan Prayitno, Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota dan Kabupaten, swasta, perantau, masyarakat Internasional bekerja keras bahu membahu menyelesaikan masalah ini dan berbagai dampak lain yang ditimbulkan. Tata kerja yang baik, transparan dan akuntabel dalam pengelolaan bencana membuat Sumatera Barat mendapat 3 penghargaan sekaligus dari BNPB. Sumbar makin dipercaya, prestasi itu pulalah yang menyebabkan BNPB memberikan perhatian khusus dan dana makin banyak dikucurkan ke daerah ini.

Bagi Irwan Prayitno semua tantangan tersebut tidak membuat ia mundur, tapi malah membuat adrenalinnya terpacu untuk bekerja keras dan bekerja cerdas. Semua kepala SKPD wajib mengaktifkan HP 7 x 24 jam, artinya siap menerima tugas dan ditugaskan kapanpun, termasuk di hari libur. Juga baru kali ini dalam sejarah, selama Gubernur IP, rapat-rapat dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu (hari libur) agar tidak menyita jam kerja rutin.

Seluruh jiwa dan raganya dibaktikan untuk masyarakat Sumbar. Komitmennya untuk masyarakat Sumbar, diwujudkannya dengan kerja keras. Sebagai pribadi yang sudah ‘mewakafkan’ dirinya untuk masyarakat Sumbar, waktu kerja yang ditetapkan pemerintah lima hari tidak cukup. Irwan Prayitno tetap bekerja hari Sabtu dan Minggu demi melayani masyakakat. Bahkan dalam lima tahun menjabat Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno tidak pernah mengambil cuti.

Tak hanya itu, selama menjabat Gubernur Sumatera Barat selama lima tahun, Irwan Prayitno tidak pernah tidur siang. Sebagaimana diungkapkan Asben Hendri, Kepala Biro Umum Setdaprov Sumatera Barat, selama bergaul dengan Irwan Prayitno dirinya tidak pernah melihat Irwan Prayitno tidur siang. Bahkan Asben Hendri tidak tahu kapan Irwan Prayitno tidur, sebab jam satu malam pun, Irwan Prayitno masih siap melayani siapa pun yang berurusan dengannya.

“Entah kapan beliau tidur. Selama bergaul dengan beliau, saya tidak pernah melihat beliau tidur siang. Jam satu malam pun, jika saya ada urusan, beliau masih siap melayani. Subuh-subuh pun, beliau terlihat sudah bangun. Kemungkinan beliau tidur dan istrirahat sekitar pukul 02.00-04.00 WIB,” ungkap Asben Hendri.
Hal senada juga diakui oleh Zardi Syahrir. Kepala Bagian Penerangan Biro Humas Setdaprov Sumatera Barat ini menceritakan, selama bergaul dengan Irwan Prayitno di Pemprov Sumatera Barat, dia tidak pernah melihat sang Datuk tidur siang. Paling banter, Irwan Prayitno tidur siang dalam perjalanan menuju atau sekembali dari daerah kunjungan.

Tahun pertama menjadi gubernur Sumbar merupakan ujian paling berat bagi Irwan. Dalam keadaan daerah yang porak-poranda pascagempa plus suasana transisi pasca reformasi.  Dari pagi hingga larut malam silih berganti tamu yang datang, baik dari unsur pemerintahan maupun non pemerintah. Semua membawa dan menyampaikan masalah, datang satu, lalu datang satu lagi, begitu terus silih berganti dari pagi hingga larut malam. Semua mengadu dan menceritakan  masalah. Kacau balau sekali kelihatannya.

Namun dengan kepala dingin, seperti mengurai benang kusut, satu per satu dibenahi oleh Irwan Prayitno. Tim pemprov diberi motivasi, sistem dibenahi dan dibuat. Sebagai profesor bidang SDM, Irwan melakukan tes pemetaan potensi  untuk mengetahui kualitas semua pegawai pemprov serta mengetahui posisi mana yang tepat untuk mereka masing-masing.  Kepala SKPD diminta untuk berfikir out of the box (di luar kebiasaan), agar bisa menyelesaikan masalah-masalah dan tantangan yang super berat saat itu. Rekrutmen pegawai dilakukan dengan serius tanpa tedeng aling-aling. Sistem dibuat agar pekerjaan  berjalan baik lancar dan efisien.

Ternyata kondisi  yang dalam serba transisi itu bisa berubah, masalah demi masalah bisa diurai dan diselesaikan, sistem mulai berjalan. Sumatera Barat berhasil bangkit kembali.  Mungkin Tuhan punya rencana sendiri, pertumbuhan ekonomi Sumatera barat pascagempa malah semakin meningkat, justru  jauh lebih tinggi dibanding sebelum gempa, Sumatera Barat makin mendapat perhatian baik nasional maupun internasional.

Dalam lima tahun masa jabatan Irwan, pemerintah Sumatera Barat mendapat apresiasi, memperoleh 204 lebih penghargaan tingkat nasional maupun internasional. Itu artinya pemprov Sumbar mendapat penghargaan setiap seminggu sekali. Semua SKPD berlomba-lomba untuk mengukir prestasi. Status WTP (wajar tanpa pengecualian),  penilaian paling bergengsi di bidang keuangan dan anggaran, berhasil diperoleh untuk pertamanya pada tahun 2013. Kemudian berlanjut pada tahun 2014, dan 2015.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 17 Oktober 2015

Irwan Prayitno Sering Diminta Jadi Saksi Nikah

Irwan Prayitno Sering Diminta Jadi Saksi Nikah

ISLAM sebagai ajaran yang sesuai dengan fitrah, telah mensyariatkan adanya pernikahan bagi setiap manusia. Dengan pernikahan seseorang dapat memenuhi kebutuhan fitrah insaniyahnya (kemanusiaannya) dengan cara yang benar sebagai suami isteri, lebih jauh lagi mereka akan memperoleh pahala disebabkan telah melaksanakan amal ibadah yang sesuai dengan syariat Allah swt.

Pernikahan dalam pandangan Islam, bukan hanya sekedar formalisasi hubungan suami isteri, pergantian status, serta upaya pemenuhan kebutuhan fitrah manusia. Pernikahan bukan hanya sekedar upacara sakral yang merupakan bagian dari daur kehidupan manusia. Pernikahan merupakan ibadah yang disyariatkan oleh Allah swt melalui Rasul-Nya, maka tidak diragukan lagi pernikahan adalah bukti ketundukan seseorang kepada kekuasaan Allah swt.

 

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar Rum:  21). “Allah menjadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An Nahl: 72).
Sebagaimana kebutuhan lainnya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologis sebenarnya juga harus dipenuhi. Agama Islam juga telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan pernikahan, pernikahan merupakan satu hal yang sangat menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna tentang masalah pernikahan ini.

Pernikahan merupakan sunnatullah dalam setiap makhluk dan semua makhluk pasti melakukan hubungan perkawinan, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan adalah aturan Allah swt dan jalan terbaik untuk melestarikan kehidupan serta untuk memperoleh keturunan sehingga tatanan kehidupan tetap eksis dan berkelanjutan.

Di dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa kedamaian dalam hidup seseorang. Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar sebagai sarana penyaluran kebutuhan seks namun lebih dari itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia di mana setiap manusia dapat membangun surga dunia di dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernikahan tersebut benar-benar di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan Islam.

Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk berusaha menyempurnakan ibadahnya semaksimal mungkin, tak terkecuali dengan sebuah proses dan kegiatan pernikahan. Kesemuanya itu dilakukan agar hikmah dan berkah ibadah dari ibadah itu dapat dirahmati oleh Allah swt. Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah saw, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” (QS. An Nisa: 1). “Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74).
Adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi kedua mempelai dan orang tua mereka, jika dalam prosesi pernikahan disaksikan oleh orang-orang yang mereka anggap istimewa. Di samping oleh sanak keluarga, biasanya untuk menjadi saksi nikah mereka meminta khusus orang-orang tertentu, semisal Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Bupati/Walikota/Gubernur atau tokoh masyarakat lainnya.

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa seringkali diminta menjadi saksi pernikahan, baik ketika menjadi anggota DPR RI, dan Gubernur Sumatera Barat, maupun setelah tidak lagi menjabat gubernur. Jumat kemaren (16/10/2015), Irwan Prayitno kembali diminta menjadi saksi pernikahan dr. Irfan Deliandra dan dr. Syifa Mardhatilah Syafitri. Kehadiran Irwan Prayitno sebagai saksi pernikahan mereka memiliki arti dan makna tersendiri bagi kedua mempelai dan keluarga besar mereka.

Tak hanya menjadi saksi nikah, Irwan Prayitno juga didaulat memberikan khotbah nikah. Dalam khotbah nikahnya, Irwan Prayitno mengingatkan kedua mempelai agar meledani kehidupan rumah tanggal Rasulullah saw. Sebagai seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Rasulullah sebagai panutan dalam berbagai hal termasuk dalam berumah tangga. Dengan berharap bisa menjadi suami atau ayah yang baik terhadap istri dan anaknya, maka sudah seharusnya meneladani prilaku Rasulullah saw terhadap keluarganya.

Sebuah pepatah untuk para suami mengatakan, “Jika kamu ingin istrimu menjadi seperti Khadijah, maka jadilah kamu seperti Muhammad untuknya!” Rasulullah memang merupakan teladan ideal tentang bagaimana seharusnya seorang suami memperlakukan istrinya. Sesungguhnya, untuk keluar dari kemelut rumah-tangga, untuk terbebas dari belitan disharmoni suami-istri, hanya satu solusi yang tersedia, yaitu meneladani sunnah Rasulullah saw dalam mengelola dan menakhodai kehidupan rumah-tangganya. Ucapan, tindakan, serta sikap Rasulullah dalam membina dan mengelola rumah-tangganya merupakan contoh terbaik bagi para suami, kapan dan di mana pun.

 

“Sebaik-baik di antara kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik di antara kamu terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi). “Aku diberi rezeki berupa rasa cinta kepada istriku.” (HR Muslim). “Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis.” (HR. Nasa’i). “Bahkan suapan yang kamu angkat ke mulut istrimu, itu bernilai sedekah untukmu.” (HR Bukhari).
Menurut Irwan Prayitno, sungguh sempurna keteladanan yang dicontohkan Rasulullah saw. Sungguh indah apa yang diperagakan Sang Nabi. Sungguh mengagumkan apa yang beliau teladankan untuk umatnya. Pribadi agung dan mulia itu tidak canggung menunjukkan cinta dan kemesraannya terhadap para istrinya. Dalam rangka memupuk romantisme dan harmoni rumah tangga, Rasulullah saw kerap mengecup kening istrinya.

Tujuan utama pernikahan adalah membina rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, seorang suami harus mampu memberikan ketenangan kepada istrinya. Suami mampu memberikan kasih sayang yang sempurna dan ketenangan bagi istri jika dia berada di luar rumah. Untuk mewujudkan rumah tangga yang mawaddah, seorang istri harus mampu memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada suaminya. Kesetiaan seorang istri merupakan jaminan yang dibutuhkan seorang suami, sehingga dia mampu menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan anaknya. Jika sakinah dan mawaddah sudah tercipta dengan baik, maka rahmat Allah akan turun di tengah-tengah keluarga tersebut. Apakah itu berupa keturunan yang sholeh dan sholehah atau berupa harta yang melimpah dan serba berkecukupan atau yang lainnya, sebab rahmat Allah itu Maha Luas.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

 

Bentengsumbar.com, 19 Oktober 2015

Inspirasi “Irwan Prayitno” untuk Negeri Dibedah Dr. Asrinaldi

Inspirasi “Irwan Prayitno” untuk Negeri Dibedah Dr. Asrinaldi

SENIN siang (19/10/2015), Toko Buku Sari Anggrek mengadakan bedah buku “Inspirasi Untuk Negeri”. Buku setebal 445 halaman tersebut merupakan karya Prof. Dr. H Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa, mantan Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015. Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan, di antaranya insan pers, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan tokoh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di daerah ini. Bertindak sebagai narasumber bedah buku tersebut adalah Dr. Asrinaldi, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas (Unand), dan moderator Miko Kamal.

 

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (QS. Al Qalam: 1). “Tuhan yang mengajari manusia menulis dengan pena.” (QS. Al ‘Alaq: 4). “Dia memberikan Al hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi karunia yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran selain orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah: 269).
Sebagai pembedah buku, Asrinaldi mengaku tidak mau menyentuh aspek politik. Sebab, akan terlalu jauh kalau dirinya masuk dalam konteks politik. Asrinaldi menegaskan, posisinya hanya dalam konteks akademik. Menurutnya, secara konteks akademik, apa yang ditawarkan Irwan Prayitno dalam bukunya sangat menarik karena tidak hanya mengungkapkan persoalan, tetapi sekaligus menawarkan solusi terhadap berbagai persoalan yang ada dan dihadapi Sumatera Barat.

Menarik untuk dicermati, jelas Asrinaldi, buku ini merupakan kumpulan artikel Irwan Prayitno yang dipublikasi di pelbagai media massa tahun 2011-2013 (beberapa artikel ditambahkan di edisi ke-2 tahun 2014). Satu hal yang penting disampaikan bahwa buku ini secara umum menggambarkan bagaimana “kegelisahan” seorang pemimpin dalam melihat negeri yang dipimpinnya agar bisa keluar dari setiap masalah yang dihadapi.

Oleh karena buku ini ditulis ketika beliau menjabat sebagai Gubernur yang pada saat itu sedang menghadapi masalah yang cukup berat. Gempa besar yang terjadi tanggal 30 September 2009 telah meluluhlantakan semua infrastruktur dan sarana publik. Tentu bukanlah hal yang mudah membangun negeri bagi pemimpin baru ketika menghadapi kondisi ini. Realita telah membuktikan bahwa negeri yang sedang dihadapi bencana memang membutuhkan pemimpin yang kuat dan visioner untuk membangun kembali negerinya.

 

Secara implisit, sebenarnya buku ini bercerita tentang seorang pemimpin dengan kepemimpinanya dalam melaksanakan tugas yang dilaksanakan karena tanggung jawabnya sebagai kepala daerah. Banyak contoh bagaimana gagasan dan pemikiran Irwan Prayitno pada akhirnya menjadi kebijakan yang dilaksanakannya secara konsisten sehingga menjadi keberhasilan yang dapat dinikmati oleh masyarakat Sumatera Barat.
Berbagai usaha dilakukan oleh Irwan Prayitno sebagai gubernur untuk membangun kembali Sumatera Barat pasca gempa berkekuatan 7,9 skala Richter tersebut. Berbagai bantuan mengalir datang ke Sumatera Barat termasuk dari pemerintah pusat yang mengucurkan dana sebesar Rp2,7 triliun lebih di tambah dengan bantuan asing untuk rehab dan rekon. Tentu bukanlah hal yang mudah menyusun skala prioritas ke mana uang tersebut harus dialokasikan. Belum lagi persoalan di lapangan yang masih penuh dengan ketidakmenentuan karena ketakutan terjadinya gempa susulan.

Di sinilah dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dari seorang gubernur yang baru terpilih untuk menenangkan warganya dan memberi harapan baru untuk Sumatera Barat yang lebih baik. Tanpa disadari dalam jangka waktu lima tahun sejak dilantik, Sumatera Barat berhasil keluar dari “keterpurukan” sehingga  menjadi provinsi yang tetap disegani di Indonesia. Ini dapat dibuktikan dengan berbagai keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten di tingkat nasional.

Khusus untuk keberhasilan provinsi Sumatera Barat paling tidak dibuktikan dengan penghargaan terhadap kinerja di bidang tertentu dari pemerintah pusat yang telah mencapai 206 buah. Berbagai bukti ini secara umum sudah dijelaskan khusus dalam Bab Sumbar Bangkit, terutama pencapaian dalam bidang ivestasi, pertumbuhan ekonomi yang stabil, pengentasan kemiskinan dan lain sebagainya. Hal lain yang juga mendapat perhatian adalah peningkatan kualitas SDM di Sumatera Barat.

Jamak diketahui, dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dihadapi masalah, seorang pemimpin dituntut tanggap dan leluasa bertindak untuk segera menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakatnya. Inilah yang dilakukan oleh Irwan Prayitno selama menjadi Gubernur Sumatera Barat.

 

“Menurut saya, apa yang ditulis dalam buku ini sesungguhnya menggambarkan dua hal yang penting untuk dipahami.  Pertama, bahwa semua tindakan Irwan Prayitno sebagai kepala daerah justru berdasarkan pada pemikiran dan pemahaman yang mendalam terhadap realita masalah yang dihadapinya. Kedua, tulisan yang ada dalam buku ini juga menjadi dasar pijakan awal kebijakan Irwan Prayitno untuk direncanakan dan dikembangkan oleh SKPD  sehingga menjadi tindakan nyata,” ungkap Asrinaldi.
Kedua dimensi di atas dapat dilihat dari tulisan Irwan Prayitno, misalnya, bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani yang menjadi basis membangun ekonomi masyarakat yang terpuruk akibat gempa 30 September 2009 tersebut. Dalam buku ini Irwan Prayitno menyadari bahwa hampir 50 persen masyarakat di Sumatera Barat hidup dari sektor pertanian. Karenanya membangkitkan ekonomi haruslah dari apa yang menjadi pekerjaan pokok masyarakat Sumatera Barat pada umumnya (hal 72-76).

Satu hal yang patut disampaikan bahwa buku ini memang berisi tulisan yang inspiratif bagi pembacanya untuk bisa berbuat lebih baik lagi untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tentu dengan mencontoh pada perumpamaan dan gagasan yang ditulis Irwan Prayitno dalam beberapa bagian dalam buku ini.

Apalagi buku ini secara tidak langsung juga menegaskan pencapaian yang sudah dilakukan Irwan Prayitno selama menjadi Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015.  Ini juga dapat menjadi inspirasi bagi pembacanya. Walaupun tidak cukup ruang untuk menjelaskan semua pencapaian tersebut, paling tidak dengan membaca buku ini, orang semakin paham bagaimana sesungguhnya Sumatera Barat ini di bawah kepemimpinan Irwan Prayitno.  Begitu juga, buku ini sebenarnya juga merefleksikan bagaimana Sumatera Barat ini ke depan, terutama dalam menghadapi tantangan yang semakin berat, jelas Asrinaldi.

 

Pada kesempatan bedah buku tersebut, Irwan Prayitno menegaskan, buku “Inspirasi Untuk Negeri” tidak bertujuan untuk membantah buku yang berjudul “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di Bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan” yang dituding berisi fitnah terhadap dirinya. Sebab, buku “Inspirasi Untuk Negeri” diterbitkan terpisah. Buku “Inspirasi untuk Negeri” ditulis Irwan Prayitno semasa masih menjabat sebagai Gubernur Sumbar dan diterbitkan pada tahun 2013.
Hanya kebetulan saja bedah bukunya dilakukan saat ini yang diinisiatori oleh pengelola Sari Anggrek, Miko Kamal. Tetapi Irwan Prayitno mengakui kumpulan artikel dalam buku tersebut memang menggambarkan kinerja dan karya nyatanya selama lima menjabat Gubernur Sumatera Barat.

Dalam buku “Inspirasi Untuk Negeri” tersebut ada berbagai topik dan isu yang ditulis Irwan Prayitno, di antaranya politik, ekonomi, pendidikan, agama, sosial budaya, olahraga dan lingkungan hidup. Kalau buku tersebut dianggap menjawab pertanyaan masyarakat tentang apa yang telah dirinya kerjakan selama memerintah, itu adalah hak orang untuk menafsirkan demikian.

Sementara itu, Direktur Eksekutif LSM Mamak Ranah Minang, Syahrial Aziz mengatakan, walau buku “Inspirasi Untuk Negeri” bukan bertujuan untuk membantah buku “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di Bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan” yang ditulis oleh orang yang tidak bertanggungjawab dan pengecut karena tidak berani mencantumkan namanya sebagai penulis, tetapi buku tersebut bisa sebagai jawaban atas pertanyaan masyarakat terhadap kinerja dan karya nyata Irwan Prayitno selama lima tahun menjadi Gubernur Sumatera Barat.

Apatah lagi, buku-buku tersebut berisi artikel yang berbobot, tak hanya mengungkapkan permasalahan yang dihadapi dalam membangun Sumatera Barat, tetapi juga berisi jawaban terhadap permasalahan tersebut. Bagi masyarakat Sumatera Barat yang ingin mengetahui kinerja dan karya nyata Irwan Prayitno selama menjabat Gubernur Sumatera Barat dapat membaca buku tersebut.

Syahrial Aziz menganjurkan publik Sumatera Barat untuk membaca buku tersebut jika ingin informasi yang berimbang terhadap fitnah yang dilontarkan pihak-pihak tak bertanggungjawab dan pengecut terhadap Irwan Prayitno. Selaku Pemimpin Redaksi Tabloid Bijak dan TabloidBijak.com, Syahrial Aziz sendiri mengaku akan melaporkan penulis buku tersebut ke Polda Sumatera Barat karena telah mencatut berita di medianya tanpa izin dan dipenggal sedemikian rupa, sehingga membuat orang salah tafsir terhadap maksud berita tersebut.

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6). “…dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar.” (QS. An Nur: 11).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 19 Oktober 2015

 

Sabar Dalam Menghadapi Fitnah

Sabar Dalam Menghadapi Fitnah

KITA sering mendengar istilah “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”. Lantas, apa sih fitnah itu, sehingga sampai-sampai dikatakan lebih kejam dari pembunuhan? Dalam kamus Al-Munawwir fitnah adalah bermakna memikat, menggoda, membujuk, menyesatkan, membakar, menghalang-halangi, membelokkan, menyeleweng, menyimpang, dan gila. Bentuk jamak dari kata fitnah adalah Al-Fitan. Fitnah dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik, kehormatan dan lain-lain.

Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Hal terkait fitnah adalah pengumuman fakta yang bersifat pribadi kepada publik, yang muncul ketika seseorang mengungkapkan informasi yang bukan masalah umum, dan hal tersebut bersifat menyerang pribadi yang bersangkutan.

Dalam bahasa Al Quran, fitnah itu memiliki beragam makna: Azab (QS. Adz Dzariyat: 14), Siksaan (QS. An Nahl: 110), Kufur (QS. Al Baqarah: 217), Membakar dan Siksaan (QS. Al Buruj: 10), Cobaan dan Ujian (QS Al Ankabut: 2-3), Pembunuhan dan Kerusakan (QS. An Nisa: 101), Memalingkan dari Jalan Lurus (QS. Al Isra’: 73), Tipu Daya dan Kesesatan (QS. Ash Shaffat: 162), Dalih dan Penyebab (QS. Al An’am: 23), Gila dan Kelalaian (QS. Al Qalam: 6).

 

“Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” (QS. Al Baqarah:  217). “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” (QS. Al Buruj: 10). “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 2-3).
Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat 2015 ini, berbagai fitnah dan black campaign (kampanye hitam) kembali dialamatkan kepada sosok Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa. Fitnah dan black campaign tersebut tentu saja bertujuan untuk membunuh karakter Calon Gubernur (Cagub) yang berpasangan dengan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Nasrul Abit ini. Namun, apakah Irwan Prayitno marah? Tidak.

Irwan Prayitno bukanlah tipikal pemimpin yang suka marah. Sebab, marah dalam menghadapi persoalan sangat berdampak buruk kepada seseorang, terutama kepada kesehatan fisik dan mental. Menurut pakar psikologi ini, marah dapat menyebabkan stres dan ketidakbahagiaan, menyebabkan tekanan darah tinggi, membuat badan rentan terhadap peradangan dan nyeri otot, cepat letih, susah tidur, melemahkan kekebalan tubuh, menyebabkan isolasi sosial, menyebabkan detak jantung lebih cepat, meningkatkan hormon stres, mengakibatkan stroke, sakit kepala, masalah pernapasan, sering sakit, serangan cemas, depresi, dan gangguan pencernaan.

Orang yang suka marah besar kemungkinan memiliki kecenderungan lebih stres dan jauh dari rasa bahagia dibandingkan dengan orang lain. Dari stres akibat rasa marah, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, tekanan mental dan emosi yang semakin tidak terkendali. Saat marah, sebenarnya seketika tekanan darah meningkat dan irama napas menjadi cepat. Pada beberapa kasus, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan sakit kepala mendadak.

Dalam ilmu kedokteran, pelepasan hormon yang disebut kortisol selama kemarahan diketahui menyebabkan otot untuk melenturkan dan menerima serangan energi dalam beberapa detik. Sehingga pada akhirnya, pelepasan berulang Kortisol memiliki efek negatif seperti membuat tubuh rentan terhadap nyeri otot dalam jangka panjang. Ekspresi kemarahan tentu membutuhkan energi. Dalam proses itu, hormon stres akan meningkat dan pada akhirnya akan menguras habis energi tubuh.

Pikiran negatif yang menguasai otak pastinya akan membuat si pemarah sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Kerugian ini akan menyebabkan seseorang untuk lebih mudah terserang sakit kepala. Stroke otak terjadi ketika satu atau lebih pembuluh darah di otak pecah. Hal ini dapat terjadi ketika kemarahan membuat tekanan darah naik sangat tinggi. Stroke otak dapat membunuh atau melumpuhkan seketika.

 

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200). “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35).
Ini pulalah kuncinya, kenapa selama lima tahun memimpin Sumatera Barat, Irwan Prayitno tidak pernah sakit dan cuti. Dalam menghadapi persoalan yang muncul, termasuk fitnah kepada dirinya, Irwan Prayitno lebih memilih sikap sabar. Kesabaran bisa menjadi penolong yang akan menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia terlebih lagi bahaya akhirat. Sikap sabar akan mendatangkan keberuntungan bagi seseorang, apakah itu kesehatan, disukai orang, dan terutama mendapat pertolongan Allah swt dalam setiap persoalan yang dihadapi.

Menurut Irwan Prayitno, tak ada yang perlu diragukan dari janji Allah swt, karena Allah tak pernah dan tak akan pernah mengingkari janji-Nya. Tak ada yang perlu dibimbangkan lagi dari keberuntungan bagi orang-orang beriman yang sabar dan bertakwa, keberuntungan itu pasti datang, pasti akan mereka terima, baik di dunia maupun di akhirat. Kalau tidak di dunia, pasti di akhirat, asal mereka benar-benar beriman dan benar-benar sabar.

Para ulama mengungkapkan, bahwa setiap ujian dan cobaan pasti disertai dengan reward, rahmat dan pahala yang besar bagi orang yang bersabar, kuat dan bersyukur. Jika seseorang sabar dan ikhlas, semua tuduhan dan fitnahan ini dapat mengurangi atau menghapus dosa, menambah pahala, dan meningkatkan derajatnya di sisi Allah swt.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahawa tukang fitnah tidak dapat dipercayai kata-katanya dan tidak diterima sedekahnya. Sesungguhnya fitnah ditegakkan di atas kedustaan, kedengkian dan kemunafikan. Kesemua sifat ini adalah tungku dapur kehinaan. Fakhr al-Din al-Razi dalam Mafatih al-Gaib mengatakan, fitnah yang berasal dari Allah di dalamnya mengandung hikmah, seperti anak-anak dan harta, sementara yang berasal dari manusia, mengandung malapetaka. Oleh karena itu Allah membenci manusia dengan berbagai fitnah yang dibuatnya, seperti pembunuhan, peperangan dan lain-lain.

Adalah kerugian besar bagi orang yang suka memfitnah, melakukan kezaliman, mencaci-maki, menuduh-nuduh dan perbuatan aniaya. Perilaku tersebut akan dapat membangkrutkan seseorang, karena semua pahalanya habis diambil untuk menebus perbuatan aniaya tadi, dan jika belum cukup, dosa-dosa orang yang dianiaya tadi ditimpakan kepadanya, sehingga dia menjadi orang yang bangkrut di akherat kelak.

 

“Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Ali bin Hujr, mereka berdua berkata: Telah berkata kepada kami Isma’il (yaitu Ibnu Ja’far), dari Al ‘Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kalian siapa orang yang pailit (bangkrut)? Para sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Nabi berkata: “Sesungguhnya orang yang bangkrut di umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat; akan tetapi dia datang (dengan membawa dosa) telah mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si itu; maka si ini (orang yang terzhalimi) akan diberikan (pahala) kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman), dan si ini (orang yang terzhalimi lainnya) akan diberikan kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman). Jika kebaikannya telah habis sebelum dituntaskan dosanya, maka (dosa) kesalahan mereka diambil lalu dilemparkan kepadanya kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim No. 2581).  Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk syurga pembawa fitnah.” (HR. Bukhari-Muslim).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 20 Oktober 2015

Tudingan Ijazah Palsu, Penzaliman Kepada Pasangan IP-NA Terus Dilakukan

Tudingan Ijazah Palsu, Penzaliman Kepada Pasangan IP-NA Terus Dilakukan

AGAKNYA, black campaign (kampanye hitam) sudah menjadi budaya dalam pesta demokrasi di negeri ini. Tak hanya dalam proses Pemilihan Presiden (Pilres) tahun lalu, tetapi juga dalam alek demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), tak terkecuali Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat yang akan digelar tanggal 9 Desember 2015.

Black campaign adalah bagian dari pendapat yang tanpa didasari fakta yang sesungguhnya dan bertujuan untuk menyerang dan menjatuhkan tokoh  tertentu atau lawan politiknya. Black campaign erat kaitannya dengan informasi palsu atau berasal dari sumber yang tidak jelas (gosip) yang digunakan untuk menjelek-jelekkan, mempermalukan atau mendiskreditkan lawan politik. Biasanya informasi atau isu yang dimainkan terkait dengan isu yang menyangkut suku, agama atau ras, dan lain-lain.

Black campaign biasanya hanya tuduhan tidak berdasarkan fakta dan merupakan fitnah. Kondisi sebagian masyarakat yang masih mudah terprovokasi dianggap menjadi alasan mengapa black campaign masih ada. Di samping rendahnya kualitas moral dan pemahaman komunikasi politik si penyebar black campaign tersebut. Black campaign, selain merupakan ancaman bagi perkembangan demokrasi, tentu saja berbahaya bagi bangsa.

Alangkah elegannya kalau masing-masing pihak yang berkompetisi dalam meraih kursi kekuasaan melakukannya dengan cara-cara yang fair. Boleh jadi hal itu dilakukan dengan mengemukakan visi dan misi pro rakyat yang cukup realistis. Tentu saja, di samping semua itu, sosok yang berintegritas, cerdas, dan berjiwa melayani lebih dikedepankan.

 

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. An Nisa: 112).
Jika sebelumnya pembunuhan karakter Calon Gubernur (Cagub) Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa yang dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui buku “kaleng” yang berjudul “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan”, kali ini pembunuhan karakter dan fitnah dilakukan terhadap Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Drs. H. Nasrul Abit dengan tuduhan ijazah palsu.

Dalam sebuah kesempatan, Irwan Prayitno pernah menjelaskan kepada penulis, tuduhan ijazah palsu yang dialamatkan kepada pasangannya Nasrul Abit dilakukan oleh orang-orang yang tidak ingin Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang baik dan barokah. Orang-orang tersebut menginginkan Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Barat gagal dilaksanakan, karena tidak ingin dirinya kembali berkuasa sebagai Gubernur Sumatera Barat untuk periode kedua.

Berbagai upaya ditempuh mereka untuk menggagalkan Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat. Mulai dari menyebarkan isu dan fitnah tanda bukti yang jelas, rekening kampanye, mengadu pasangan calon ke Bawaslu, mengadu ke DPRD Provinsi Sumatera Barat, mengadukan KPU dan Bawaslu ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI, dan upaya lainnya. Padahal, Pilkada merupakan amanat konstitusi yang secara regulasi, peluang menggagalkan pilkada tersebut sangat kecil. Karena sejumlah aturan telah mengikat para calon, sebab semuanya sudah diatur sesuai dengan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah Nomor 8 tahun 2015.

Bagi Irwan Prayitno, tuduhan ijazah palsu kepada Nasrul Abit tersebut hanyalah isapan jempol dan fitnah belaka. Bagian dari bentuk penzaliman yang dilakukan terhadap pasangan IP-NA. Sebab, tuduhan tersebut sudah berkali-kali dialamatkan kepada Nasrul Abit dan tidak pernah terbukti selama berkali. Apatah lagi, ijazah yang dipakai Nasrul Abit juga telah mengantarkan yang bersangkutan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Wakil Bupati Pesisir Selatan, dan Bupati Pesisir Selatan dua kali periode.

Irwan Prayitno menegaskan, dalam mengikuti proses Pilkada 2015 ini, dirinya bersama Nasrul Abit berupaya mengikuti aturan yang ada. Tidak ada niat sedikit pun untuk menggunakan cara-cara yang melanggar undang-undang, termasuk tidak membalas semua fitnah dan black campaign. Dirinya hanya berusaha meluruskan setiap fitnah dan black campaign tersebut dengan penuh kesabaran. Namun, jika sudah melampaui batas, maka jalur hukum akan ditempuh.

Irwan Prayitno menyayangkan pihak-pihak yang berusaha menjegal pasangan IP-NA. Entah apa alasan mereka, namun yang pasti mereka tidak ingin pasangan IP-NA memimpin Sumatera Barat. Cara-cara keji yang mereka tempuh sudah kelewat batas, bahkan sudah masuk ke ranah pencemaran nama baik, black campaign, dan penghasutan. Dari sekian fitnah yang dialamatkan kepada pasangan IP-NA, baru kasus buku “kaleng” yang berjudul “Fakta Bukan Fitnah, Sumatera Barat di bawah Irwan Prayitno Tanpa Kemajuan” yang dilaporkan ke Polda Sumatera Barat,  Kamis (15/10/15).

 

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki (berita bohong) adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. (An Nur: 11)
Rabu pagi (21/10/2015), Nasrul Abit bersama penasehat hukumnya dan tim pemenangan IP-NA melakukan jumpa pers menjelaskan dua persoalan, yaitu dugaan penggunaan ijazah palsu dan rekening kampanye. Pada kesempatan tersebut Nasrul Abit menegaskan, dirinya bukan pemegang ijazah palsu dan punya ijazah palsu. Dirinya menamatkan pendidikan di SD Air Haji tahun 1969, ST Balai Selasa tahun 1972, STM  Kondya Padang tahun 1975, Diploma II AAN Bandar Lampung tahun 1986, dan Sarjana Universitas Bandar Lampung tahun 1988. Pada jumpa pers tersebut Nasrul Abit juga memperlihatkan semua ijazah asli yang dimilikinya kepada wartawan.

Persoalan muncul pada ijazah SD dan ST, di mana nama orang tua Nasrul Abit pada kedua ijazah tersebut berbeda. Menurut Nasrul Abit, nama orang tua aslinya adalah Abit, sebagaimana tercantum pada ijazah SD. Adapun nama Ali Umar yang tercantum pada ijazah ST merupakan pamannya yang bertindak sebagai Wali Murid ketika dirinya menempuh pendidikan di ST Balai Selasa. Pamannya inilah yang pada waktu itu membiayainya sekolah, dan Nasrul Abit mengaku tidak tahu atas perubahan nama wali murid yang tercantum pada ijazah ST tersebut. Nama Ali Umar tetap dipakai sebagai Wali Murid pada ijazah STM Kodya Padang. Untuk mengembalikan nama orang tuanya pada ijazah ST dan STM dari Ali Umar ke Abit, dirinya telah mengurus ke Pengadilan Negeri Painan dan telah keluar aktanya dari pengadilan bersangkutan dengan nomor 681/PDT.P/2012/PN.Pin pada tahun 2012.

Menurut Nasrul Abit, yang namanya pemakai ijazah palsu itu jika seseorang mendapat ijazah, tetapi tidak sekolah. Sedangkan dirinya sekolah dengan susah payah, karena kondisi keuangan keluarganya saat itu dalam masa sulit. Sampai saat ini, gedung tempat dia sekolah masih ada, cuma ST Balai Selasa yang berganti nama menjadi SMP Balai Selasa. Teman-teman sekolahnya juga masih ada, dan Akmaludin, Kepala Sekolah STM Kodya Padang ketika dia menuntut ilmu di sekolah tersebut juga masih ada. Dirinya juga masuk dalam kepengurusan Ikatan Alumni STM Kondya Padang.  Walau dirinya sekolah di STM Kodya Padang, ijazah pada waktu itu dikeluarkan oleh STM Negeri 2 Padang.

Setelah diterima sebagai PNS pada Kanwil Depkes Provinsi Bandar Lampung, dirinya kuliah Diploma II di AAN Bandar Lampung tamat tahun 1986 dengan gelar Bachelor of Bussiness Administration (BBA). Kemudian Nasrul Abit melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Bandar Lampung tahun 1988. Untuk mendapatkan gelar S1, Nasrul Abit menempuh pendidikan selama dua tahun di Universitas Bandar Lampung. Dia memperoleh ijazah lokal, karena universitas swasta hanya boleh mengeluarkan ijazah lokal. Pada tahun 1989, baru dia memperoleh ijazah negara dari Kopertis.

Ijazah STM digunakan untuk masuk pegawai negeri sipil. Setelah menamatkan jenjang pendidikan S1, ijazah tersebut kemudian digunakan selanjutnya, termasuk ketika maju sebagai calon Wakil Bupati dan Bupati Pesisir Selatan. Berkali-kali Bawaslu menyelidiki laporan terkait ijazah tersebut, baik ketika maju sebagai Wakil Bupati dan Bupati Pessel, maupun ketika maju saat ini sebagai Cawagub Sumbar berpasangan dengan Irwan Prayitno sebagai Cagub. Dan Bawaslu pun sudah pula menyatakan semua ijazah yang dimiliki Nasrul Abit adalah sah, tidak ada persoalan sedikit pun. Makanya, jika masih ada pihak-pihak yang ingin mempersoalkannya, Nasrul Abit berniat menempuh jalur hukum dengan melaporkan yang bersangkutan kepada pihak Kepolisian, karena sudah termasuk pencemaran nama baik.

Menurut Nasrul Abit, darinya dari Pesisir Selatan masuk ke Provinsi Sumatera Barat melalui Pilkada Sumbar 2015 ini. Untuk itu dirinya tidak mungkin mengorbankan Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, seorang guru besar yang sudah diakui keilmuannya dan melahirkan banyak buku yang menjadi referensi banyak orang. Dirinya bukan tukang tipu ijazah, ijazah yang dimilikinya adalah sah. Bahkan Nasrul Abit menegaskan, silahkan dirinya diperiksa, jika dirinya terbukti memakai ijazah palsu, maka dia siap untuk dicoret sebagai Cawagub Sumbar. Ijazah yang dimilikinya didapat dengan susah payah sekolah dari jenjang SD sampai sarjana.

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (QS. An Nur: 12).
Mengenai rekening kampanye, jelas Nasrul Abit, awalnya dibuat atas nama Irwan Prayitno dan Nasrul Abit. Namun setelah disampaikan kepada pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), secara lisan KPU mengatakan harus atas nama tim sukses. Kemudian dibuat lagi rekening atas nama tim sukses, tetapi KPU menyatakan itu salah, dan harus atas nama pasangan calon. Pasangan IP-NA pun kembali memakai rekaning awal, jadi tidak ada masalah lagi.

Nasrul Abit menghimbau seluruh masyarakat Sumbar dan pendukung serta simpatisan pasangan calon IP-NA, supaya untuk tidak terpengaruh terhadap isu dan aksi demo yang semakin gencar dilakukan pihak lain menjelang waktu pencoblosan pada 9 Desember 2015. Selama ini memang dirinya hanya berdiam dalam menerima penzaliman ini, namun kali ini dirinya tidak dapat menerima tuduhan tersebut.

Robbanaa aatinaa min ladunka rohmatan wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa. Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin. Ya Allah, berilah rahmat pada kami dan beri kami petunjuk yang lurus serta sempurna. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zholim. Wallahu A’alam Bishawab.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 21 Oktober 2015

Rekaman Ceramah Agama Hampir 200 Judul

Rekaman Ceramah Agama Hampir 200 Judul

SEJAK kecil, Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa sudah dididik ilmu agama oleh kedua orang tuanya, Djamrul Djamal dan Sudarni Sayuti. Kedua orang tuanya merupakan dosen di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang. Ayahnya Djamrul Djamal merupakan dosen Fakultas Syariah, dan ibunya Sudarni Sayuti adalah dosen Fakultas Tarbiyah.

Irwan Prayitno tidak pernah menempuh pendidikan formal di pesantren atau madrasah. Ilmu agama yang dia peroleh murni dari kedua orang tuanya. Orang tuanya menanamkan aqidah sejak kecil, Irwan Prayitno diperkenalkan dengan ritual Islam, seperti sholat, puasa, membaca Al Quran, zakat, dan ibadah sunnah. Irwan Prayitno pun dibiasakan untuk melaksanakan sholat dhuha dan tahajud.

Usai melaksanakan sholat maghrib berjamaah, orang tuanya mengajarkan Irwan Prayitno ilmu agama. Mulai dari soal-soal fiqih sampai kepada sejarah perjuangan Islam. Sebelum tidur, Irwan Prayitno pun diwajibkan membaca Al Quran, minimal satu halaman. Buku-buku agama pun dipasok orang tuanya untuk Irwan Prayitno. Orang tuanya sering membelikan Irwan Prayitno buku-buku agama untuk dipelajari.

Dalam pengasuhan kedua orang tuanya, Irwan Prayitno dibesarkan dengan memperkenalkan ajaran Islam. Walau tidak pernah belajar agama secara formal, Irwan Prayitno mampu mengembangkan ilmu agama yang dibekali orang tuanya sejak kecil. Memasuki bangku SMP dan SMA, Irwan Prayitno sudah bisa memberikan kuliah tujuh menit (kultum) di mushalla sekolah.

 

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa. (QS. Thaahaa: 132). Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Pada saat kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, selain menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan, Irwan Prayitno banyak menghabiskan waktu di luar kampus untuk berdakwah. Irwan Prayitno aktif dalam diskusi-diskusi dakwah dan perhimpunan mahasiswa. Ia pernah bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jakarta. Selama keterlibatannya dengan HMI, ia merasakan gaya represif pemerintahan Soeharto terhadap pergerakan Islam. Pada 1984, ia naik sebagai Ketua HMI Komisariat Fakultas Psikologi UI.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104). “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 125).
Ketika menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno tetap melakoni aktivitas dakwahnya. Masyarakat sering mengundangnya untuk memberikan ceramah, baik itu ceramah Ramadhan, Khatib Jumat maupun Khatib Idul Fitri dan Idul Adha. Irwan Prayitno juga aktif memberikan ceramah kepada Aparatur Sipil Negera (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Selama menjadi Gubernur Sumbar, hampir seluruh mesjid dan surau di pelosok Sumbar sudah dikunjunginya untuk memberikan ceramah agama. Mulai dari masjid terbesar di Sumbar, yakni Masjid Raya Sumbar, hingga ke surau-surau di nagari terpencil hingga daerah perbatasan Sumbar. Selain bertujuan ingin menyampaikan dakwah agama, dengan berceramah ke mesjid dan surau, dirinya dapat bertemu langsung dan mengetahui kondisi masyarakatnya serta pembangunan yang dilaksanakan di seluruh pelosok Sumbar.

Tidak hanya ke masjid dan surau berceramah, Irwan Prayitno bahkan mengaku dirinya, juga banyak diundang oleh instansi pemerintah, swasta dan perbankan untuk memberikan ceramah dan tausiyah. Irwan Prayitno sangat menghargai undangan tersebut. Karena itu dirinya tidak bisa menolak. Semuanya demi dakwah dan syiarnya Agama Islam.

Dalam seminggu, Irwan prayitno mengaku dirinya dua hingga tiga kali berceramah. Ceramah-ceramah Irwan Prayitno sudah direkam dan kemudian di-CD-kan album rekamannya berceramah di berbagai acara. Sudah ada 200 judul ceramah dengan rekaman 8 volume. Sebagian juga sudah tersebar di Youtube.

Judul ceramahnya yang telah di-CD-kan di antaranya: Berbuat Baik, Sabar Sebagai Benteng Kehidupan, Nikmatnya Bersyukur, Pengendalian Diri Hikmah Puasa, Takwa Bekal Hidup Kami, Indahnya Kebersamaan, Keluarga Samara Idaman, Ridho Kepada Allah, Ketenangan Jiwa, Allah Segalanya, Puasa Melawan Hawa Nafsu, Belajar Seumur Hidup, Ramadhan Berkarakter, Berkah Berzakat, Pendidikan Anak, Islam Rahmatal Lil Alamin, Kesertaan Allah, Problema Umat, Keseimbangan Hidup, Saling Memaafkan, Ibadah Sepanjang Masa, Ilmu Allah swt, Islam Agama Sempurna, dan Nabi Muhammad Model Kehidupan, dan lainnya.

 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33). “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 21 Oktober 2015

Selama Menjadi Gubernur, Enam Restoran Bakso Ditutup

Selama Menjadi Gubernur, Enam Restoran Bakso Ditutup

SEJAK dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat pada tanggal 15 Agustus 2010, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa fokus membenahi Sumatera Barat pasca gempa 30 September 2009. Tidak mudah memulihkan kondisi daerah yang luluh-lantak akibat gempa tersebut, apatah lagi kondisi keuangan daerah yang minus.

Namun Irwan Prayitno ternyata mampu membangun kembali Sumatera Barat, di tengah-tengah sinisme beberapa pihak kepadanya. Rumah-rumah yang rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat tuntas direhabilitasi. Irwan Prayitno berhasil menyelesaikan rehab rekon sebanyak 197.636 rumah warga. Secara bertahap dimulai pembangunan sarana publik dan kantor pemerintah yang rusak akibat gempa. Sudah puluhan gedung pemerintah yang dibangun ulang, retrofit (penguatan struktur), dan direhab dalam rentang waktu 2011-2015.

Kini pemandangan seperti 3 atau 4 tahun lalu itu tak nampak lagi, bahkan nyaris tak berbekas. Kantor-kantor yang dulu rubuh telah dibangun lagi dan diganti dengan yang lebih baik dan lebih kokoh. Begitu juga rumah masyarakat dan fasilitas-fasilitas umum yang dulu luluh-lantak telah dibangun lagi dan kembali berfungsi normal. Hotel-hotel dan aktifitas ekonomi lainnya kembali menggeliat. Suasana mencekam, kini tak terlihat lagi bahkan nyaris terlupakan.

Berbagai upaya dilakukan untuk meyakinkan investor bahwa Sumbar sudah aman dan menguntungkan untuk berinvestasi. Kini investor telah berdatangan ke Sumatera Barat. Belasan hotel yang rusak telah direnovasi dan kembali beroperasi. Belasan lainnya merupakan hotel yang baru dibangun. Sungguh sebuah rahmat, justru terjadi penambahan lebih 2.000 kamar hotel pascagempa.

 

“Katakanlah: “Siapakah yang menyelamatkan kamu dari bencana-bencana di darat dan di laut? (Ketika) kamu berdoa merayu kepadaNya dengan merendah diri (secara terbuka) dan secara bersembunyi, (dengan berkata): “Demi sesungguhnya jika Allah selamatkan kami dari bencana ini niscaya menjadilah kami dari orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al An’aam: 63).
Sebagai Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu, Irwan Prayitno paham benar dengan tugas dan amanah jabatan yang dia sandang. Baginya, amanah tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dirinya harus fokus membawa Sumatera Barat yang hancur bangkit kembali seperti sedia kala. Dirinya harus full menata kembali Sumatera Barat, makanya selama menjabat gubernur, Irwan Prayitno tidak pernah mengambil cuti. Siang malam dirinya bekerja, tiada mengenal hari libur.

Tak hanya Irwan Prayitno, istrinya Hj. Nevi Zuairina fokus mendampingi sang suami. Perannya sebagai istri gubernur merupakan amanah tersendiri yang tidak boleh dilalaikan. Sejak mendampingi suaminya bertugas di Sumatera Barat, berbagai jabatan dipercayakan kepadanya, yaitu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatra Barat, Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumbar, Ketua Dekranasda Provinsi Sumatra Barat, Ketua Forum PAUD Provinsi Sumatra Barat, Ketua P2TP2A Provinsi Sumatra Barat, Ketua FORIKAN Provinsi Sumatra Barat, Ketua Forum Silaturahmi Majelis Taklim Provinsi Sumatra Barat, Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Provinsi Sumatra Barat dan Ketua Persatuan Istri Pemprov dan Muspida Provinsi Sumbar.

Kesibukan membantu tugas suami dan melaksanakan amanah jabatan di organisasi yang dipercayakan kepadanya, membuat Hj. Nevi Zuairina tidak lagi fokus mengelola bisnis restoran bakso yang dirintisnya bersama suami tercinta. Keenam restoran bakso yang dikelolanya tutup satu persatu. Pada tahun pertama jabatan Irwan Prayitno sebagai gubernur, dua restoran bakso ditutup, tahun ketiga tutup lagi tiga restoran bakso, dan tahun keempat semuanya tutup.

Enam restoran bakso yang dikelola Hj. Nevi Zuairina terdapat di Blok M Square, Melawai, Mangga Dua, Mall Artha Gading, dan Pasar Senen Jakarta. Dan satu lagi adalah restoran bakso di Sawahan Padang. Pada keenam restoran bakso tersebut, Hj. Nevi Zuairina bertindak sebagai manajer, sedangkan Irwan Prayitno hanya mengawasi.

Anda bayangkan, satu restoran bakso tersebut beromset Rp100 juta perbulannya. Untuk satu restoran bakso keuntungan rata-rata yang diperoleh adalah Rp20 juta per bulan. Keenam restoran bakso itu setidaknya memberikan keuntungan Rp120 juta per bulan. Untuk mengurus keenam restoran bakso tersebut, Hj. Nevi Zuairina harus bangun subuh-subuh sekali, dan baru pulang ke rumah sekitar pukul 23.00 Wib.

Suatu pengorbanan yang cukup besar, demi amanah mendampingi suami bertugas sebagai gubernur, Hj. Nevi Zuairina harus rela usaha yang dirintisnya dari awal bersama sang suami harus tutup. Namun, bagi Irwan Prayitno dan Hj. Nevi Zuairina itu tidak menjadi persoalan, sebab mereka sepakat untuk fokus membangun Sumatera Barat pasca gempa dan mengabdikan diri di kampung halaman dengan meninggalkan usaha yang mereka rintis dan besarkan. Bagi mereka, Sumbar harus bangkit dan kembali menjadi daerah yang diperhitungkan di Indonesia.

 

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat jahil (bodoh).” (QS. Al Ahzab: 72). “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya.” (QS. Al Anfaal: 27).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

 

Bentengsumbar.com, 22 Oktober 2015

Irwan Prayitno – Sukses Membangun Lembaga Pendidikan Adzkia